"Bun, ini belanjanya udah belom, sih? Ini bunda udah banyak, lho, belanjaannya. Emang bunda mau beli apalagi, sih?" Juno memberondong bunda Jaemin dengan beberapa pertanyaan dengan nada mengeluh.
Jujur. Kaki Juno sudah sangat pegal karena terus mengikuti sang bunda berbelanja sayuran kesana kemari. Padahal sudah ada tiga kantong belanjaan di tangan Juno. Dan itu berukuran cukup besar. Sebenarnya bundanya ini sedang mencari apa? Hingga belanjaan sebanyak ini sepertinya belum juga cukup.
Bunda tidak tahu saja, Juno sudah sangat lelah dengan kaki yang rasanya seperti mau patah. Belum lagi haus dan laparnya. Juno ingin cepat-cepat pulang lalu kembali melanjutkan tidurnya yang terganggu karena bunda mengajaknya ke pasar. Seharusnya, weekend seperti ini Juno menikmatinya dengan bermalas-malasan di rumah tanpa melakukan apapun. Padahal Juno sudah berniat bangun siang atau mungkin tidur seharian lalu bermalas-malasan di rumah. Tapi, semua rencananya harus sirna karena sang bunda membangunkannya untuk mengantarnya ke pasar.
"Biasanya juga sama ayah, bun. Tumben bunda ngajakin aku? Ajak si jelek Jean aja, bun. Aku masih ngantuk," Rengek Juno melayangkan protesannya sambil menaikkan kembali selimutnya. Berbalik membelakangi bunda Jaemin kemudian kembali memejamkan matanya berniat tidur lagi.
"Bunda juga ajak Jean. Sekarang kamu bangun atau bunda siram pake aer nih?!" Ancam bunda sambil menyingkap selimut yang membungkus tubuh Juno.
"Ah, bunda mah. Ini kan hari minggu, bun. Aku mau tidur seharian aja."
Meskipun protes, Juno tetap bangkit dari berbaringnya dengan mata setengah terbuka. Menguap sambil menggaruk rambutnya yang mencuat kemana-mana.
"Mau jadi dokter tapi gak di siplin kayak gini. Dokter macam apa yang begitu? Bunda gak mau tahu. Sekarang kamu bangun terus siap-siap. Bunda tunggu di bawah. Inget! Jangan tidur lagi!"
"Iya, bundadariku yang paling cantik tapi cerewet,"
Bunda Jaemin menggelengkan kepalanya sebelum melangkahkan kakinya keluar dari kamar Juno yang masih mengumpulkan nyawanya.
Maka dari itu sekarang Juno ada di pasar bersama bunda, Jean dan Renjun.
"Dari tadi kamu ini ngeluh mulu, Juno. Jean aja anteng-anteng aja gak banyak komentar." Timpal Renjun.
"Si Jean lagi sariawan kali, aunty. Makanya dari tadi dia diem-diem bae." Sahut Juno melirik Jean yang sedari tadi diam tidak banyak protes seperti dirinya.
Kruuuukkk....
Itu adalah suara yang berasal dari perut Juno. Menandakan kalau pemuda berhidung mancung itu sedang kelaparan.
Juno menampilkan cengiran kudanya, "Bun, aku laper. Cari makan dulu, yuk."
"Yaudah, kita cari makan dulu. Habis itu kita pulang," Kata bunda akhirnya yang di setujui yang lain.
*****
Di sisi lain namun masih di tempat yang sama. Naresh sedang kerepotan membawa barang belanjaannya. Selain membersihkan rumah, mencuci dan memasak. Rutinitas Naresh setiap hari minggu adalah berbelanja ke pasar untuk mengisi kulkasnya.
"Huuftt... Beratnya," Keluhnya sambil menjinjing kantong plastik yang berisi sayuran, ikan dan ayam.
Sedang, tidak jauh darinya. Juno memandang ke arahnya dengan mata memicing. Ia seperti mengenal sosok yang sedang kerepotan itu. Juno semakin mempertajam penglihatannya dan ternyata benar, orang yang ia lihat adalah Naresh.
"Bun, bun, liat deh sebelah sana. Itu kayaknya Naresh," Juno menunjuk ke arah Naresh berada.
"Mana?" Bunda Jaemin mengikuti arah tunjuk Juno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teenager Love [book 2]
FanfictionSequel of Dive into you! hanya menceritakan tentang kedua anak kembar Jeno dan Jaemin yaitu Juno dan Jean yang sudah tumbuh menjadi remaja yang tampan dan di kagumi banyak gadis di sekolahnya. Si cuek Jean yang tsundere yang memiliki pengagum seti...