❥ 𝗦𝗶𝘅𝘁𝗲𝗲𝗻 ❥

1.3K 117 3
                                    

Happy reading...

_____----_____

"Eemhh" Felicia menggigit bibir bawahnya.

"Bel, pelan-pelan."

Bella sedikit membeku saat mendengar perkataan Felicia, apalagi dengan nada yang sedikit agak ambigu.

Tersadar dari diam nya, Bella kini berniat menjahili Felicia dengan menekan memarnya. Hal itu sukses membuat Felicia memekik.

"Aw aw ah sakit bel." Felicia menjauhkan kakinya dari jangkauan Bella.

"Lagian ya, udah dibilangin gak usah lari-larian, masih aja tetep ngeyel." Bella berdiri dan berjalan menuju lemari, untuk menaruh kotak P3K.

"Ya udah, aku pulang sekarang. Udah kemalaman ini." Bella membereskan tasnya.

Felicia mengangkat alisnya.
"Eh? Gak nginep?"

"Enggak, nanti Tifany sendiri di rumah."

Felicia tersenyum kaku.
'perasaan kemarin-kemarin Tifany selalu di tinggal sendiri di rumah deh'. Gumam Felicia.

"Yaudah, aku pulang ya." Bella kini berjalan ke arah pintu untuk keluar.

"Tunggu!!" Felicia menghampiri Bella dengan jalan yang pincang.

"Gak ada kiss gitu?" Tanya Felicia sembari memajukan bibirnya.

"Loh?" Bella mengangkat sebelah alisnya.

"Buat obat biar lukanya cepet sembuh."

Bella kini berjalan ke arah Felicia dan mendekatkan bibirnya ke telinga Felicia.
"Lukanya di lutut, kenapa malah minta kiss hm?" Bisik Bella tepat di telinga Felicia.

DEG

Sial, sial, sial, jantung Felicia serasa di obrak-abrik.

Bella kini menjauhkan diri dari Felicia sembari tersenyum, kemudian pergi menuju pintu meninggalkan Felicia yang masih terdiam mematung.

--

Sementara itu, setelah Revan sampai di Australia. Ia langsung mencari cara untuk menghubungi Reihan.
"Sialan, nomornya gak bisa di hubungin." Revan kemudian melemparkan handphone nya ke arah tempat tidur.

Tok... Tok... Tok...

Revan melirik ke arah pintu, dan melihat Devan. Devan merupakan teman masa sekolahnya, yang kini tinggal di Australia.
"Hai, boleh masuk?" tanya Devan.

"Ouh tentu, ini kan rumah kamu. Jadi kamu bebas."

Devan kemudian masuk ke kamar Revan.
"Ya ini emang rumah aku, tapi kamar ini jadi kamar kamu sekarang. Jadi aku juga harus menjaga privasi kamu dong."

Revan hanya tersenyum menanggapi perkataan teman lamanya ini.

"Jadi, kenapa kamu keliatan kayak lagi kesel?" Tanya Devan.

"Aku nyoba hubungin Reihan, tapi gak bisa." Kini Revan duduk di sebelah Devan.

"Yaudah nanti aku coba bantu biar kamu bisa komunikasi lagi sama Reihan."

"Iya, makasih. Maaf selalu ngerepotin."

"Hey ngerepotin apa? Malahan aku seneng bisa bantu," ucapnya seraya mengelus punggung Reihan.

"Yaudah aku masih ada kerjaan, aku pergi dulu ya."

Devan kemudian keluar dari kamar Revan.

--

𝐒𝐭𝐮𝐩𝐢𝐝 - 𝓨𝓸𝓾❜𝓻𝓮 𝓫𝓮𝓪𝓾𝓽𝓲𝓯𝓾𝓵Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang