Chapter 58

2.4K 240 59
                                    

Gudang tua dengan penerangan minim, serta ventilasi seadanya, telah mengurung seorang bocah berusia hampir delapan tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gudang tua dengan penerangan minim, serta ventilasi seadanya, telah mengurung seorang bocah berusia hampir delapan tahun. Wajah rupawan keturunan keluarga Wang tersebut terbalut debu, bibir kemerahannya di lakban erat, serta kedua mata tertutup kain hitam.

Wang Jian begerak gelisah kala duduk di kursi kayu dengan tangan dan kaki terikat tali. Ia berusaha melepaskan, tetapi usahanya nihil.

"Ah, rupanya kamu sudah sadar?" ucap seseorang tepat di depannya.

Wang Jian tersentak saat mendengar suara asing. Keringat dingin bermunculan di pelipis, ia menggeleng-gelengkan kepala ketika langkah kaki berjalan mendekat.

Ia merasakan seseorang sudah berdiri tepat di depannya dan sedetik kemudian tangan tegap itu menarik dagunya sampai mendongak.

"Wajah yang sangat familiar, sayang sekali kamu harus lahir dari keluarga brengsek!" ujarnya penuh penekanan.

"Mmmmm." Wang Jian berusaha mengeluarkan suara yang teredam.

"Siapa orang ini? Kenapa aku bisa ada di sini? Aku ingat... sepulang sekolah tadi ada seseorang yang membekap ku dan berakhir seperti sekarang. Mama, Daddy, Jian takut. Apa yang harus Jian lakukan? Jian tidak ingin membuat Mama dan Daddy khawatir," monolognya dalam benak.

Setetes air bening merembes dari kain penghalang matanya. Orang itu pun menyeringai melihat air mata keluar dari bocah tersebut.

"Jangan menangis, kelakuan orang tuamu bahkan jauh lebih kejam," katanya lagi.

Wang Jian semakin tidak mengerti apa yang dikatakan orang asing ini. Otak pintarnya pun berputar membaca situasi sekarang.

"Aku sedang disekap dan diculik. Aku tidak bisa membuat Mama khawatir. Bagaimana jika sampai Mama tahu dan membahayakan adik kecil? Aku harus bisa keluar dari sini," benaknya.

Wang Jian sama sekali tidak memikirkan keselamatannya yang ada dalam pikiran ia saat ini adalah kebaikan sang ibu beserta adiknya.

Sosok seorang kakak dan penolong ibu yang begitu baik hati. Di usianya yang masih sangat muda ia sudah memiliki tenggang rasa begitu tinggi.

Hening menyambut, diam-diam Wang Jian mencoba melepaskan tali yang mengikat tangannya ke belakang kursi. Pergelangan putih itu pun memerah berkat gesekan yang dilakukan. Namun, ia tidak mengindahkan perih dan terus berusaha melonggarkan.

Tidak lama berselang terdengar deritan pintu terbuka disusul suara seseorang yang membuat Wang Jian terpaku.

"Wang Jian? Apa yang kamu lakukan pada anakku?" teriaknya lantang.

"Mama?" batin Wang Jian cemas.

"Emmm... emmm." Wang Jian berusaha mencegah sang ibu untuk tidak masuk terlalu jauh. Ia takut dan khawtair sesuatu terjadi pada mereka. Kepala bersurai hitamnya terus menggeleng berharap ibunya bisa mengerti, tetapi hal tersebut sama sekali tidak diindahkan.

AKSHA ✓ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang