"Terimakasih, sayang," Ayah Jeno mengucapkan terimakasih pada sang istri tercinta setelah bunda Jaemin meletakkan secangkir kopi di hadapannya.
"Sama-sama, mas,"
"Oh iya, anak-anak mana? Kok belom ada yang turun?" Tanya ayah kemudian.
"Jisung sama Jean mungkin sebentar lagi turun. Kalo Juno, kamu tahu sendiri, mas, anak itu kalo siap-siap lama banget kayak anak gadis," Kata bunda Jaemin di susul kekehannya.
"Anak itu bener-bener, ya." Ayah Jeno menggelengkan kepalanya.
Sementara itu, di dalam kamar Juno, pria itu sedang asik berdiri di depan cermin memandang pantulan dirinya di balik cermin sambil mengoceh tidak jelas.
"Yeah, yuhuuu!! Hiyaa! Para hadirin sekalian menampilkan Raja sekolah dari SMA Nusa Bangsa. Juno Alvino Samudera. Itu aku!" Ocehnya dengan gaya penuh percaya diri kemudian menunjuk pantulan dirinya di cermin.
"Ganteng? Gak usah di ragukan lagi!" Ujarnya sambil menyibak rambutnya kebelakang, "Tinggi? Lumayan. Berotot? Kekar dan keras." Ujarnya lagi sambil menyentuh lengannya yang terdapat bisepnya yang tersembunyi di balik seragam sekolahnya.
"Gue jadi heran, kenapa ayang Naveen gak pernah mau ngelirik gue yang jelas-jelas gantengnya ngajak orang se-Indonesia. Padahal cewek-cewek sama uke-uke yang ada di sekolah selalu ngelirik gue dan ngejar-ngejar minta di jadiin pacar sama gue. Sebenernya kayak gimana, sih, tipe idaman yang bisa narik perhatian dia." Juno masih saja mengoceh seperti orang gila.
Sepertinya kepala Juno terbentur saat di kamar mandi ketika ia akan mandi tadi. Terbukti ia semakin aneh saja.
"Dan kenapa, sampe saat ini cowok seganteng, semacho dan sekeren gue masih belom punya pacar? Apa yang gue punya di dalem diri gue belom tentu di miliki sama cowok-cowok penghuni sekolah SMA Nusa Bangsa lainnya. Bahkan Jean sama Jisung__"
"Udah kali, bang, ngacanya. Lama-lama pecah juga tuh kaca," Suara Jisung menginterupsi ocehan Juno.
Jisung berdiri di ambang pintu sambil memandang aneh abangnya itu.
"Ck, ganggu aja lo, dek." Gerutu Juno sebal.
"Ayah, bunda, bang Jean sama Bie udah nunggu lo di bawah buat sarapan tuh. Sementara lo di sini masih aja ngoceh kayak orang gak waras."
"Lo tahu dek, setiap saat gue harus ngecek kadar kegantengan gue. Apalagi kalo habis mandi, kalo abis mandi gue ngerasa kadar kegantengan gue semakin bertambah dua persen. Gimana kalo gue mandi sehari lima kali, beuh! Gantengnya pasti ampe tumpah-tumpah."
"Terserah lo mau ngomong apa, bang. Sekarang turun!"
"Iya, ah, bawel banget, sih lo kayak emak-emak yang belom dikasih uang bulanan. Gue turun bentar lagi. Lo duluan aja,"
Tanpa membalas ucapan sang kakak, Jisung meninggalkan kamar Juno.
"Okay, hadirin. Kita akhiri pertemuan pagi ini. Karena cowok ganteng ini harus segera turun ke bawah karena baginda ayah dan ibunda ratu udah nunggu di bawah buat sarapan. See you, guys. Muach!"
Juno menyambar tasnya di atas tempat tidurnya lalu bergegas keluar kamar sebelum sang bunda yang datang menghampirinya.
*****
"Selamat pagi ayah, selamat pagi bunda, selamat pagi seksi!" Juno mengucapkan selamat pagi pada ayah, bunda dan adik kecilnya.
"Selamat pagi juga bujangnya bunda," Bunda Jaemin membalas sapaan selamat pagi Juno.
"Pagi juga. Kamu ini kebiasaan banget siap-siapnya lama banget. Ngapain aja, sih, di dalem kamar?" Ayah Jeno bertanya setelah membalas sapaan Juno.
"Tadi pas aku ke kamar bang Juno, dia lagi ngoceh di depan kaca, yah." Sela Jisung menimpali menjawab tanya ayah Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teenager Love [book 2]
FanfictionSequel of Dive into you! hanya menceritakan tentang kedua anak kembar Jeno dan Jaemin yaitu Juno dan Jean yang sudah tumbuh menjadi remaja yang tampan dan di kagumi banyak gadis di sekolahnya. Si cuek Jean yang tsundere yang memiliki pengagum seti...