❥ 𝗧𝘄𝗲𝗹𝘃𝗲 ❥

1.4K 105 13
                                    

Happy reading...

'*•.¸♡ ♡¸.•*'

Ini sudah dini hari, tapi Reihan belum mendapatkan waktu untuk beristirahat. Ia masih mengerjakan sebuah dokumen di ruang tamu.

Tok... Tok... Tok

Ia menoleh ke arah pintu.
"astaga, orang macam apa yang mengunjungi rumah orang dini hari."

Reihan berjalan ke arah pintu dan menarik kenop pintu.
"ada apa?" tanya Reihan dengan nada agak kesal.

"aku kesini hanya untuk meminta sesuatu," ucap revan sembari tersenyum. Kemudian ia menyelonong masuk ke dalam rumah.

Reihan hanya menatap dengan jengkel, setelah menutup pintu. Ia kembali ke ruang tamu dan mendudukkan dirinya di samping Revan sambil mengerjakan pekerjaannya.

"Reihan!" panggil Revan.

Tapi Reihan mengabaikannya dan masih tetap fokus dengan pekerjaannya.

Tiba-tiba Reihan merasakan ada udara hangat yang menerpa lehernya di sertai sebuah kecupan singkat. Ia langsung menoleh ke arah Revan dengan wajah yang sedikit kaget.

"Tolong berhenti mengabaikan ku," ucap Revan sembari mengerucutkan bibirnya.

"tapi aku sedang mengerjakan pekerjaanku," ujar Reihan kemudian ia kembali fokus pada laptopnya.

Setelah setengah jam akhirnya pekerjaan nya selesai, ia melirik Revan yang tengah memainkan ponselnya.

Reihan berjalan ke arah dapur untuk mengambil minuman dan cemilan. Melihat Reihan yang pergi, Revan pun mengikutinya.

Revan mencoba mendekat ke arah Reihan, kemudian memeluknya dari belakang.
"don't you miss me?" bisik Revan tepat di telinga Reihan.

Reihan berbalik menghadap Revan, kemudian menangkup pipinya. Memandangi wajah itu dengan penuh kagum, menggunakan jarinya untuk menyentuh setiap ukiran yang terpahat sempurna di wajah sang dominan.
Tangan itu berhenti tepat di bibir yang akhir-akhir ini ia rindukan.

Revan menarik pinggang Reihan dan menempelkan bibirnya. Melumatnya secara perlahan dan lembut. Satu tangan terus menekan tengkuk leher,vdan tangan yang lainnya menyelinap di bawah baju. Menyentuh perut itu dengan sensual.

Reihan melepaskan tautan bibirnya, membuat Revan menatap kebingungan.
"kita harus melakukan pekerjaan penting besok," ucap Reihan kemudian berlalu.

Revan menghentikan langkah reihan.
"tapi ini lebih penting," ucapnya sembari melihat ke arah bawah.

Reihan mengikuti arah tatapan Revan, dan kembali menatap wajahnya.

Revan maju beberapa langkah, dan meraih dagu Reihan. Membuat Reihan mendongak menatapnya.
"bisakah untuk balas budi, aku meminta ini?" tanya nya kemudian mengecup singkat bibir Reihan.

"terserah, lakukan apapun yang kamu mau."

Revan menarik tengkuk Reihan, melumat bibir itu secara kasar. Reihan sulit mengimbangi, bahkan ia semakin kewalahan saat lidah Revan memaksa untuk masuk kedalam mulutnya.

Revan mengangkat tubuh Reihan menggendongnya ala koala, dan masih dengan bibir yang bertaut Revan membawanya masuk kedalam kamar.

--

𝐒𝐭𝐮𝐩𝐢𝐝 - 𝓨𝓸𝓾❜𝓻𝓮 𝓫𝓮𝓪𝓾𝓽𝓲𝓯𝓾𝓵Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang