Setiap hari hanya ada senyum manis kebahagiaan. Bunga yang semula layu dan tidak ada harapan untuk tumbuh kembali, kini memberikan tunas baru. Harapan itu terus berdatangan, sama seperti hidup akan tetap berjalan sampai waktu yang sudah ditentukan.
Bersama dengan orang terkasih menghabiskan waktu menciptakan kenangan baru. Lembar demi lembar memori keharuan dan kesenangan memenuhi setiap buku catatan kehidupan seorang Xiao Zhan dan Wang Yibo. Sudah banyak air mata dan perjuangan yang dipertaruhkan, tetapi nyatanya selepas itu badai kebahagiaan terus berdatangan.
Kata cinta tak henti-hentinya terucap bergelora dalam dada, ucapan semanis madu menghantarkan kegembiraan. Berada dalam satu atap bersama orang tercinta membentuk kenyamanan. Mereka berharap tidak akan ada lagi kejadian mengerikan mengiringi masa indah itu.
Jam sudah menunjukan pukul enam pagi, Xiao Zhan terbangun dengan rasa ngilu di sekujur tubuh. Hal pertama yang tertangkap pandangan adalah senyum manis sang malaikat kecil. Wang Jian memandangi wajah ibunya seraya tertawa riang.
"Ya Tuhan, tampan sekali putra Mama. Selamat pagi, Sayang," ujar Xiao Zhan dengan mengulurkan tangan mengelus lembut kepala kecil Wang Jian.
Bayi berusia lima bulan itu tengah tengkurap di ranjang kecil samping tempat tidur kedua orang tuanya. Mata bulat Wang Jian menyipit kala pipi berbentuk bapau tertarik mengulum senyum tak pernah pudar.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSHA ✓ (END)
Hayran KurguKandasnya pernikahan Xiao Zhan dengan ahli waris keluarga Wang, Wang Yibo membuat perasaannya luluh lantak. Terlebih sang ibu mertua, Wang Ziyi menghadirkan Lusi sebagai pengganti menantu di keluarga itu, memberikan luka teramat dalam. Xiao Zhan men...