Sarapan pagi ini terasa dingin, setidaknya itu yang dirasakan oleh Jeno. Si pengacara itu menoleh ke sisi kanannya dimana Juno hanya terdiam sambil mengaduk-ngaduk makanannya. Bahkan dari Jeno duduk sampai lima belas menit berlalu, anak sulungnya itu belum menyentuh sedikitpun makanan yang ada di piringnya. Piringnya masih penuh, belum berkurang satu sendok pun.
Jeno tau kalau Juno kadang sering kehilangan nafsu makannya membuat Renjun kelimpungan sendiri mencari cara agar anaknya tetap makan walaupun sedikit sampai akhirnya Renjun harus diam-diam memasukkan obat napsu makan ke dalam makanannya. Namun kali ini, anak itu benar-benar tidak menyentuh makanannya, sedikitpun.
Beralih ke sisi kirinya, Jeno mendapati suaminya juga melakukan hal yang sama. Untuk pertama kalinya, Renjun hanya terdiam sambil mengaduk-ngaduk isi piringnya yang sama masih penuh.
Jeno tidak tau ada masalah apa antara dua orang itu namun seingatnya, semalam Juno juga absen makan malam. Anak itu sudah terlelap ketika dia pulang, dan sama sekali tidak terbangun ketika Cello mengajaknya makan.
Ini gak biasa. Semalas apapun Juno, anaknya pasti akan turun. Dari kecil Jeno dan Renjun selalu mengajarkan kepada anaknya untuk menghargai apapun yang orang lakukan untuk mereka. Juno gak pernah menolak makanan yang dibuat oleh Renjun. Bahkan anak itu selalu pulang ke rumah disaat teman-temannya mengajak makan diluar. Juno selalu duduk di meja makan dan menghabiskan apapun yang dibuat oleh Papanya.
Dan melihat pemandangan pagi ini, Jeno yakin pasti ada yang gak beres. Kepala keluarga itu berdeham dan benar saja, dua orang disisinya langsung menoleh.
Beda dengan Juno yang masih menampilkan raut yang sama, Renjun buru-buru mengubah ekspresinya. Pria itu tersenyum, menatap suaminya dengan lembut.
"Kenapa? Kamu butuh sesuatu?" Bahkan nada suaranya masih sama. Renjun seperti seorang aktor profesional yang menjalankan aktingnya dengan baik. Dan di dalam keadaan seperti ini, Renjun masih bisa tersenyum seperti biasanya.
Jeno yang ditanya menggeleng, balas tersenyum lembut lalu kembali beralih menatap anak sulungnya yang kini tertunduk. Bisa Jeno lihat anak itu menggenggam sendok dan garpunya dengan erat.
Dengan hati-hati Jeno mengambil paha ayam yang masih utuh dari piring Juno membuat anaknya langsung mendongkak.
"Kata adek, makanan orang itu lebih enak. Hari ini daddy mau buktiin, ayam punya Juno beneran lebih enak gak." Sekonyong-konyongan Jeno langsung melahap paha ayam itu dengan tenang dan tanpa merasa bersalah sedikitpun.
Bunda Tiffany dan Cello yang berada di tempat yang sama hanya memandang dengan bingung. Begitupun dengan Renjun dan Juno.
"Oh kakak belum makan ya? Itu coba minta tolong ke Papa buat ambilin ayamnya lagi." Jeno menunjuk piring berisi ayam yang kebetulan dekat dengan Renjun membuat keduanya langsung menoleh dan bertemu tatap.
Sengaja sebenarnya, Jeno ingin melihat reaksi keduanya dan benar saja, lagi-lagi ia menangkap semuanya. Bahkan ia bisa mendengar helaan napas yang keluar dari bibir anak sulungnya.
Dan belum sempat Renjun mengambil sepotong paha ayam, Juno sudah terlebih dahulu menyimpan sendok beserta garpunya di atas piring.
"Juno lupa hari ini ada bimbingan pagi." Katanya seraya memakai tasnya. Dan setelah membungkuk sopan kepada semua orang yang ada disana, cowok itu langsung pergi begitu saja. Mengabaikan panggilan Jeno dan tatapan tak mengerti dari bunda Tiffany dan Cello.
"Alvaro!" Jeno hendak berdiri namun dengan cepat Renjun menahan tangan suaminya dan menggeleng, Renjun gak akan pernah membiarkan Jeno yang yang menghampiri anaknya karena dia tau sifat suaminya seperti apa. Bukannya masalah selesai, nanti pasti malah menambah masalah baru.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweetsalt
FanfictionDestiny 3rd book (disarankan baca destiny dan destiny 2.0 dulu biar nyambung) Yang Rengga inginkan hanyalah sekolah dengan tenang sampai hari kelulusannya nanti tapi semuanya berubah ketika seorang siswa paling berpengaruh di sekolah tiba-tiba mengh...