Sudah tiga hari mengurung diri di kamar. Menahan lapar dan haus. Senja hanya menangis dan mengamuk. Ayu khawatir dia depresi.
"Sayang, buka pintunya." Ayu mengetuk pintu kamar Senja berulang kali.
Namun, pagi ini di dalam kamar tak terdengar apa pun. Biasanya ada suara musik sangat kencang, bahkan kadang Senja tiba-tiba berteriak histeris sambil menangis. Perasaan Ayu jadi tidak enak.
"Senja! Buka pintunya, Nak!" teriak Ayu sambil menurunkan hendel pintu berkali-kali. Sayang sekali, pintu itu terkunci dari dalam. Ayu menggedor, tetap tak ada sahutan.
Perasaan Ayu semakin tak keruan, dia berlari menuruni tangga sambil memanggil Handoko. Pipinya sudah banjir air mata, perasaannya benar-benar kalut.
"Ada apa?" tanya Handoko menghampiri Ayu yang sudah sampai di tangga terakhir.
"Senja, Pa ...." Ayu kebingungan, dia menunjuk kamar Senja.
"Kamu tenang dulu. Ada apa sama Senja?" Handoko meraih tangan Ayu yang terasa dingin, dia menenangkan istrinya yang sudah sesenggukan itu.
"Di kamarnya enggak ada suara. Mama panggil juga enggak nyahut. Biasanya jam segini kalau dipanggil nyahut. Walaupun enggak dibukain pintu, kadang juga kedengeran suara sesuatu dari dalam. Tapi kali ini Mama enggak denger apa pun. Mama khawatir sama Senja, Pa."
Mendengar penjelasan Ayu, perasaan Handoko ikut tidak tenang. Dia bergegas naik ke lantai dua, dibuntuti Ayu. Sampai di depan pintu kamar Senja, berulang kali Handoko mengetuk pintu sambil memanggil nama putrinya. Namun nihil, tidak ada sahutan. Ayu semakin cemas, sampai menggigit ujung kukunya.
"Cari kunci serep kamar Senja, Ma!" titah Handoko dengan tampang sangat panik.
Ayu kalang kabut, dia malah mondar-mandiri, kebingungan mencari. Semua laci di bufet dia cek satu per satu.
"Mama lupa naruh kuncinya, Pa," ujar Ayu, wajahnya sudah penuh air mata.
"Telepon tukang, suruh buka pintunya!" Handoko berkata sambil terus menurunkan hendel pintu berulang kali.
Segera Ayu turun mengambil ponselnya dan menelepon tukang langganan mereka. Setelah itu dia kembali ke depan kamar Senja. Ayu melihat Handoko bersandar di pintu.
"Bagaimana?" tanya Handoko menegakkan tubuhnya.
"Katanya lima belas menit lagi baru sampai. Dia sedang perjalanan ke sini."
Handoko meraup wajahnya frustrasi. Senja tak pernah melakukan ini sebelumnya.
"Mama takut, Pa," kata Ayu mondar-mandir di depan pintu sambil menggenggam ponsel. Bersiaga!
"Ini semua gara-gara Langit!" Handoko geram, dia mengepalkan kedua tangannya, rahang juga mengeras.
"Atas dasar apa Papa nyalahin Langit? Senja begini karena keegoisan Papa. Coba Papa dengarkan penjelasan dia dulu. Ini bentuk protes dia ke Papa karena Papa sulit diajak bicara baik-baik!"
KAMU SEDANG MEMBACA
AVIATION IS JUST A LOVE STORY (Airman punya segudang cerita)
RomanceGilang Langit Ramadhan adalah pilot muda berusia 33 tahun dengan jam terbang tinggi, dia masih ingin menikmati pekerjaannya, tetapi orang tua Langit sudah gelisah lantaran putra keduanya itu tak kunjung menikah padahal teman-teman seusianya sudah me...