Bagian 30. Permulaan

640 97 18
                                    

Juno memarkirkan motornya tepat di depan sebuah rumah singgah sederhana namun terlihat sangat terawat. Cowok yang hari ini memakai kaos hitam dibalut jaket denim itu membuka helmnya dan berjalan ke teras yang di depannya ditanami beberapa tanaman membuat udara disana semakin sejuk.

 Cowok yang hari ini memakai kaos hitam dibalut jaket denim itu membuka helmnya dan berjalan ke teras yang di depannya ditanami beberapa tanaman membuat udara disana semakin sejuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juno mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu berwarna coklat itu dan tak lama, seorang suster membukakan pintu dan tersenyum ramah kepadanya yang langsung dibalas sama Juno.

Setelah suster itu melebarkan pintu, Juno langsung berjalan masuk dan duduk di sebuah ruang tamu kecil. Kalo diliat dari luar, tempat itu sama seperti tempat perawatan pada umumnya. Tapi kalau sudah masuk ke dalam, tempat itu hampir mirip seperti rumah. Ada satu kamar, ruang tamu, dapur kecil yang sudah lengkap dengan kamar mandi dan meja khusus perawat yang jaga.

Juno mengedarkan pandangannya, menatap tempat itu yang gak berubah sejak terakhir Juno kesana. Seminggu yang lalu mungkin?

Dan kegiatan melamunnya langsung terhenti ketika pintu kamar terbuka. Menampilkan suster yang tadi dan seorang cewek yang berjalan di belakangnya dengan pakaian khas pasien.

Suster itu membungkuk kepada Juno dan pamit keluar setelah mendapatkan anggukan sedangkan Juno masih duduk di tempatnya, menatap cewek itu yang juga menatapnya dengan tajam sebelum sebuah vas bunga melayang dan hampir aja mengenainya kalau aja Juno gak langsung menghindar.

"Dasar gila." Cowok itu mengumpat, membersihkan jaketnya yang terkena sedikit air. Ah harusnya Juno kesini malam, bukan siang hari seperti ini dimana nanti sorenya dia bakal ke tempat Rengga.

"Gue gak gila! Lo yang gila Juno!"

"Lo gila Sierra." Juno tersenyum, bangkit dari tempatnya lalu berjalan menghampiri Sierra yang sekarang jatuh terduduk di lantai. Cewek itu menangis meraung-raung, melempar apapun yang ada di dekatnya dan berusaha mengenai Juno. Apapun caranya dia harus bisa membunuh Juno dengan tangannya sendiri tapi Juno jauh lebih cerdik. Cowok itu menarik rambut Sierra dan melempar tubuhnya ke sofa.

"Bajingan! Lo bukan manusia! Lo iblis! Lo setan Juno!" Sierra udah mau membalikkan meja kalau aja Juno gak nahan pergerakannya.

"Lepasin gue! Gue gak gila! Lepasin!" Sierra masih berteriak histeris. Suster penjaga yang ada diluar udah bersiap akan masuk kalau aja Juno gak menggeleng, menyuruh susternya untuk tetap diluar dan biar dia yang menangani ini. Lagipula ini bukan pertama kalinya Juno menghadapi Sierra yang tengah mengamuk. Seminggu yang lalu lebih parah, Sierra bahkan melempar kepala Juno dengan gelas membuat pelipisnya mengeluarkan darah.

"Kalo lo udah masuk sini, itu artinya lo gila Sierra." Juno berbisik. Dia menatap keluar jendela, ke sebuah tulisan yang menyatakan tempat apa ini.

Rumah Sakit Jiwa.

"Lo yang masukin gue kesini, lo yang udah bayar orang-orang itu buat ngurung gue disini!" Sierra balas menatap Juno dengan tajam. Napasnya memburu. "Yang gila itu lo! Lo yang gila Alvaro Juno—"

SweetsaltTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang