Hari pertama setelah libur semester dan libur tahun baru dan itu artinya ini adalah semester terakhir untuk anak-anak kelas 12 karena setelah ini, mereka akan dihadapkan dengan berbagai ujian sampai akhirnya Ujian Nasional dan mereka akan meninggalkan masa SMA, masa yang kata kebanyakan orang adalah masa terindah karena di SMA biasanya kita menemukan sahabat sejati.
Namun menurut Juno, masa SMA sama saja. Sahabat sejati apanya? Orang Juno kenal sama sahabat-sahabatnya dari kecil. Kecuali Ezra sih, mereka emang kenal waktu MOS.
Oke lupakan itu.
Ini hari pertama masuk setelah dua minggu libur. Mungkin kebanyakan ada yang menanti-nanti hari ini. Ya apalagi kalau untuk melepas kangen dengan teman-teman atau ada juga yang melepas kangen dengan crush. Tapi ada juga yang malas. Malas bangun pagi misalnya.
Tapi pasti kebanyakan karena ingin mendapatkan uang jajan karena selama libur biasanya uang jajan juga libur. Ada yang kaya gitu?
Dan lagi-lagi menurut Juno, itu bukan yang dia tunggu. Juno pagi-pagi datang ke sekolah bukan karena rajin tapi untuk bertemu dengan Rengga. Iya, Juno mau ngomong sama pacarnya itu.
Sejak kejadian di depan kafe itu, Rengga bener-bener nutup akses buat Juno. Setiap ditemuin di kosan juga Rengga selalu ngehindar, atau tak jarang Rengga terang-terangan ngusir Juno.
Tadi dijemput juga kata Shaka Rengga udah berangkat, padahal udah lima belas menit Juno berdiri di depan kelas 12A, dia sama sekali gak melihat keberadaan cowok manis itu.
Gak mungkin kan Rengga bolos? Juno menggeleng, pacarnya itu murid teladan, jadi gak mungkin banget bolos. Jangankan berani bolos, kalau lagi tidak ada guru aja Rengga milih diem di kelas- baca buku, daripada jajan ke kantin atau sekedar nongkrong di depan.
Dua puluh menit berlalu, dan Juno masih belum menemukan keberadaan pacarnya itu, sedangkan bel masuk akan berbunyi lima menit lagi.
Apa Rengga ada urusan? Atau justru benar-benar menghindarinya?
Entahlah, Juno sendiri gak tau. Dia akan kembali ke kelas, gak mungkin juga dia bolos di hari pertama walau sebenarnya dia pengen banget. Enggak, nanti orangtuanya dipanggil lagi. Dan Juno gak mau bikin Papa sedih.
Disaat tubuhnya sudah berbalik dan hendak melangkah, dari jauh Juno melihatnya. Iya, Rengga. Orang yang sedari tadi dia tunggu akhirnya muncul, bersamaan dengan senyumannya yang mulai terbit.
Namun senyum itu harus luntur ketika melihat Rengga berjalan dengan seseorang. Berjalan dengan langkah ringan dan canda tawa yang menggelar.
Diam-diam Juno bertanya dalam hati. Apa selama bersamanya Rengga pernah tertawa seperti itu? Apa dia pernah melihat Rengga tertawa sepuas itu?Namun setelah mencari-cari jawaban, gelengan dan senyum pahit terukir di wajahnya.
Gak pernah. Rengga gak pernah terlihat sebahagia itu ketika bersamanya. Justru Jeno lebih sering melihat Rengga menangis atau merasa khawatir kalau dirinya abis berantem.
"Sama aku banyak sakitnya ya, Ngga?" Juno berkata lirih. Dia masih melihat Rengga berjalan di sana, tanpa menatapnya.
Dan sebelum Rengga sampai di depan kelas, Juno buru-buru pergi. Dia gak mau Rengga kehilangan senyumannya kalau melihatnya. Karena Juno tau, Rengga belum benar-benar memaafkannya.
***
Sejak di sekolah sampai sekarang sudah sampai di depan rumahnya, mood Juno masih berantakan. Entahlah, dia sendiri gak tau kenapa moodnya bisa sehancur itu hanya karena melihat Rengga berjalan bersama orang lain di koridor.
Sebenarnya masalah sepele, hanya saja sejak pertengkarannya tempo lalu, Rengga benar-benar seperti menghindar. Cowok itu selalu bersikap acuh padahal tadi saja mereka sempat beberapa kali berpapasan. Bahkan ketika mereka berkumpul di aula untuk rapat perwakilan kelas, mereka duduk bersebelahan namun Rengga tetap fokus ke depan, mengabaikan Juno yang terus menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweetsalt
FanfictionDestiny 3rd book (disarankan baca destiny dan destiny 2.0 dulu biar nyambung) Yang Rengga inginkan hanyalah sekolah dengan tenang sampai hari kelulusannya nanti tapi semuanya berubah ketika seorang siswa paling berpengaruh di sekolah tiba-tiba mengh...