Keadaan lorong rumah sakit terasa begitu hening. Tidak ada suara yang terlibat selain deru jantung yang memburu dari mereka yang tengah berdiri gelisah sembari menatap sebuah ruangan yang masih menyala terang di depan sana.
Sedangkan Alana, degup jantungnya yang sedang memburu sepuluh kali lebih cepat itu hanya tertunduk ketakutan di pojok lorong seorang diri. Apalagi Ravindra, yang sejak kedatangannya beberapa menit yang lalu hanya menatapnya tajam ketika dua mata mereka saling beradu.
"Alana..." Suara berat dan rendah dari seorang laki-laki tiba-tiba saja bergema dalam indera pendengarannya.
Gadis itu menoleh, netranya menangkap kehadiran seseorang di sini. Akala Gema Hutama.
"Akala..." panggilnya lemah.
Sepasang mata Alana yang menyorot ketakutan kini menatap Akala penuh harap. Melalui tatapan itu seolah ia tengah mengadu, "Aku nggak bersalah."
"Pulang, ya."
Alana menggeleng lemah. "Akala, gue nggak salah. Gue nggak perlu pulang," rapalnya.
Akala menarik kasar lengan gadis itu. "Lo pulang sekarang. Udah ada taksi yang nungguin di depan."
"Akala!!!" sentaknya. Lalu menatap Akala terluka.
"Lo nggak percaya sama gue?"
Hening. Setelah kalimat itu terucap, keadaan terasa hening. Tidak ada jawaban yang terdengar. Akala memilih diam, tak menjawab.
Pemuda itu kemudian memejamkan matanya sejenak. "Gue percaya, Al. Tapi lo pulang dulu, ya," pintanya pelan.
Alana menggeleng kuat. "Gue nggak akan pulang sebelum Luna sadar. Gue nggak akan pulang sebelum dia ngejelasin yang sebenarnya ke orang tua gue, Ak."
"Pulang Alana. Kehadiran kamu nggak dibutuhkan di sini." Suara datar dan tajam yang bergema dari bibir Ravindra mampu menghentikan penolakan gadis itu.
Akala mengangguk sembari menatap Alana lekat. "Pulang, Al," bisiknya terdengar lemah.
°°°
"Lo pergi sendirian nggak apa-apa?" Akala bertanya pelan. Matanya menatap lekat pada tubuh gadis itu yang masih bergetar ketakutan.
"Lo mau nungguin Aluna di sini?"
Akala mengangguk. "Iya," balasnya singkat.
Lelaki itu tersenyum. Tangannya memegang jemari Alana lembut, lalu meremasnya di sana. "Gue akan nungguin dia dulu di sini. Aluna akan baik-baik aja, Al. Lo harus percaya itu."
Alana membuang pandangannya ke segala arah. Lalu kelopak matanya terpejam erat. Hanya beberapa saat, lalu ia kembali menatap Akala. Lekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories Of Love (SELESAI)
Teen FictionAlana harus menerima kenyataan jika ia dan Aluna tidak akan pernah bisa setara sekalipun mereka saudara kembar. Aluna sang malaikat tidak pantas disandingkan dengan Alana si perempuan berhati iblis. Setidaknya itu lah kata orang-orang. Dan Alana mem...