Kita butuh kisah romantis diwaktu muda begini. Seingatnya, singkat cerita waktu di lapangan.
Perasaannya berdebar, tersadarkan oleh perhatian yang sebenarnya dia sendiri yang membuatnya. Jaket kebesaran yang dipakai Naa, satu botol minum yang setia di genggam erat, yang paling penting itu orangnya masih setia memperhatikan pertandingan di pinggir lapangan tanpa niat ingin pergi atau memilih pulang saja ke rumah. Satu hal sedari kecil yang Jaz sadari adalah Naa tidak suka kegiatan olahraga.
Naa, Naa.....pulang sekolah selalu jalan bersama, mau sedang naik motor maupun naik bis. Biasanya ada banyak canda dan obrolan tapi kali ini Jaz kebanyakan merenung. Naa masih berbicara selayaknya biasa saja, memberitahu sesuatu, dan lain-lain. Jaz cuma, oh...iya, lalu eh? Masa sih? Respon kikuk karena Jaz masih belum mau pergi dari dunia yang ada di dalam benaknya.
Ternyata suka sama Naa adalah hal yang baru, hal yang tidak disadari meski dia selalu bilang telah jatuh cinta dengan Naa. Perasaan itu ada banyak macamnya. Dulu, Jaz tidak sadar setiap kali dia bilang suka, tanpa ragu ia mengucapkan nya. Kalau sudah sadar, ragu itu akan ada, sudah terucap dan tertancap di kerongkongan. Itu bedanya.
Akhirnya di rumah Naa, ada Sarah yang sedang memasak disana. Fa juga ada di sana, kali ini cuma diam memperhatikan Sarah meskipun Sarah tidak menyadari ada sesosok hantu di dekatnya.
Dari pagi sampai pulang sekolah, Fa memilih untuk di rumah saja. Ia sangat yakin karena Daksa adalah malaikat kematian yang sewaktu-waktu mungkin bisa saja datang merenggut dirinya, Naa, juga Sarah. Ada banyak obrolan yang Daksa tinggalkan sampai ia harus memilih untuk menemani Sarah saja ketimbang Naa. Bukan karena ada Jaz yang selalu ada disisi Naa, tapi ini tentang obrolan yang Daksa tinggalkan. Ya, Fa sudah mengatakan itu berkali-kali.
Sarah anak kantoran kini beralih profesi menjadi Sarah si pelacur. Perempuan itu di pecat oleh kantor, ketahuan menjadi wanita tidak baik. Kenapa? Tentu saja perusahaan tidak mau menerima Sarah lagi karena dampaknya bisa merusak harga diri mereka yang telah memperkejakan orang-orang berkribadian baik, ahli dalam profesi dan bertanggung jawab. Bahkan mereka pun sampai membuat ikrar. Tidak boleh hamil, bersedia untuk tidak menikah selama bekerja, tidak memperkerjakan seseorang yang pernah mengonsumsi narkoba, tidak pernah masuk penjara, tidak pernah melakukan diskriminatif dan kasus berkepanjangan, dan masih banyak yang lainnya yang mampu memberikan dampak buruk bagi perusahaan.
Usai Sarah memasak, dua orang berseragam sekolah itupun jadi makin tidak sabar lagi untuk menikmati makanan lezat ini. Jujur memang masakan yang Sarah buat itu selalu enak.
"Gimana sekolah hari ini?" Lontar Sarah yang langsung membuat Jaz tertawa kecil karena ucapannya itu terdengar basa basi.
"Sebentar lagi libur akhir tahun kak, kita jalan-jalan gak?" Tanya Naa.
Sarah beralih pandang pada Jaz. Pria itu menaikkan kedua alisnya, lalu menoleh pada Naa sejenak. "Kalian aja yang liburan, kakak mau kerja." Jelas Sarah yang kemudian mengaduk-aduk sayur yang ada di atas piringnya.
"Ayah larang aku." Lontar Jaz yang kemudian membuat Sarah langsung menoleh kepadanya. "Ayah gak ajak jalan, sih. Cuman ya gitu, dilarang aja."
Reflek, Sarah membanting sendok makanan nya hingga bunyi nyaring nan keras itu sontak membuat Naa dan Jaz menoleh kaget ke depan, menatap Sarah yang kini mulai merubah raut wajahnya dengan senyuman kaku. "Ayah lo rese banget, dari dulu gak jelas." Ucap Sarah tenang, meski dia menekankan setiap kalimat yang ada.
Kemudian suasana makan malam hari ini jadi sunyi, tidak dulu berbicara karena suasana hati Sarah yang begitu berantakan terasa begitu kuat untuk Naa dan Jaz rasakan.
Di tengah sunyi, Fa memeluk Naa dari belakang. Terus menangis dan berkata kalau dia sedang ketakutan. "Itu Naa! Itu Daksa! Bilang jangan datang ke sini, jangan ganggu kita!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Selamat Tahun Baru
Fantasy[ TAMAT ] Hai Sekarang kalian lagi ada di Butiran Air Mata Yang Akhirnya Berharga Seperti Berlian. •••••••••• Fabumi. "Tetapi sama kamu, aku gak bisa menepati janji karena aku tidak ingin mengecewakan Mara." Sahna. "Tidak apa, kehilangan banyak oran...