Happy reading guys
⊂(・▽・⊂)
Felicia keluar dari mobilnya, kemudian berjalan menuju pintu rumah Bella. Ia menekan bel beberapa kali, namun tidak ada yang membukanya. Melihat jam yang ada ditangannya, setelah itu kembali menekan bel.
Hingga akhirnya, pintu terbuka. Menampilkan seseorang yang masih memakai pakaian tidur, sembari mengucek matanya.
"Iyaa, ada apa?" Tanya orang tersebut, sembari terlihat menahan kantuknya.Felicia menatap orang didepannya dengan penuh kebingungan.
"Tifany?"Tifany kini mengerjapkan matanya.
"Kak feli?"Setelah beberapa detik keduanya terdiam dan saling menatap, Tifany merentangkan tangannya kemudian memeluk Felicia dengan erat.
"Huwaaaaa aku kangen banget tau sama kakak," ucap Tifany masih dengan memeluk Felicia.
Felicia yang awalnya terkejut, kini perlahan mulai membalas pelukan Tifany.
"Aku jugaa."Tifany melepaskan pelukannya, kemudian mengajak Felicia untuk masuk ke dalam rumah. Sampai di ruang tamu, Tifany mempersilahkan Felicia untuk duduk sementara ia mengambil minuman ke dapur.
Tifany kembali dengan membawa dua gelas minuman. Tapi, langkahnya terhenti sejenak saat melihat Bella dan Felicia yang sedang berbincang sambil sesekali tertawa. Ia tersenyum, senyum yang sulit diartikan. Kemudian ia kembali melanjutkan langkahnya, dan menaruh minuman yang ia buat diatas meja.
"Ini minumannya," ucapnya kemudian duduk di sofa yang berhadapan dengan Bella dan Felicia.
"Cuman dua minumannya?" tanya Bella dengan mengangkat sebelah alisnya.
"Yeuuu bikin aja sendiri," ucap Tifany sembari memutar bola matanya.
"Heh ni anak!" Bella memandang Tifany dengan sinis.
"Yaudah iya, aku bikinin."
Baru saja Tifany ingin berdiri dari duduknya, Bella menyuruhnya untuk tetap diam duduk di sofa. Tifany terlihat kebingungan, tapi tetap menuruti perintah tantenya.
"Kenapa?" Setelah beberapa saat terdiam akhirnya Tifany bertanya.
"Gak usah dibikinin, kita mau berangkat sekarang. Sayang, nanti minumannya gak diminum."
Setelah mengucapkan hal tersebut, Bella kemudian berdiri dan menarik tangan Felicia untuk pergi mengikutinya. Tifany memandangi kedua orang yang sedang berjalan dengan kedua tangan mereka yang saling menggenggam, ia kembali mengulas sebuah senyuman.
Di dalam mobil, Felicia masih terus bertanya kepada Bella mengapa ia tiba-tiba mengajaknya pergi.
"Kamu ini kenapa sih bel, tiba-tiba ngajak pergi gitu aja?"Bella menengok ke arah Felicia memandangi wajah itu sebentar, kemudian kembali memfokuskan perhatiannya ke jalanan.
"Aku cuman pengen berdua sama kamu aja, ngabisin waktu sama kamu, ngobrol, pokoknya ngelakuin semua hal sama kamu. Aku pengen nebus semua waktu yang udah terlewat sebelumnya."Felicia sedikit tersentuh mendengar apa yang Bella katakan. Ia mencondongkan tubuhnya kearah Bella, dan mengecup singkat pipi Bella. Kemudian kembali menyandarkan tubuhnya, sembari terus menatap Bella dengan senyum yang terpampang jelas diwajahnya.
"Cuman di pipi nih?" tanya Bella dengan nada seolah menggoda.
"Isshhh," Felicia kini mengalihkan pandangannya, dan lebih memilih untuk menatap keluar jendela mobil.
Bella tersenyum dan sedikit menggelengkan kepalanya, melihat tingkah laku Felicia.
Bella menghentikan mobilnya, disebuah villa. Seperti villa pada umumnya, yang pertama dirasakan saat tiba di villa tersebut adalah sejuk. Keduanya turun dari mobil, kemudian melangkah masuk kedalam villa. Bangunan dengan nuansa klasik dengan halaman yang cukup luas, serta terdapat sebuah kolam. Didalamnya juga luas, meskipun jarang ditinggali, villa itu tetap terlihat sangat bersih dan rapih.
Bella dan Felicia duduk di sofa, keduanya hanya terdiam tanpa ada yang memulai pembicaraan. Dirasakan suasana begitu hening, Bella akhirnya membuka suara.
"Orang mana kak?"
Felicia yang mendengar itu, langsung menatap Bella dengan terheran-heran.
"Bel, se gak ada topiknya aku kalo ngomong sama kamu. Gak pernah tuh, nyampe nanya orang mana," ucap Felicia dengan senyum kesal diwajahnya.Bella menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Y-ya abisnya dari tadi diem mulu.""Gini loh, aku tuh lagi mikir tau. Kenapa dari banyaknya tempat yang bisa kita kunjungi buat ngabisin waktu bareng-bareng, kamu malah milih villa ini?"
"Yaa... Gak tau, pengen aja sih ke sini."
Felicia menatap Bella dengan penuh selidik.
"Yang bener?" tanya Felicia sambil mendekatkan dirinya ke Bella."Eemmmm" Bella mengangguk.
"Bener nih?"
Felicia terus mendekatkan dirinya, hingga sedikit lagi menindih tubuh Bella.
"Bel.." panggil Felicia dengan nada yang lembut.
"Hhmm?" Bella menatap mata Felicia.
"Mau gak?" tanya Felicia, masih dengan nada yang sama.
"Mau," jawab Bella, tanpa menanyakan apa yang Felicia tawarkan.
"Oke."
Felicia menjauhkan tubuhnya, kemudian berdiri.
"Loh, mau kemana?" tanya Bella terheran-heran.
"Barusan pas ditanya, katanya mau. Yaudah ayo."
"Di sini juga bisa sayang," ucap Bella, kemudian menarik tangan Felicia untuk lebih dekat dengannya.
"Ya gak bisa dong yang."
"Bisa."
"Enggak lohh."
"Bisa, waktu itu juga bisa."
Kini Felicia yang kebingungan,
"Hah, ini ngomongin apa sih?" Ia menaikan sebelah alisnya."Eehh?"
Kini malah keduanya, merasa kebingungan.
"Apa sih ah, aku ngajak kamu buat masak lohh," setelah mengatakan itu, Felicia langsung pergi ke arah dapur.
"Oouuu masak ternyata."
Setelah itu, ia pergi mengikuti Felicia ke dapur untuk membantu memasak.
Note : akhirnya, setelah berbulan-bulan terbengkalai, lanjut juga ni cerita. Sorry kalo gak sesuai ekspektasi kalian.
Jangan lupa klik bintangnya yaa...
👇
👇
👇
⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐭𝐮𝐩𝐢𝐝 - 𝓨𝓸𝓾❜𝓻𝓮 𝓫𝓮𝓪𝓾𝓽𝓲𝓯𝓾𝓵
Teen FictionDitolak? Kamu mungkin akan mencoba menghilangkan perasaan itu. Tapi bagaimana jika sikap dia berubah dan membuat kamu gagal untuk menghilangkan hal itu? Mungkin cerita ini bisa memberi sedikit pencerahan jika kamu mengalami hal yang hampir serupa se...