Mata Raya terbuka sempurna saat ia merasakan tubuhnya masih saja dipeluk erat oleh Dafi. "Sepanjang malam tidurnya gini...??? Awet banget..." bantinnya kemudian ia mencoba melepaskan diri dari pelukan Dafi, namun Dafi semakin mengeratkan pelukannya.
"Mas... saya mau mandi. Ini udah pagi..." ucap Raya lirih berharap Dafi mau melepaskannya. Dan benar saja, Dafi mulai melonggarkan pelukannya. Ia membuka matanya dan seketika mata mereka bertemu pandang. Tidak ada suara diantara mereka, hanya mata mereka yang saling berkomunikasi.
Raya meneguk ludahnya kasar. Matanya beralih pada bibir tipis Dafi. Ia menggigit bibir bawahnya, entah apa yang ada difikirannya sekarang. Dafi yang melihat tingkah lucu Raya, ia tersenyum dengan jahil. Ingin sekali rasanya menggoda Raya.
"Bibir kita kalau ketemu, gimana rasanya ya Baby girl...?" Goda Dafi pada Raya. Seketika saja Raya menutup mulutnya dengan tangannya, matanya melotot kaget. Ia merasa jantungnya seperti roller coaster mendengar ucapan Dafi tadi. Otaknya berfikir keras agar segera sadar dari rasa aneh ini.
Suasana mendadak canggung setelah ucapan Dafi tadi. Sebisa mungkin Raya berusaha menguasai dirinya sendiri agar tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan. Dafi selalu saja menggodanya.
"Mas... aku mau sholat subuh dulu..." ucap Raya lagi setelah ia berhasil menetralkan kerja jantungnya.
Dafi pun melepaskan pelukannya dan membiarkan Raya pergi menghambur ke kamar mandi. Ia tersenyum melihat tingkah lucu Raya.
"Baby girl... tunggu tanggal mainnya. Kamu akan menjadi milikku seutuhnya.." gumam Dafi lirih. Kemudian ia tersenyum kembali membayangkan kejadian tadi.
Setelah mereka selesai sholat subuh berjama'ah. Raya di temani Dafi memasak di dapur milik oma Dafi. Tadi Dafi sudah menyuruh para pembantu untuk mengerjakan pekerjaan lain. Pasalnya Raya memaksa ingin masak sendiri untuk oma dan opa Dafi.
Melihat Raya memasak, Dafi berinisiatif memotret calon istrinya itu. Tiba tiba saja ide jahil untuk mengerjai Raya muncul begitu saja pada otak Dafi "Baby girl... kenapa kacantikan kamu naik berlipat lipat saat sedang memasak...?? Jadi Kelihatan lebih seksi.." goda Dafi pada Raya.
Seketika saja tangan Raya mendadak jadi lemas. Ia menjatuhkan pisau yang tadi dipegangnya. Jantungnya berdetak cepat kembali. Ia tidak menyangka hanya kata kata saja dari Dafi bisa membuatnya selemah ini.
"Mas Dafi ih... jangan diganggu dong... lagi pegang pisau ini. Kalau pisau ini kena tanganku gimana..?? Memangnya mas Dafi bisa mindahin rasa sakit ditangan aku ke tangan mas Dafi..? Nggak kan..?" Protes Raya saat ia berhasil menguasai dirinya. Kini Ia sudah menghadap kearah Dafi dan mengomeli Dafi panjang kali lebar. Berharap Dafi bisa jera.
Tidak sesuai dengan apa yang dipikirkan Raya. Dafi malah tersenyum senang melihat aksi marah marah Raya. Ia puas sekali melihat tingkah lucu Raya saat ia berhasil menggodanya.
Dengan segera Dafi memeluk tubuh Raya dari belakang saat Raya sudah kembali fokus pada kegiatan memasaknya tadi. Mata Raya melotot dan mulutnya menganga mendapat pelukan tiba tiba dari Dafi. Untung saja pisau itu belum ia pegang. Coba kalau sudah dipegang pasti akan terjatuh untuk kedua kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pria Misterius (Tamat)
Short StorySoraya Aufarina, gadis berusia 24 tahun yang bekerja disebuah kantor majalah yang ada dikotanya. diusianya yang masih terbilang muda, Rita ibu dari Raya selalu menuntutnya untuk menikah segera. "Neng... seminggu lagi itu pertunangan Wulan. Padahal d...