🌼 SPESIAL 7🌼

567 81 17
                                    

Malam menjelang, waktu menunjukkan pukul delapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Malam menjelang, waktu menunjukkan pukul delapan. Selepas beraktivitas seharian, Xiao Zhan serta Wang Yibo kembali ke kamar pribadi.

Sedari tadi Xiao Zhan, menimang bayi menggemaskan Wang Lian, sedangkan Wang Jun berada dalam gendongan Wang Yibo.

Berkali-kali kepala keluarga tersebut memperhatikan sang istri yang tetap mengalirkan air mata, di samping jendela besar kamar mereka. Dirasa belum beres permsalahan tadi pagi, Wang Yibo menidurkan jagoan keduanya di tempat tidur.

Ia berjalan mendekati Xiao Zhan lalu memeluknya dari belakang, serta membubuhkan kecupan hangat di belakang lehernya.

Sang empunya sama sekali tidak terganggu dan tetap menimang Wang Lian yang sudah terlelap dalam pelukan. Xiao Zhan menarik napas panjang serta menghembuskan perlahan, meninggalkan keganjalan di hati.

Begitu terasa berat beban yang saat ini ditanggungnya, teringat sikap sang putra pertama menghadirkan kegelisahan berlebih.

Wajah kecewanya masih tergambar jelas, perasaan Xiao Zhan terkoyak, seakan gagal menjadi seorang ibu bagi Wang Jian.

"Sayang, apa kamu masih mengingat kejadian tadi pagi? Tenanglah, Jian... akan baik-baik saja di rumah Mama. Tadi, Mama mengirim pesan dan mengatakan Jian datang ke sana. Serta... dia juga menceritakan apa yang terjadi di rumah," ucap Wang Yibo menjabarkan.

Selepas mengatakan itu, isak tangis Xiao Zhan terdengar lirih dan kian menjadi-jadi. Wang Yibo melepaskan pelukan lalu beralih ke hadapannya.

"Hei... hei... hei, Sayang. Lao pao, Jangan menangis," ucap Wang Yibo menangkup wajah berair sang istri. Kedua kalinya ia membubuhkan ciuman hangat di dahi kekasih hati, maupun matanya.

Seketika Xiao Zhan berhenti menangis, memberikan tatapan sedih bercampur kecewa terhadap diri sendiri yang tanpa sadar telah melukai putra pertama.

"Jangan menangis lagi, okay. Kita memang harus memberikan waktu sendiri untuk Jian, mungkin sekarang anak itu butuh merenungkannya," tutur Wang Yibo.

"Sampai kapan? Aku tidak mau Jian semakin benci. Aku sadar... aku bukan ibu yang baik, terlebih... Jian mempunyai ibu seorang-"

Xiao Zhan terbelalak ketika Wang Yibo menyerobot mencuri ciuman di bibir. Sepersekian detik sentuhan itu kian memabukan memberikan sedikit ketenangan.

Tidak lama berselang Wang Yibo melepaskan pagutan tersebut dan kembali menangkup wajah hangat sang istri.

"Tidak peduli kamu siapa... bagaimana gander kamu, yang jelas... Zhan Ge merupakan ibu terbaik untuk anak-anaknya."

"Selain itu, Zhan Ge juga istri luar biasa yang pernah aku miliki. Jadi, jangan pernah memikirkan hal-hal yang dapat merusak momen bahagia kita."

"Aku juga tidak peduli apa kata orang... karena bagiku Zhan Ge pendamping sempurna di dunia ini," tutur Wang Yibo selembut mungkin.

Xiao Zhan terkesiap, tidak menyangka pria lebih muda enam tahun darinya mampu berpikir lebih dewasa. Ternyata memang benar, umur tidak menjadi patokan dewasanya seseorang atau lain sebagainya.

AKSHA ✓ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang