Hari pertama sekolah setelah libur masa tenang kelas dua belas telah dimulai hari ini. Dan berita semalam tiba-tiba saja tersebar sangat cepat ketika Alana melewati gerombolan anak-anak di sepanjang koridor kelas.
“Cih, ini yang mau bunuh kembarannya?”
“Kalau dibanding sama Luna mah nggak ada apa-apanya. Iya, sih muka sama. Tapi kelakuan beda jauh.”
“Yang satu malaikat yang satu titisan iblis.”
Kalimat-kalimat itu berdengung nyaring mengiringi langkahnya yang berjalan tegas. Gadis itu kemudian mengambil sepasang earphone yang tersimpan di dalam tasnya lalu memasangnya cepat. Setidaknya dengan mendengarkan lagu, suara-suara itu menghilang sejenak dari indera pendengarannya.
“Eh eh, kok lo masuk, sih?”
Nara dan gerombolannya tiba-tiba saja menghentikan langkah Alana. Membuat ia memutar bola matanya sedikit kesal.
“Habis nyelakain Aluna, dan lo masih punya muka buat masuk sekolah?” ejeknya memandang Alana rendah.
“Nggak ada masalah sama muka gue. Jadi, ngapain gue harus malu?”
Nara tersenyum remeh. “Oh ya? Nama lo itu udah jelek, Al. P-e-m-b-u-n-u-h!”
Alana mengalihkan tatapannya kepada Nara. Gadis itu berjalan mendekat. Sedangkan Nara yang menangkap tatapan tajam dari Alana segera bergerak mundur.
“Lo mau apa, nih?” teriaknya mulai panik.
Alana terus berjalan maju. Mendorong tubuh mungil Nara hingga merapat pada tembok kelas yang ada di belakang gadis itu.
“Lo bilang gue pembunuh, kan? Kalau lo gue bunuh kayaknya nggak apa-apa. Sekalian aja gue terima getahnya,” bisiknya tenang tepat di depan wajah gadis itu.
Jemari-jemari Alana semakin menguat mencengkeram kedua bahu Nara. Matanya menyorot tajam mengikat Nara semakin ketakutan.
“Ini sekolah, Al. Para siswa pada ngelihat lo di belakang,” cicit Nara menciut.
“Gue nggak peduli.”
“Alana!!!” Sebuah suara berat menyentaknya tiba-tiba.
Itu Akala.
“Ikut gue.” Akala menarik kuat pergelangan tangan gadis itu. Namun Alana segera menghempasnya kuat.
“Nggak!”
“IKUT GUE, ALANA!!!”
°°°
Akala menyentak kasar genggaman tangannya pada Alana. Laki-laki itu kemudian menatap Alana lekat. “Duduk.”
Alana menurut. Diikuti Akala di sebelahnya.
“Jaga sikap lo, Al. Nama lo sedang disorot sejak insiden yang melibatkan kalian berdua.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories Of Love (SELESAI)
Teen FictionAlana harus menerima kenyataan jika ia dan Aluna tidak akan pernah bisa setara sekalipun mereka saudara kembar. Aluna sang malaikat tidak pantas disandingkan dengan Alana si perempuan berhati iblis. Setidaknya itu lah kata orang-orang. Dan Alana mem...