Alana menatap saudara kembarnya dengan tatapan yang memicing. Bola matanya bergerak dari atas hingga bawah meneliti penampilan Aluna yang terlihat sangat rapi. Gaun berwarna putih gading selutut melekat sempurna pada tubuh gadis itu. Rambutnya yang berwarna cokelat terikat dengan sempurna ke belakang tanpa meninggalkan sehelai rambut pun yang tersisa di kedua sisi bahunya.
Sedangkan gadis muda yang ditatap oleh Alana sejak tadi hanya menundukkan kepalanya dalam. Ia tak berani menatap mata saudara kembarnya sedetik pun setelah kejadian tadi pagi di sekolah.
"Alana..." cicitnya.
"Hm..."
"G-gue mau minta maaf sama lo," ujarnya takut-takut.
"Buat apa?" ujarnya tak acuh.
Pandangan matanya kembali mengarah ke depan, menatap sebuah layar lebar yang menampilkan kartun legend dari negeri seberang."Karena udah suka sama Akala."
Alana memutar bola matanya malas. "Kalian deketnya udah lama, kalau minta maaf sekarang udah terlalu basi kayaknya."
Lalu ia menoleh. "Iya, kan?" lanjutnya sembari menyunggingkan segaris senyum sinis.
"Oh iya, lo mau ke mana rapi-rapi gini?" tanya Alana menyelidik.
Aluna yang mendengar pertanyaan dari saudara kembarnya mengangkat kepalanya pelan. Ia menggigit bibir bawahnya sedikit kuat. "Diajak Papa menghadiri acara temannya, Al."
"Oh...lo doang, ya?"
"Lo nggak diajak Papa?" Aluna balik bertanya.
"Emang pernah? Kan yang anak Papa sama Mama cuma lo doang. Hanya Aluna. Nggak ada nama Alana di sana," jawabnya tersenyum getir.
"Al, nggak gitu. Mungkin aja Papa lupa, lo siap-siap, ya-"
"Nggak, Luna. Papa nggak lupa kok, gue memang nggak diajak aja," balasnya. Ia kemudian berdiri, kakinya berjalan gontai mengambil stoples nastar yang berada di meja dekat televisi.
"Al, lo nggak boleh ngomong gitu. Papa itu-"
"Aluna..." Sebuah suara lembut mampir pada indera pendengaran Aluna. Dan juga Alana yang diam-diam menahan napasnya.
"Kamu sudah siap, sayang?" lanjut Karina menatap putrinya lembut.
"Ma...Alana kok nggak diajak?"
Karina seketika terdiam ketika mendengar pertanyaan dari salah satu putrinya. Ia menatap Aluna sejenak, kemudian pandangan matanya beralih kepada Alana yang terlihat cuek memakan camilannya. Sedangkan mata gadis itu masih terfokus pada benda lebar di hadapannya.
"Itu...s-soalnya..."
Meskipun pandangan matanya lurus ke depan namun telinganya berusaha menajamkan pendengarannya untuk mendengar jawaban dari mamanya. Hingga sebuah suara berat muncul melanjutkan jawaban Karina, saat itu juga ia menampilkan senyuman miliknya yang tergores penuh luka dari dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories Of Love (SELESAI)
Teen FictionAlana harus menerima kenyataan jika ia dan Aluna tidak akan pernah bisa setara sekalipun mereka saudara kembar. Aluna sang malaikat tidak pantas disandingkan dengan Alana si perempuan berhati iblis. Setidaknya itu lah kata orang-orang. Dan Alana mem...