twenty one

1.3K 80 8
                                    

_____----_____

Sudah terhitung satu bulan sejak kejadian itu, selama itu pula Felicia tidak pernah menghubungi Bella. Ia bahkan sempat berharap agar Bella datang lebih dulu padanya, sayangnya sampai sekarang hal itu tidak terjadi.

Ia ingin kembali menemui Bella, tapi entah kenapa hatinya selalu tidak mengizinkan. Seolah berkata : 'jika kamu menemuinya sekarang, maka masalah yang lebih buruk mungkin akan terjadi.'

Felicia tidak peduli, ia sangat ingin bertemu dengan Bella. Ia hanya ingin menyelesaikan permasalahan yang terjadi diantara mereka, hingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi kembali menemui Bella di kantornya.

Hampir satu jam lebih ia berada di ruangan Bella, namun sampai saat ini Bella belum datang ke kantor. Sekretarisnya bilang, Bella meninggalkan kantor karena ada urusan tepat beberapa menit sebelum dirinya datang.

Ia terus menunggu, hingga akhirnya suara pintu terbuka membuat ia berdiri dari duduknya. Orang yang sejak tadi ia tunggu, kini berdiri tepat dihadapannya.

Felicia senang bisa bertemu dengan Bella, ia senang bisa kembali melihat wajah Bella. Tapi tunggu, tatapan itu. Tatapan yang tidak pernah Felicia harapkan sampai kapanpun, bukan tatapan cinta ataupun sayang.

Itu hanya tatapan datar, sama sekali tidak ada cinta di sana. Kemana semua itu pergi? Kini pemikiran-pemikiran buruk kembali bermunculan.

Bella berjalan kearah meja, dan duduk di kursinya.
"Ada apa?"

Felicia terdiam, ia hanya menatap Bella dengan mata yang berkaca-kaca.

Bella mengangkat alisnya, sembari menatap Felicia.
"Ada urusan apa?"

Felicia masih terdiam, bibirnya kelu. Hanya satu hal yang kini terpikirkan dibenaknya.
"don't you love me??"

Bella mengalihkan pandangannya, sembari membenarkan posisi duduknya.
"yeah that's right, dari awal aku gak pernah bener-bener ada rasa sama kamu."

Air mata yang awalnya dibendung, kini mulai mengalir membasahi pipi Felicia.
"Terus semua yang kita lakuin selama ini, gak ada artinya gitu??"

"Ya, aku cuman pengen nyelamatin perusahaan. Dan orang yang mudah ditipu itu cuman kamu, apalagi setelah tau fakta kalo kamu suka sama aku, jadi itu lebih mudah."

Felicia mengangkat tangannya kemudian menampar Bella dengan keras, bahkan tangannya terasa panas saking kerasnya ia menampar.

Tangisnya pecah, ia menunduk sembari terisak.
"Kalo dari awal itu tujuan kamu, kamu bisa minta bantuan aku tanpa harus mempermainkan perasaan kayak gini." Setelah mengatakan itu, Felicia keluar dari ruangan Bella.

Bella masih memegangi pipinya, sambil menatap Felicia yang kini sudah menghilang dibalik pintu.
"Maaf fel..."

--

Beberapa hari setelahnya, Felicia selalu mencoba untuk menyibukkan diri. Hampir setiap hari ia selalu bekerja sampai larut malam. Semua orang yang berada disekitarnya, merasa sangat khawatir terutama ayahnya.
"Fel, kamu ini kerja terus. Jangan lupa sempetin buat istirahat."

"Iya, iya. Felicia selalu istirahat kok," ucap Felicia sembari memasukkan sandwich kedalam mulutnya.

Ayah Felicia mengerutkan keningnya.
"Kapan kamu istirahat? Ayah liat kamu pulang larut malem, abis itu berangkat pagi."

Felicia memutar matanya, kemudian meletakkan sandwich nya di piring.
"Udah ah, Felicia berangkat dulu."

Ia pun langsung berdiri dan pergi meninggalkan ayahnya yang sedang memasang wajah kebingungan.
"Apa mungkin kejadian tahun lalu terulang lagi ya?" ayah Felicia berucap dengan nada yang penuh kekhawatiran.

Beberapa tahun yang lalu ayah Felicia dibuat heran oleh tingkah laku Felicia yang tiba-tiba menjadi pendiam dan selalu mengurung diri di kamar. Saat mencoba untuk menanyakan kabarnya, Felicia selalu menjawab tidak apa-apa.

Awalnya ayah Felicia menganggap itu wajar dan hanya akan terjadi selama beberapa hari saja. Tapi ternyata tidak, itu bertahan hampir 2 setengah tahun.

Ayah Felicia selalu mencoba mencari tahu apa yang terjadi pada putrinya, hingga ia mendapatkan alasan kenapa Felicia berubah.

Dari apa yang sudah ia selidiki, ia menemukan bahwa Felicia ditinggalkan oleh seseorang.
"Oleh temannya, atau oleh orang yang dia cintai??"
Pertanyaan itu langsung terlintas di benaknya.
"Tapi gimana bisa, seorang teman membuat dia berubah drastis seperti ini?"

--

Bella memasukkan pakaiannya kedalam koper, ia berencana untuk pergi keluar negeri. Ia membereskan barang-barangnya, sampai fokusnya teralihkan karena sebuah foto yang ia temukan di laci. Itu foto saat ia bersama dengan Felicia, bibirnya sedikit tersenyum.
"Maaf ya fel, aku gak bermaksud buat bikin kamu sakit hati untuk yang kedua kalinya."

Ia kemudian menyimpan kembali foto itu kedalam laci.

Selesai membereskan barangnya, Bella membawa kopernya dan memasukkannya kedalam mobil.

Mobilnya melaju kencang menuju ke bandara, dengan kondisi Bella yang kini mulai terisak.

--

Bersatu adalah kata yang sangat kita harapkan, namun sayang sekali itu mungkin tidak akan terjadi. Kita punya keinginan, tapi dunia juga punya aturan.

Bagaimana kalau kita melanggar hal itu?

Kita bisa saja melanggar aturan tersebut dan memaksa untuk bersama, tapi apa kita mampu menerima semua konsekuensinya?

Kalau rasa ini salah dan tidak benar, lalu sebenarnya apa sih yang kita rasakan ini???

I don't know...

[End]

𝐒𝐭𝐮𝐩𝐢𝐝 - 𝓨𝓸𝓾❜𝓻𝓮 𝓫𝓮𝓪𝓾𝓽𝓲𝓯𝓾𝓵Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang