"Neng... nanti mama mau nginep dirumah tante Mila. Mau bantu bantu buat acara pertunangannya Wulan hari sabtu nanti. Kamu mau ikut nggak neng..??" Kata Rita saat mereka sedang bersantai menonton acara di televisi.
"Nggak bisa ma. Besok eneng ada meeting diluar kota selama 3 hari." Jawab Raya masih serius melihat kearah TV.
"Loh... tumben kamu meeting diluar kota segala. Biasanya juga cuma dikantor aja." Tanya Rita yang kini sudah menatap kearah Raya.
"Tau tuh... boss baru yang nyuruh eneng ikut dia."
"Ouh... jadi kalian mau nginep bareng gitu...??"
"Kok mama jadi nyerempet kesitu sih..??" Tanya Raya sewot yang kini sudah ikutan menatap Rita. Mereka kini saling menatap layaknya seorang saingan.
"Lah trus ngapain kalau cuma meeting musti keluar kota segala...?? Mana nginep 3 hari lagi..." balas Rita tak kalah sewot.
"Masya Allah mama... memangnya meeting itu cuma bisa diadakan dikantor aja...?? Nggak ma... meeting itu bisa dimana aja tergantung pembahasannya. Trus kalau masalah nginep 3 hari, mama nggak usah khawatir. Eneng udah pesen 2 kamar hotel. Buat eneng sendiri, buat bos eneng sendiri. Lagian mana mau eneng tidur sekamar sama cowok yang bukan suami eneng..??" Jelas Raya. Membuat Rita menghela nafasnya lega.
"Beneran ya... kamu nggak nginep satu kamar hotel sama bos kamu neng...??" Tanya Rita memastikan
"Bener ma... mama tenang aja. Eneng pasti bisa jaga diri baik baik kok.." bujuk Raya.
"Ya sudah.. kamu hati hati disana ya. Kalau ada apa apa... telpon mama atau papa, nanti biar mama minta bantuan sama um Teguh." Kata Rita.
"Kenapa harus um Teguh...??" Tanya Raya penasaran.
"Ya karna um Teguh kan seorang bodyguard. Jadi dia pasti bisa dong tolongin kamu dari bos kamu itu kalau memang bos kamu itu nakal sama kamu neng..." jelas Rita membuat Raya seketika tertawa lepas.
"Kok kamu ketawa neng..?" Tanya Rita bingung melihat Raya tertawa lepas.
"Lucu aja. Memangnya bos eneng itu nakal gimana sih ma..?? Belum aja berangkat. Pikiran mama udah kemana mana aja.." kata Raya sambil masih tertawa.
"Ya kan kali aja neng. Mama takut kamu diapa apain sama bos kamu itu. Apa lagi kamu perginya cuma berdua aja.." tutur Rita.
Raya menghentikan tawanya. Ia melihat kearah Rita. Menatap mata sayu miliknya, terdapat kekhawatiran disana. Raya memeluk tubuh paru baya itu. Memeluknya erat seakan meyakinkan bahwa ia tidak apa apa..
"Mama doain eneng yang terbaik ya..." ucap Raya tulus.
Rita mengelus rambut panjang milik Raya dengan lembut. "Selalu neng... mama selalu doain yang terbaik buat anak mama satu satunya ini... mama sayang sama kamu neng.." ucapnya lembut yang berhasil meloloskan air mata Raya.
Pagi pagi sekali Galang menjemput Raya dirumahnya. Entah tahu dari mana alamat rumah Raya, mungkin dari data CV nya.
"Apa sudah kamu siapkan semua data yang saya kirimkan semalam..??" Tanya Galang saat Raya sudah duduk di sampingnya.
"Sudah pak.." jawab Raya singkat.
"Kalau begitu tolong kamu siapkan baju baju saya untuk 3 hari kedepan. Kita ke apartement saya dulu sebentar." Perintah Galang
Raya melongo mendengar perintah bosnya itu. Ia tak habis pikir. Ia kira Galang sudah menyiapkan sendiri baju bajunya. 'Kenapa harus gue yang nyiapin..??' Batin Raya bertanya tanya.
"Maaf sebelumnya pak. Baju itu kan masalah pribadi. Saya takut tidak sopan kalau menyiapkan baju untuk bapak." Tolak Raya sopan
"Lalu apa gunanya saya punya Asisten pribadi kalau saya melakukan semuanya sendiri..??"
"Oh... ok... ini semua gara gara jabatan PA..!! Kenapa harus gue yang jadi PA ni orang sich..." gerutu Raya dalam hati.
"Saya mau baju dinas 3 stel dan 3 stel kaos sama celana pendek saja. Kamu siapkan itu saja. Sisanya biar saya yang menyiapkan sendiri." Lanjut Galang yang senang melihat raut wajah Raya yang kesal dengan perintahnya. Dia tersenyum kecil melihat ekspresi Raya, menyenangkan sekali baginya kalau menggoda Raya seperti ini.
"Sekalian masakin sarapan untuk saya. Saya mau sebelum berangkat sudah ada sarapan dimeja makan untuk saya." Lanjut Galang lagi. Kali ini membuat Raya menatap kearahnya.
"Tapi pak. Saya pesen tiket yang keberangkatannya jm 7." Ucap Raya
"Sekarang jam berapa..??"
"Jam setengah 5 pak.."
"Cukup waktunya."
Raya kembali memberenggut mendengar jawaban enteng dari Galang. Ia ingin sekali menendang Galang dari muka bumi ini.
Tak niat menjawab lagi. Raya lebih memilih diam dan menunggu sampai mereka tiba di apartement milik Galang.
"Ruang ganti ada disebelah sana. Koper sudah saya siapkan disana juga" ucap Galang menunjuk kearah ruangan yang tidak terlalu kecil saat mereka sudah sampai didalam kamar milik Galang.
Segera Raya menyiapkan baju baju untuk Galang sesuai permintaannya tadi sewaktu di mobil.
"Dasar pria memang aneh. Tinggal siapin aja apa susahnya coba..?? Sekarang gue berasa kerja rodi. Hobi gue terancam hilang dari peredaran juga lagi." Gerutu Raya lirih.
"Saya dengar itu..."
"Astaghfirullah...!!" Kaget Raya saat tiba tiba Galang sudah ada di belakangnya.
"Bapak ngapain disini..??" Tanya Raya reflek karena kaget tiba tiba ada galang."Ini kan apartement saya." Jawabnya.
"Ma... maksud saya... saya kan lagi packing. Kenapa bapak disini juga. Bapak nggak ada kerjaan..??" Seketika Raya menutup mulutnya sendiri menyadari kebiasaannya yang suka ceplas ceplos 'Los... mulut lo Ray... nggak ada rem...' batinnya.
"Karna saya banyak pekerjaan makanya saya minta kamu buat bantu saya. Apa gunanya kamu kalau saya bisa mengerjakan semuanya sendiri."
'Eehhmmm... dasar bos nyebelin. Suka seenaknya sendiri' gerutu Raya dalam hati.
"Kalau sudah selesai. Kamu pergi kedapur dan masak sarapan buat saya. Biar saya yang melanjutkan packingnya." Tambah Galang lagi membuat Raya semakin dongkol saja.
"Yaudah. Ini udah selesai semua kan. Saya kedapur dulu..." ucap Raya sambil berjalan menuju dapur.
"Mimpi apa gue... dapat bos kaya gini amat..?!! Mending gue nikah sekarang trus nggak usah kerja lagi aja. Ya Allah... dekatkanlah jodoh yang ganteng, Tajir, baik hati buat hamba... aamiin" ucapnya setelah ia sampai didapur.
"Masak apa ya...?? Nasi goreng aja lah yang gampang." Gumamnya sambil mengambil bahan bahan yang ada di kulkas.
"Mana makanan saya...??" Suara Galang membuyarkan konsentrasi Raya yang sedang fokus membuat jus jambu.
"Masya Allah... bapak bisa nggak sih kalau muncul itu nggak tiba tiba kaya hantu...?? Ngagetin aja..!" Protes Raya tanpa sadar.
"Jadi menurut kamu saya mirip dengan hantu..??" Tanya Galang yang sedang fokus melihat kearah Raya.
"Ya kalau munculnya tiba tiba gini ya mirip hantu. Lebih nyeremin lagi malahan.." ceplos Raya lirih, namun masih terdengar oleh telinga Galang.
"Apa kamu bilang...??" Suara Galang meninggi. Otomatis membuat bulu kuduk Raya berdiri, ia merutuki dirinya sendiri yang punya mulut selalu ceplas ceplos.
"Eh... maksud saya. Bapak kalau sukanya datang tiba tiba gini nanti saya jadi jantungan. Kan serem pak." Jawab Raya sambil nyengir kearah Galang.
Merekapun sarapan bersama sebelum akhirnya berangkat menuju bandara untuk sampai ke kota Surabaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pria Misterius (Tamat)
Short StorySoraya Aufarina, gadis berusia 24 tahun yang bekerja disebuah kantor majalah yang ada dikotanya. diusianya yang masih terbilang muda, Rita ibu dari Raya selalu menuntutnya untuk menikah segera. "Neng... seminggu lagi itu pertunangan Wulan. Padahal d...