25. Kebusukan Aluna

33.8K 1.6K 181
                                    

Dua netra mata dengan sinar yang sama-sama telah meredup itu kini sedang saling menatap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua netra mata dengan sinar yang sama-sama telah meredup itu kini sedang saling menatap. Ada banyak hal yang seolah-olah sedang mereka sampaikan melalui tatapan mata.

Alana dengan segala rasa sakit yang hingga detik ini masih membelenggu juga Akala dengan rasa takut sebab ia sadar bahwa waktunya semakin lama semakin berkurang. Sedangkan penebusan atas rasa sakit Alana masih belum juga ia tuntaskan.

Tuhan bila kali ini Akala boleh meminta ; "Tolong beri waktu sedikit lebih lama bersama perempuan ini. Setidaknya sampai anak mereka terlahir ke dunia yang fana ini." Itu lah doa yang diam-diam Akala langitkan, dam semoga Tuhan mendengar bisikan lirih itu.

"Akala, terima kasih."

"Akala, kamu selalu tahu semuanya tentang aku tapi aku nggak tahu apa pun tentang kamu."

Sekarang ini hanya terdengar napas dan suara lirih Alana yang saling bersahutan. Ayah memilih keluar saat Alana datang beberapa waktu setelahnya .

"Kamu berusaha melindungi aku meskipun caranya juga menyakiti aku. Kala, tolong hidup lebih lama lagi. Tolong bertahan dengan waktu yang panjang sampai kita bisa menyaksikan anak kita berjalan memasuki gerbang sekolah dengan kaki-kaki mungilnya."

Tiap-tiap kata yang diucapkan Alana terdengar permohonan juga keputusasaan sebab untuk saat ini ia benar-benar menaruh harapannya kepada laki-laki ini. Laki-laki yang sekarang ini sedang terduduk lemah dengan kulit-kulit pucatnya sedang menatap Alana dengan tatapan yang sama sakitnya.

"Tolong jangan menyerah atau aku akan membenci kamu seumur hidup aku, Akala," katanya dengan suara yang mulai memberat sebab sesak dada itu semakin terasa menekan ulu-ulu hati.

Lupakan Alana yang selalu berkata ketus. Lupakan Alana dengan segala topeng palsu yang selalu berpura-pura kuat. Sebab pada kenyataannya Alana yang sekarang ini adalah wujud asli dari Alana ketika dunia mengurungnya di balik ratapan tembok kesakitan selama bertahun-tahun lamanya.

Alana tidak sekuat itu untuk menghadapi segala luka yang ada. Alana tidak sekuat itu untuk terus berpura-pura baik-baik saja ketika semua orang sedang menyalahkannya atas kesalahan yang tidak pernah ia perbuat.

"Alana..."

Lirih suara itu terdengar mengudara. Seolah sedang menunjukkan kepada dunia bahwa ia tak lagi kuat untuk hari-hari yang akan datang. Tubuhnya yang semakin hari semakin kurus dan sakit, kulitnya yang semakin hari semakin memucat, juga rintih kesakitan uang terdengar sebagai efek dari kemoterapi.

"Aku akan menemani kamu sampai waktuku habis, Alana." Kalimat itu terselip doa yang diam-diam Akala langitkan kepada Tuhan. Meminta kepada-Nya semoga detik-detik yang terlewati selalu ditambah dengan durasi yang lebih lama. Lebih panjang.

"Aku akan ada di sini bersama kamu semampuku, Alana."

Ada embun yang mendesak keluar ketika indera pendengarannya mendengar penuturan Akala. Dengan segala permohonan doa kepada sang pemilik napas, Alana meminta dengan sepenuh hati untuk kesembuhan pria ini. Pria yang tanpa ia tahu juga sedang memeluk luka yang mungkin sama sakit seperti dirinya.

Memories Of Love  (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang