Chapter 38

6.4K 617 157
                                    

Awan kelabu masih setia bertengger di atas sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Awan kelabu masih setia bertengger di atas sana. Sang raja siang malu-malu keluar dari persembunyian. Udara cukup dingin membuat siapa pun enggan pergi dari tempat tidur, termasuk ibu satu putra ini.

Setelah melewati malam panjang, Xiao Zhan baru membuka mata saat jam sudah menujukan pukul setengah sembilan pagi dan hal itu bukanlah kebiasaannya. Iris kecokelatan nya menatap langsung ke arah depan. Di sana sang suami tengah menampilkan senyum manis seraya menggendong buah hati mereka.

Pemandangan memanjakan mata itu seketika membuat Xiao Zhan ikut mengembangkan bulan sabit sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemandangan memanjakan mata itu seketika membuat Xiao Zhan ikut mengembangkan bulan sabit sempurna. Perasaannya berkali-kali tenang dan juga nyaman. Kebahagiaan yang semula redup kini kembali berpendar. Ia sangat bersyukur atas segala hidup yang sudah Tuhan berikan.

"Selamat pagi, Mama." Suara serak Wang Yibo menyapa indera pendengaran.

Xiao Zhan pun mencoba bangun dari berbaring, tetapi apalah daya bagian belakang tidak mendukung. Wang Yibo tersenyum melihat wajah kesakitan sang istri lalu berjalan mendekat duduk di tepi tempat tidur.

"Malam yang indah. Terima kasih, Sayang. Aku sangat... sangat bahagia." Jujur Wang Yibo memberikan kecupan hangat di dahi sang pujaan hati, lalu beralih ke kedua mata, pipi dan berakhir di bibir ranumnya.

Xiao Zhan merasakan kedua pipi memanas. Ia masih belum terbiasa kembali dengan perlakuan manis sang suami. Ia juga tidak menyangka jika semalaman mereka melakukan malam pengantin lagi. Ia berpikir tidak akan merasakannya kembali, tetapi ternyata takdir berkata lain.

Ikatan benang merah masih mengingkan mereka untuk bersama. Cincin yang melekar di jari manis masing-masing menjadi pertanda jika janji suci kembali dipanjatkan.

Xiao Zhan maupun Wang Yibo bahagia masih bisa dipersatukan. Keduanya berharap setelah ini tidak ada lagi kejadian apa pun yang bisa merobohkan hubungan pernikahan mereka.

"Kamu membawa Jian ke rumah Mama?" tanya Xiao Zhan lemah seraya tangannya terulur mengelus puncak kepala sang anak.

"Tidak, pagi-pagi sekali Mama yang mengantarkannya. Entah apa yang akan dilakukannya, menjaga cucu sendiri saja tidak mau."

AKSHA ✓ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang