12 - Kedekatan

18.6K 2.5K 45
                                    

≪•◦ Happy reading ◦•≫

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

≪•◦ Happy reading ◦•≫

Kini Fiona menyusuri koridor sambil melihat layar smartphone-nya, untung smartphone-nya bisa dibuka memakai sidik jari sehingga ia tidak kesusahan. Dengan tangan kiri yang tidak terluka, dia men-scroll daftar kontak untuk mencari nomor telepon supir pribadi keluarga Serenity.

Fiona menggerutu kesal karena tidak menemukan nama 'supir' di kontak smartphone-nya, mungkin Fiona asli menyimpan kontaknya dengan nama asli mereka. Dia kemudian melihat nama 'Papa' pada deretan kontak, ia segera menekan kontak tersebut.

"Halo?" Terdengar suara Narendra.

"Papa, bisa suruh salah satu supir jemput aku di sekolah? Kemaren aku lagi bersihin kontak, terus gak sengaja hapus kontak mereka," ujar Fiona.

"Apa sekolahmu pulang cepat?" tanya Narendra.

"Engga, tangan kananku kena kuah bakso di kantin tadi. Karena gak bisa nulis, aku izin pulang aja," jelas Fiona.

Narendra terdiam sesaat. Sekitar lima detik hening, barulah terdengar suaranya. "Tunggu di sana."

Fiona menjauhkan smartphone dari telinganya saat panggilan dimatikan sepihak oleh Narendra. Memasukkan smartphone ke dalam sakunya, ia lalu pergi ke kantor satpam sekolah yang berada dekat gerbang untuk meminta gerbang depan dibukakan untuknya.

Awalnya satpam itu menolak karena Fiona tidak membawa kertas izinnya yang terdapat tanda tangan wali kelas di sana, sampai Raymond datang dan memberikan surat izinnya akhirnya satpam itu membukakan gerbangnya. Kini Fiona dan Raymond berdiri di luar gerbang, sementara satpam tadi kembali duduk berjaga di kantornya.

"Lo lupa? Mana mau satpam bukain gerbang kalo gak ada surat izin," ujar Raymond.

"Gue lupa." Fiona menggaruk pipinya yang tidak gatal, dia memang lupa karena buru-buru mau pulang.

Tiba-tiba sebuah mobil Ferrari hitam berhenti di depan mereka. Saat kaca pada jendela deretan ke-2 diturunkan, terlihat Narendra menatap datar mereka. Di hadapan Narendra, lebih tepatnya kursi pengemudi diduduki seorang pria yang memakai jas hitam, orang itu asisten pribadi Narendra.

Fiona melirik Raymond. Sejujurnya ia merasa tidak enak hati karena sudah merepotkan Raymond berulang kali, mulai dari membawanya ke UKS saat pingsan, mentraktirnya bakso sampai menyuapinya, bahkan menguruskan surat izin pulangnya padahal murid bersangkutan yang biasanya harus mengurusnya. Dia tahu laki-laki ini patut diwaspadai tapi ia merasa harus tetap berterima kasih dengan tulus.

"Makasih untuk bakso tadi dan udah ngurusin surat izin gue. Gue pulang dulu," ucap Fiona tersenyum tipis untuk menunjukkan ketulusannya.

Raymond ikut tersenyum atau itu bisa dibilang seringaian tengil? Entahlah, tapi melihatnya membuat Fiona kesal dan sontak berekspresi datar kembali.

Miss Scapegoat Changed Her Destiny ✔ EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang