Bagian 35. Penyesalan

603 71 10
                                        

Malam ini keadaan di rumah keluarga Lee cukup tenang. Tadi setelah makan malam mereka berkumpul di ruang keluarga dan mengobrol bersama.

Daddy dan Cello duduk di sofa panjang, si bungsu minta ditemenin menggambar dan Jeno pasti akan dengan senang hati menemani buah hatinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Daddy dan Cello duduk di sofa panjang, si bungsu minta ditemenin menggambar dan Jeno pasti akan dengan senang hati menemani buah hatinya. Juno duduk sendirian di sofa belakang sambil menonton tivi atau sesekali menoleh ke arah dua orang yang tampak masih asik bercanda. Papa Renjun masih ada di dapur, katanya mau mengangkat kue dari oven sedangkan Oma Tiffany tadi ada bermain piano, memainkan lagu ballad yang membuat suasana malam itu tampak lebih hangat.

"Ngelamun aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ngelamun aja." Juno yang sedang fokus memperhatikan daddy dan adiknya langsung tersentak ketika tiba-tiba Renjun menepuk pundaknya dan duduk di sampingnya membuat si sulung langsung tersenyum.

"Tadi Papa bikin kue kesukaan Juno, nih cobain." Renjun mengambil piring yang tadi dia simpan di atas meja lalu memberikannya kepada Juno. Juno dengan senang hati mengambil satu potong kue dan memakannya. Renjun tersenyum, tangannya terangkat untuk mengusap rambut coklat anaknya yang udah mulai memanjang.

"Rambutnya Juno udah panjang nih, nanti sebelum ujian potong ya?"

"Iya, nanti sekalian mau warnain item lagi." Katanya. Renjun kembali tersenyum, masih memperhatikan anaknya yang makan dengan tenang. Diam-diam Renjun mengucap syukur, nafsu makan Juno sudah kembali.

"Pa.."

"Hm?"

"Papa malu gak punya anak kaya Juno?" Gerakan tangan Renjun yang mengusap rambutnya langsung terhenti. Si dokter itu langsung menatap anaknya yang masih makan dengan tenang, seolah pertanyaannya tadi adalah hal yang tak penting.

"Kenapa Juno ngomong seperti itu?"

Juno menoleh lalu menggeleng, "Nanya aja, iseng." Anak itu tersenyum lalu kembali mengambil satu potong kue dan memakannya sekali lahap.

"Nak.." Renjun mengambil piring yang ada di pangkuan sulungnya lalu menyimpannya di meja. Ia juga memutar tubuh Juno agar berhadapan dengannya dan mengambil kedua tangannya untuk ia genggam.

"Ada yang mengganggu pikiran Juno?" Renjun bertanya pelan, masih menatap wajah penuh lebam anaknya. Sejak kejadian di sekolah waktu itu, Renjun emang merasa ada yang salah dari anaknya. Dari dia menjemput Juno sampai malam ini, anak itu lebih menjadi pendiam padahal biasanya Juno selalu jahil kepada adiknya. Pasti ada aja tingkahnya yang bikin geleng-geleng kepala.

SweetsaltTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang