Hari keempat setelah kepergian ayah David dan rumah masih saja ramai oleh orang-orang yang datang hanya untuk mengucapkan bela sungkawanya. Ada juga beberapa keluarga dari luar kota yang sengaja datang hanya untuk menginap atau sekedar berkunjung.
Sudah empat hari juga Jeno beserta keluarga menginap disana untuk menemani bunda Tiffany dan hanya pulang sesekali untuk mengambil pakaian. Bukan hanya Jeno, tapi sesekali Jaemin dan Mark juga ikut menginap disana, menemani atau hanya berkumpul.
Walaupun bunda Tiffany udah terlihat ikhlas dan sedikit lebih baik, tapi Jeno masih belum bisa untuk meninggalkannya. Dia bahkan udah empat hari ini hanya diam di rumah, yang ngurus perusahaan juga Jeno serahkan ke orang kepercayaan keluarga Lee.
Kemarin Renjun udah mulai kembali ke rumah sakit, dengan sedikit paksaan oleh Jeno tentu saja karena suaminya itu keukeuh pengen nemenin Jeno padahal Jeno sendiri udah ngerasa lebih baik. Bukan hanya Renjun, anak-anak juga udah mulai masuk sekolah. Juno dan Cello juga udah terlihat banyak ketawa, gak kaya kemarin-kemarin yang selalu murung atau kaya Cello yang tiba-tiba aja nangis.
Kedua kakak beradik itu kompak tidur di kamar bunda Tiffany, nemenin Oma katanya padahal bunda Tiffany juga udah lebih tegar. Anak-anak dan cucu-cucunya ada disana aja bunda udah ngerasa seneng, ini lagi mereka selalu membantu segala keperluannya. Renjun bahkan selalu membawa makanan ke kamar dan menyuapi mertuanya itu dengan sangat telaten membuat Jeno ngerasa hangat. Dia emang gak salah milih Renjun menjadi pasangannya.
Kaya malam ini misalnya. Beberapa menit yang lalu Jeno kedatangan seseorang yang sama sekali gak dia sangka akan datang secepat ini. Iya Jeno tau kalo ayahnya itu mempunyai pengacara pribadi yang mengurus aset-asetnya dan Jeno juga tau maksud dari kedatangannya.
Dan Renjun yang seharusnya malam ini lembur terpaksa harus menemani Jeno. Dia duduk di sofa panjang dengan kedua anaknya dan bunda Tiffany sedangkan Jeno ada di sofa tunggal dan sang pengacara keluarga duduk di seberangnya.
Si dokter itu menyimak dengan baik obrolan keduanya. Sesekali menoleh ke anak-anaknya yang tampak bosan, Renjun tau mereka gak terlalu tertarik dengan obrolan itu tapi mereka terpaksa duduk disana karena menurut penuturan pengacara itu, ada nama Juno dan Cello yang tertulis di surat ayah David.
"Jadi pak Jeno, jauh sebelum pak David meninggal, beliau sudah mengatakan ini kepada saya. Disini tertulis Desember lima belas tahun yang lalu, saat putra kedua anda baru lahir." Pengacara Kim, memberikan beberapa dokumen yang terdapat tanda tangan ayah David dan cap jarinya. Jeno mendengarkan dengan baik, mengangguk.
"Disini pak David menulis jikalau beliau sudah tidak ada, beliau memberikan lima puluh persen hartanya kepada anak semata wayangnya, Lee Jeno." Pengacara Kim menunjuk sebaris kalimat di dokumen itu. "Dan lima puluh persen lainnya akan dibagi menjadi dua puluh lima persen untuk Alvaro Juno Rajendra, dan dua puluh lima persen lainnya untuk Arcello Gaiva Rajendra."
Juno dan Cello yang mendengar namanya disebut langsung saling pandang, ini maksudnya mereka dapet warisan? Mereka juga noleh ke Renjun tapi si dokter menyuruh mereka untuk mendengarkan.
"Hotel, rumah, dan semua mobil akan diserahkan kepada ibu Tiffany tapi karena ibu Tiffany sudah tidak lagi muda, Pak David menyerahkan itu kepada Pak Jeno. Bagaimana Bu, anda keberatan?" Pengacara Kim menoleh kepada Tiffany, wanita itu tersenyum lalu menggeleng. Dia sama sekali gak keberatan dengan keputusan itu. Lagi pula perkataan suaminya benar, dia sudah tidak lagi sanggup untuk mengurus semuanya. Dan memang hanya Jeno yang mampu.
"Pak David juga berpesan agar Pak Jeno dan Pak Renjun senantiasa mengurus ibu Tiffany di sisa akhir hayatnya. Anda berdua keberatan?" Tanyanya yang langsung mendapat gelengan. Jeno dan Renjun sama sekali gak keberatan dan walau bagaimanapun juga itu emang kewajiban mereka untuk mengurus bunda yang udah gak muda lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweetsalt
FanfictionDestiny 3rd book (disarankan baca destiny dan destiny 2.0 dulu biar nyambung) Yang Rengga inginkan hanyalah sekolah dengan tenang sampai hari kelulusannya nanti tapi semuanya berubah ketika seorang siswa paling berpengaruh di sekolah tiba-tiba mengh...