"Selamat ya Bu Mara...," ucap beberapa staf Guru yang ikut mejenguk Mara di Rumah Sakit.
Di antaranya juga ada Shinta, yang kini sedang terlihat mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan, seakan menyelidiki sesuatu.
"Aduh cantiknya putri Bu Mara," puji beberapa guru.
"Ya ampun, Bu Mara pasti ngebatin Farez terus ini, muka anaknya mirip sama Si Farez," ucap seorang Guru. Mara sedikit was-was.
"Duh Bu Desi ini, gimana ngak mirip tiap hari pasti jengkel ngadepin ulah si Farez yang bandelnya kebangeten, kita ingetin Bu Mara biar ngak ngebatin pun kalo jegkel ya pasti ngebatin bu," terang Bu Ningsih yang sebenarnya tau status Farez apa pada baby Sheinna sehingga muka mereka mirip.
"Di mana suamimu Bu Mara," tanya Shinta setelah pandangannya menjelajahi seluruh ruangan, ingin melihat seperti apa suami dari Mara.
"Suami saya sedang bekerja," jawab Mara.
"Tidak sepeduli itukah suamimu," cibir Shinta.
"Ya karena memang belum mengajukan cuti, Bu Shinta," balas Mara tetap dengan senyuman terulas tidak terpengaruh atas ucapan Shinta.
Niat hati untuk mempermalukan Mara, lebih jelasnya adalah melihat kehancuran nasib pernikahan Mara, pasti jebakannya dulu memanglah terkena pada Mara meski bukan dengan orang suruhannya.
Tapi siapa? Bagaimana sikap laki-laki itu pada Mara? Sedangkan orang yang di siapkan adalah preman yang pasti bertempramen kasar, dirinya benar-benar menginginkan Mara menderita.
Shinta sebenarnya penasaran dengan sosok suami Mara, mungkin saja pernikahannya memang tidakndi inginkan sehingga Mara menyembunyikan sosok suaminya? Pasti pria itu tidak bertanggung jawab. Shinta tersenyum senang atas pemikirannya tersebut.
Shinta memutar otak agar bisa mempermalukan Mara.
"Apakah tidak ada keluragamu atau keluarga suamimu yang menemani disini?," tanya Shinta.
"Ada tadi sepupu aku disini, sekarang lagi cari makan siang," Mara tetap mempertahankan ketenangannya.
"Sudahlah Bu Shinta, pasti keluarga Bu Mara ada urusan jadi belum bisa menemani, bukan hak kita menghakimi, yang terpenting Bu Mara dan bayinya sehat." Terang seorang Guru karena jengah atas pertanyaan Shinta yang selalu menyudutkan Mara.
"Ohya Bu Mara kita pamit ya, ini ada sedikit tanda cinta dan sayang kami pada Bu Mara, mohon di terima," ucal salah satu Guru perwakilan menyerahkan kado juga amplop hasil patungan Guru dan staf di sekolah.
"Terimakasih atas perhatian semua Ibu dan Bapak Guru di sekolah," ucap tulus Mara.
Akhirnya mereka berpamitan, agar Mara dapat beristirahat, namun Shinta berinisiatif untuk menemani Mara, dengan dalih belum ada keluarga yang menemani.
Niat Shinta ingin mengetahui orang seperti apa yang menjadi suami Mara.
Alesya masuk ke ruang rawat Mara sambil membawa perlengkapan baby juga beberapa makanan, sedikit terkejut akan keberadaan Shinta, Ale tidak menyukai Shinta karena telah menjebak Mara.
"Duh keponakan onty, pules banget tidurnya," Ale langsung menghampiri box baby Sheinna alih-alih bertanya tentang Shinta, itu membuat Shinta kesal karena terlihat tidak sopan.
"Sudah makan belum Ra?," lanjut Ale bertanya pada Mara.
"Belum, nunggu lo dulu," ucap Mara, pasalnya Mara tidak menyukai makanan rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Dadakan(on going)
AcakFAREZA ADHITHAMA WIJAYA 17 tahun,si pangeran sekolah harus menikah dadakan karena sebuah inseden DAMARA AYUNINGTYAS HUTAMA 22 tahun,mahasiswi yang baru magang di sebuah sekolah sebagai guru bahasa indonesia yang harus mengalami pernikahan dengan se...