Chapter 8

11.4K 1K 52
                                    

Wang Yibo masih menatap dirinya dalam cermin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Wang Yibo masih menatap dirinya dalam cermin. Air terus mengucur dari shower membasuh tubuh kekarnya. Ia berusaha mendinginkan kepala dari keadaan tidak di harapkan kali ini. Berkali-kali air mata tanpa dosa meluncur indah di kedua pipi, tidak menyangka dan menduga akan terjebak dalam situasi tidak menyenangkan.

"Salah apa? Sampai aku mendapatkan kejadian tidak diinginkan? Bukankah aku sudah berusaha menjadi anak yang berbakti pada orang tua? Bukankah apa pun yang diinginkan Mama selalu aku turuti? Namun, kenapa sekarang malah seperti ini akhirnya?" pekik Wang Yibo membatin, berkecamuk dengan pikiran.

Ia sudah berusaha menyenangkan orang yang paling dicintainya. Namun, keadaan tidak mengizinkan ia untuk mendapatkan kebahagiaan setelah tahu ada buah hati yang tengah menunggunya.

"Benarkah aku sudah melakukannya pada wanita itu?" geram Wang Yibo menahan emosi dalam dada.

Tidak lama berselang suara kaca pecah bergema dalam pendengaran. Tetes demi tetes darah mengenai lantai marmer kamar mandi. Warna merah pekat bercampur dengan linangan air mata mengucur perlahan. Semuanya hancur hanya dalam hitungan detik.

"Maaf, Zhan Ge," bisiknya lirih.

Lusi masih setia berada di tempat tidur. Seraya menikmati buah apel merah ia melihat gerak-gerik sang suami yang baru saja membersihkan diri. Bola matanya bergulir menempati satu objek, Wang Yibo.

Suap demi suap apel yang dikunyah menemnai keheningan. Wanita berusia dua puluh tiga tahun itu nampak menikmati perannya sebagai seorang istri.

"Kamu mau ke mana? Kenapa tidak berganti baju saja di sini? Aku kan istrimu. Aku sudah melihat semuanya," ujar Lusi menghentikan langkah Wang Yibo yang hendak masuk ke ruang rahasia. Sedetik kemudian sosoknya pun menghilang tanpa menghiraukan ucapan wanita itu.

Lusi seketika tersenyum manis lalu meletakan sisa apel di atas nakas. "Setidaknya aku bisa memilikmu."

Beberapa menit kemudian ia pun turun mencapai lantai satu. Di sana sudah terlihat sang ibu mertua dan beberapa maid tengah menyiapkan sarapan. Melihat menantu wanitanya, Wang Ziyi mengerutkan dahi heran.

 Melihat menantu wanitanya, Wang Ziyi mengerutkan dahi heran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AKSHA ✓ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang