"Kamu mau ke mana?" tanya Senja melihat Langit masuk kamar tergesa-gesa mengambil ponsel dan dompetnya.
"Aku mau ke rumah sakit."
"Siapa yang sakit?" Senja panik, dia takut salah satu keluarga mereka kenapa-napa.
"Siap-siap, cepet, aku tunggu di bawah." Setelah itu Langit keluar dari kamar.
Senja mengganti celana panjang, lalu memakai sweter dan mengambil tas selempang, dimasukan ponsel dan dompetnya ke tas itu. Buru-buru dia menyusul Langit. Di dalam mobil sudah ada wanita muda. Senja bingung, ingin meminta penjelasan dari Langit, tetapi sepertinya situasi tidak tepat. Akhirnya Senja menahannya, dia duduk di sebelah Langit. Saking kacaunya pikiran Langit, dia lupa memasang sabuk pengaman. Senja inisiatif memakaikannya.
"Makasih," ucap Langit mengelus rambut Senja, lalu dia kembali fokus menyetir.
Sesekali Senja melirik wanita yang duduk di belakang, entah siapa dia. Namun, Senja tidak nyaman setiap dipandang orang itu. Sampai di rumah sakit, Langit memarkirkan mobilnya. Mereka semua turun. Langit tampak tergesa-gesa, mempercepat langkahnya bersama wanita itu, sedangkan Senja bingung dan dalam benak penuh tanda tanya, siapa yang sebenarnya sedang sakit?
"Aw!" pekik Senja.
Langit menghentikan langkahnya, dia menoleh, Senja sudah duduk di lantai sambil memegangi kakinya.
"Ja, kamu enggak apa-apa?" Langit panik sambil membantunya berdiri.
"Lantainya licin, aku kepleset."
"Tapi enggak apa-apa, kan?" Langit menecek kondisi Senja.
"Enggak apa-apa. Kamu jangan cepet-cepet jalannya, aku enggak bisa nyamain langkah kamu yang lebar."
"Iya, maaf, ya? Ayo!" Langit menggenggam tangan Senja dan berjalan sambil menggandengnya.
Wanita yang sedari tadi bersama mereka hanya diam dan memperhatikan. Dia berjalan di belakang Senja yang tangannya digenggam erat oleh Langit. Sampai di depan ruang ICU, mereka berhenti.
"Kak Langit, yang boleh masuk cuma satu orang," kata perempuan bertubuh langsing itu.
Langit memandang Senja. "Kamu tunggu di sini, ya?"
Ketika Langit ingin masuk, Senja menahan tangannya. "Sebenarnya ada apa? Siapa dia?"
Langit memandang perempuan yang kini berdiri di sebelah Senja, tampangnya seperti orang kebingungan.
"Nanti aku ceritain," kata Langit melepas tangan Senja yang menahannya.
Entah mengapa rasanya berat sekali melepas Langit untuk masuk ke ruang ICU. Dari kaca transparan, Senja melihat Langit menghampiri seseorang yang berbaring dengan berbagai alat.
"Dia kakakku," kata wanita yang usianya sekitar dua puluh lima tahun itu.
Senja menolehnya, tetapi orang itu masih menatap lurus, memperhatikan Langit mengangkat tangan perempuan yang sedang tak berdaya di dalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
AVIATION IS JUST A LOVE STORY (Airman punya segudang cerita)
RomanceGilang Langit Ramadhan adalah pilot muda berusia 33 tahun dengan jam terbang tinggi, dia masih ingin menikmati pekerjaannya, tetapi orang tua Langit sudah gelisah lantaran putra keduanya itu tak kunjung menikah padahal teman-teman seusianya sudah me...