19. Alana Kembali.

36.9K 1.4K 50
                                    

Tidak ada yang Alana inginkan selain kepergiannya dari dunia ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak ada yang Alana inginkan selain kepergiannya dari dunia ini. Berharap semua penderitaan yang ia alami akan berakhir begitu ia mengakhiri. Lalu hidup damai di keabadian sana tanpa harus merasakan sakit sebab banyaknya luka yang ia terima selama hidup di dunia. Namun, ia mendadak kecewa ketika pagi itu netranya terbuka dengan perlahan-lahan. Kemudian hal pertama yang ia lihat adalah langit-langit putih ruang rawat inap dengan banyaknya alat-alat medis yang menempel di sekujur tubuhnya.

Lalu, Moreno yang melihat bahwa ia sudah sadar segera memanggil dokter dan tenaga medis melalui tombol emergency.

“Al, terima kasih karena sudah kembali.”

Itu kalimat pertama yang Moreno ucapkan dengan binar kesedihan namun terpancar juga kelegaan dan kebahagiaan.

Tak lama berselang dokter dan seorang perawat datang untuk mengecek kembali keadaan Alana.

“Keadaanpasien sudah mulai membaik. Organ vitalnya sudah cukup stabil,” ujarnya.

“Keadaan janinnya juga baik-baik saja. Luka tusuk itu tidak mengenai rahim pasien. Kalau pasien masih belum berbicara tunggu dulu sebentar, dia masih beradaptasi pasca kritis,” jelasnya lagi.

“Baik, Dok.”

“Kalau ada apa-apa panggil aja melalu tombol emergency. Kalau begitu saya pamit duluan. Segera sembuh ya, Mbak Alana,” tuturnya dengan seutas senyum hangat.

Moreno mengangguk sopan. “Terima kasih, Dokter,” ujarnya lembut. Kemudian tatapannya mengiringi kepergian dokter dan perawat itu hingga melewati pintu ruangan. Mereka membukanya lalu menutupnya kembali.

Lalu seketika ruangan kembali hening. Baik Moreno maupun Alana seolah tenggelam dalam kebisuan. Hanya suara jarum jam yang terdengar mengisi ruang-ruang senyap juga seberkas matahari pagi yang menerobos melalui celah-celah jendela memberikan kesan hangat untuk mereka yang terdiam dalam kedinginan.

“Tante Karina tadi ke sini tapi pulang lagi mau ambil baju ganti,” katanya berusaha mencari topik yang mungkin saja sedang Alana tanyakan dalam diam. Namun gadis itu tak memberikan jawaban.

“Akala sejak semalam nemenin gue di sini buat nunggu lo kembali.” Lagi kalimatnya dibiarkan tersapu angin pagi begitu saja.

“Ailee juga ke sini, tapi sekarang lagi ke kantin. Lapar katanya.” Moreno memberikan tawa sebab teringat bagaimana dengan jelas ia mendengar suara cacing-cacing di perut Ailee beberapa waktu yang lalu.

“Al—“

“Gue mau ketemu Ailee,” potongan cepat.

“Ailee? Dia lagi di kantin gue panggilin dulu kalau gitu.”

○○○


Di bawah guyuran sinar senja yang menguning dibiarkannya kehangatan itu memenjarakan pikiran juga hatinya untuk sejenak. Beristirahat setelah lelah dengan segala penat yang mendera hati. Bertubi-tubi ia menghadapi diri dalam kesepian yang seolah seperti menempanya, supaya kelak ia mampu berdiri di atas kakinya sendiri.

Lalu ketika suatu saat nanti tak ada seorang pun yang menopang di belakangnya ia masih mampu bertahan dengan kokoh lalu berkata ; aku masih baik-baik saja di sini tanpa siapa pun, tanpa kehadiran Papa dan Mama lagi aku masih baik-baik saja. Aku masih sanggup berpijak dengan sangat baik sembari menyaksikan betapa kalian berdua teramat bahagia saat ini bersama keluarga kalian masing-masing.

Dan begitulah ketika sesuatu yang selama ini selalu ia tepis menjadi lebih jelas hari ini, Ailee beranggapan bahwa hal ini bukan lagi apa-apa untuk dirinya. Hati yang telah lama mendamba pada satu nama pada akhirnya ia paksa untuk merelakan sebab nyatanya sang pemilik hati sudah lebih dulu menjatuhkannya pada tempat yang lebih layak, lebih indah, juga lebih pantas.

Moreno akan sangat cocok ketika bersanding dengan Alana, sahabat yang begitu ia sayangi. Laki-laki yang namanya selalu ia langitkan ketika ia memohon kepada sang pencipta pada akhirnya telah memilih jalan lain yang sayangnya tidak sama dengan jalan yang sedang ia tempuh.

Moreno mencintai Alana dengan rasa yang begitu dalam. Sedangkan Ailee mencintai Moreno dengan rasa yang lebih dari itu, sebab kenyataannya Ailee dengan kebesaran hati miliknya memilih untuk menyimpan perasan itu lebih rapat lagi. Kemudian pelan-pelan ia akan menghapusnya tanpa meninggalkan jejak apa pun sehingga Moreno maupun Alana tidak akan pernah tahu perihal ini selamanya.

Dengan kebesaran hati yang tinggi, Ailee akan mundur perlahan sebab nyatanya Alana lebih pantas untuk Moreno. Alana lebih membutuhkan Moreno daripada dirinya.

“Ai, kok di sini?”

Dari sudut matanya Ailee menangkap sosok pria itu yang sedang berjalan santai menuju ke arahnya. Ia melihat ada gurat kelelahan yang tampak nyata di sana. Ada banyak ketakutan yang tersimpan dibalik senyum menawannya. Juga ada kekhawatiran yang mendera satu pasang mata itu tiap kali lensanya memandang ke arah Alana yang terbaring lemah.

Sebesar itu perasaan Moreno kepada Alana.

“Kok di sini? Katanya ke kantin?” Moreno mengulangi pertanyaannya sembari menatap Ailee lekat-lekat.

“Kantin penuh tadi, jadi gue ke sini dulu. Kenapa, Ren?” Ia balik bertanya lalu diam-diam memandang cekungan hitam yang tampak nyata di kedua matanya. Maklum Moreno begadang dua malam ini sebab mamanya Alana hanya datang saat siang lalu akan pulang ketika malam menjelang. Aluna selalu mengajak pulang.

“Alana udah sadar, Ai. Dia nyariin lo makanya gue susul lo ke kantin. Eh malah lagi ngelamun di sini. Ngelamun apa sih?”

Ailee menggeleng. “Siapa yang ngelamun, gue cuma lihatin senja. Alana beneran udah sadar?” tanya antusias. Ia lalu beranjak.

“Eh mau ke mana, Ai?” Belum sempat ia melangkah Moreno menghentikan langkah kakinya.

“Ke ruangan Alana-lah.”

“Ke ruangan Alana nanti aja. Sekarang ikut gue depan.”

“Lo mau ngapain, Ren?”

“Ada warung soto di depan rumah sakit. Ayo gue temenin makan. Lo harus makan duu, Ailee,” ujarnya sembari menarik paksa genggaman tangan pada gadis itu.

“Lah lo gimana sih, Ren. Alana nyari gue lo malah ngajak makan!” sentaknya sembari menghempas genggaman tangan Moreno.

“Tadi Aluna dan mamanya baru aja dateng, jadi ada yang nungguin Alana di sana. Sekarang lo ikut gue, gue temenin lo makan di warung depan,” ujarnya final lalu kembali mengambil jemari Ailee dan menariknya begitu saja sedangkan gadis itu hanya pasrah mengekor di belakang dengan hembusan napas kasar.

"Kalau kayak gini makin susah move on-nya nggak sih?"

"Kalau kayak gini makin susah move on-nya nggak sih?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Jakarta, 04 September 2023-

○○○


Kan aku udah update lagi nggak perlu nunggu tahun depan update-nya 😭🤏

Tinggalin jejak vote dan komentar ya biar semangat nyawww 🦥

Tandai typo!

Happy reading!

Sending love,
aliumputih_ 🪻

Memories Of Love  (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang