Bagian 8. Memulai

871 129 9
                                    

Gimana udah pada hapal belum sama nama-nama mereka?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana udah pada hapal belum sama nama-nama mereka?

***

Lee Jeno berjalan di kantor polisi dan tersenyum hangat kepada beberapa orang yang menyapanya.

Mungkin semua orang tak asing dengan nama dan wajahnya. Pengacara Lee Jeno yang tak pernah membawa kekalahan dalam setiap kasusnya. Dia disegani dan dihormati, bahkan oleh beberapa polisi disekitarnya. Sejauh Jeno melangkah, orang-orang akan tersenyum atau bahkan menunduk hormat padahal Jeno ngerasa dia gak sehebat itu. Dia biasa aja, dia sama saja dengan pengacara-pengacara lainnya.

"Selamat siang pengacara Lee." Seorang polisi membukakan pintu untuk Jeno dan Jeno membalasnya dengan ucapan terima kasih lalu berjalan masuk. Di dalam dia bisa liat ada kepala polisi, seorang wanita, dan Juno yang duduk membelakanginya.

Jeno menghela napas lalu berjalan mendekat sebelum mendudukkan dirinya di samping anaknya.

"Ah selama siang pengacara Lee." Kepala polisi itu menyapa dan lagi-lagi Jeno hanya membalasnya dengan senyum hangat. Pria empat puluhan itu menoleh ke sampingnya tapi Juno memalingkan wajahnya.

Dari semua kasus kenakalan Juno, ini pertama kalinya anak itu sampe harus berurusan dengan polisi dan dia yakin ayahnya udah menyiapkan kata-kata untuknya nanti di rumah.

"Kita mulai saja ya, Pak. Begini, tadi ada yang melapor nak Juno dan nak Tian anak dari ibu ini berkelahi di depan minimarket. Tapi setelah kami telusuri, ini hanya kesalahpahaman anak remaja—"

"Salah paham gimana pak? Anak saya ini masuk rumah sakit!" Ibu itu menatap pak polisi dengan tajam lalu menatap Juno yang masih memalingkan wajahnya.

"Iya, iya tenang Bu. Sebaiknya kita dengar sendiri dari anaknya kan? Tadi anak ibu juga bilang hanya salah paham kan?"

"Gak bisa! Anak saya keadaannya lebih parah sampai masuk rumah sakit! Pokoknya dia harus dipenjara!" Ibu itu menuding Juno yang masih terdiam. Jeno menatap ibu-ibu itu lalu menarik pelan wajah anaknya. Lebam sana-sini bahkan hidungnya masih mengeluarkan darah.

"Ibu liat, anak saya juga keadaannya kaya gini. Saya juga bisa balik menuntut." Jeno berkata tegas dan melepaskan wajah Juno ketika anak itu meringis.

"Ya tapi anak saya lebih parah pak!"

"Kalo diliat dari lebih parahnya emang iya, tapi coba ditanya dulu ini permasalahannya apa? Mereka juga gak mungkin asal adu pukul kan kalau gak ada yang mulai?" Jeno masih berusaha tenang. Dia noleh ke Juno yang masih diem sesekali menyeka darah di hidungnya membuat Jeno langsung mengusap punggungnya.

"Gini Bu, kalo anak saya terbukti yang memulai, saya berani masukin dia ke penjara tanpa ibu minta. Dan saya juga akan bertanggungjawab untuk semua biaya rumah sakit anak ibu sampai sembuh. Tapi kalau anak ibu ketauan yang memulai, saya—"

"Saya akan anggap kasus ini selesai asal bapak ganti rugi lima puluh juta."

Kan, Jeno udah nyangka akhirnya bakal kaya gini. Dia menoleh ke polisi terus mengangguk, meminta secarik kertas dan bolpoin lalu memberikan ke ibu-ibu itu.

SweetsaltTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang