Masa Bodoh

439 75 30
                                    

Menuang soju ke gelas panjang nan langsing, lalu menenggaknya perlahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menuang soju ke gelas panjang nan langsing, lalu menenggaknya perlahan. Menikmati malam yang sunyi. Menghindar dari Langit adalah keputusan Senja. Dia mengaku kalah, dalam perjanjian itu tertulis, tidak boleh saling jatuh cinta dan jika salah satu di antara mereka ada yang jatuh cinta, maka dia harus jaga jarak. Iya, itulah sebabnya Senja sekarang berada di Villa Ketapang Indah yang berada di pinggir pantai, jauh dari keramaian kota.

Meski begitu, ada sedikit tidak tega saat Senja meninggalkan Langit. Jalan satu-satunya agar mengetahui kabar dia, Senja membuka blokiran nomor HP-nya. Seharian tadi Langit beberapa kali mengirim Senja pesan, tetapi tak ada satu pun yang Senja balas. Dia takut nanti akan berharap lebih kepada Langit. Dia juga tidak mau jatuh cinta terlalu dalam. Biarkan Senja menikmati kesendiriannya, bukankah memang itu yang Senja inginkan sejak dulu? Menikmati hidup dan kariernya.

"Tanpa sadar aku sudah jatun cinta sama kamu, Lang," ucap Senja tersenyum miris sambil melihat gelang yang masih setia melingkar di tangannya. "Bodohnya aku. Kenapa bisa selemah itu denganmu." Tanpa aba-aba, air mata Senja lagi-lagi mengalir.

Jika mengingat hatinya yang saat ini sedang terluka, dia mengerutuki kebodohannya. Kadang perasaan cinta yang datang tanpa terencana membuat kita bertanya, apakah ini memang sesuatu yang wajar untuk diperjuangkan? Benarkah jalan kita benar kalau mengikuti perasaan yang tiba-tiba ini? Keraguan antara mengikuti ledakan atau menahan perasaan menjadi pertimbangan yang membuat Senja terombang-ambing dalam perasaannya sendiri. Apa dia sudah benar?

"Aku enggak akan jatuh cinta lagi sama kamu, Lang. Pulang dari sini, rasaku ke kamu harus sudah hilang. Jika masih ada, terpaksa aku yang akan pergi dari hidupmu, Lang."

Di saat yang sama, berbeda tempat, Langit sedang menunggu Puspita. Sudah dua hari Langit wira-wiri ke rumah sakit. Dia juga berusaha menghubungi Senja. Wajah Langit tampak kusam, pikirannya bercabang, dia khawatir dengan kondisi Senja yang tak memberinya kabar. Selain itu Langit juga kepikiran Puspita yang tak kunjung siuman. Langit keluar dari ruang ICU, di depan ruangan ada Violet dan orang tuanya.

"Langit, sudah makan?" tanya Yani menyentuh lengannya.

"Sudah, Tante," jawab Langit berbohong.

Padahal dua hari ini dia tidak nafsu makan. Paling dia hanya minum dan makan roti jika merasa lapar.

"Makasih, ya, Langit, kamu sudah bantu kami menjaga Puspita," kata Radit senang karena Langit di sana.

Kehadiran Langit memberi harapan besar untuk keluarga Puspita. Sebab, mereka tahu jika pria yang dicintai Puspita hanyalah Langit. Namun, Radit dan Yani belum tahu jika Langit sudah menikah. Langit bukan bermaksud menutupi dari mereka, hanya ingin mencari waktu yang tepat untuk mengatakannya.

"Sama-sama, Om. Saya merasa punya tanggung jawab dengan kondisi Puspita saat ini."

"Iya, memang seharusnya begitu," sahut Yani, langsung disenggol Radit.

AVIATION IS JUST A LOVE STORY (Airman punya segudang cerita)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang