"Bu, mie ayamnya tiga, yang dua sambelnya dua sendok. Kalo yang Saturday dikit aja sambelnya. Es tehnya tiga." Juno pesan mie ayam untuk mereka bertiga. Padahal di belakangnya ada beberapa siswa dan siswi yang mengantri. Tapi, dengan seenak jidatnya Juno menyerobot antrian. Meskipun begitu, tidak ada yang berani memprotes.
Usai memesan makanan, lantas ketiga cowok tampan itu berlalu dan berjalan menuju meja Naveen dan Kevin lengkap dengan wajah sengak dan sok coolnya. Berjalan dengan tenang, tidak memperdulikan setiap pasang mata yang memandangnya dengan tatapan yang beragam. Apa perduli Juno, Leon dan Gilang?
"Hai, ayang Naveenku." Sapa Juno dan Tanpa permisi, Juno dan kedua temannya mendaratkan bokongnya di samping Naveen dan Kevin yang terlihat tidak senang dengan keberadaan tiga berandal itu. Sementara Leon dan Gilang menempati kursi kosong di hadapan Naveen dan Kevin, kemudian meletakkan semangkuk mie ayamnya di atas meja.
Naveen melirik Juno sekilas dengan ekor matanya dan kembali fokus pada makanannya.
"Kenapa muka lo gitu amat liat kitanya? Gak suka kita bertiga duduk di sini?" Tanya Leon yang duduk tepat di hadapan cowok itu ketika melihat ekspresi tidak suka Kevin yang sangat kentara.
"Nggak. Biasa aja." Jawab Kevin sekenanya dan kembali fokus pada makanannya.
"Biasa aja tapi mukanya gak selow. Pengen banget gue siram pake sambel." Sahut Leon kemudian menuangkan sambal dan saos di atas mie ayamnya, mengambil sumpit lalu menyantapnya.
Dari arah pintu masuk kantin, Gilang melihat seseorang yang celingukan mencari meja kosong.
"Regan, ooyy!" Teriak Gilang memanggil seseorang itu yang ternyata adalah Regan. Gebetan Leon.
Leon yang sedang menikmati mie ayamnya sontak mengangkat kepalanya dan memandang ke arah pandang Gilang.
"Ngapain sih lo manggil dia, Lang? Gak pede gue, anying." Tanya Leon.
"Ya, gapapa dong? Lagian di sini masih kosong, kok. Masih muat kalo Regan mau duduk di sini." Balas Gilang santai. Sementara Leon sudah mulai ketar-ketir.
"Hai, guys." Sapa Regan ketika sudah tiba di meja mereka.
"Hallo, sayangku Cintaku!" Ini Leon yang balas menyapa dengan senyum lebar bak iklan pasta gigi yang sering Gilang lihat di tv. Padahal beberapa detik yang lalu dia memprotes pada Gilang.
Sikapnya di depan Regan sangat bertolak belakang sekali ketika di belakang cowok manis itu. Wajah Leon bak seorang preman yang suka meminta uang keamanan di pasar.
"Lo berdua kalo mau ngebucin jangan di mari, pinter! Cari sono tempat laen, bikin mata gue sepet aja dah!" Protes Juno lalu melempar Leon dengan gumpalan tissue.
"Kalo iri bilang bos!" Ledek Leon.
Juno tidak membalas, dia kembali memfokuskan tatapannya pada sang pujaan hati.
"Ayang Naveen kok diem aja, sih, Yang? Lagi sariawan atau lagi libur ngomong nih? Di Sapa kek akunya. Aku ini makhluk Tuhan yang paling ganteng dan seksi, lho, Yang. Bukan martabak yang bisa kamu kacangin." Imbuh Juno dramatis karena sedari tadi Naveen hanya diam saja. Seolah tidak memperdulikan keberadaannya atau mungkin tidak menganggap dirinya ada di sana? So sad.
"Harus banget, ya, gue nyapa lo? Penting gitu?" Sarkas Naveen membuat bibir Juno mengerucut.
Selalu seperti itu. Tapi, anehnya walaupun Naveen selalu ketus padanya, Juno tidak pernah ambil hati dan tersinggung dengan kalimat yang di lontarkan oleh Naveen.
Juno menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Basa-basi doang gitu, Yang."
Dan tak lama, terdengar suara tawa dari kedua temannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Teenager Love [book 2]
FanfictionSequel of Dive into you! hanya menceritakan tentang kedua anak kembar Jeno dan Jaemin yaitu Juno dan Jean yang sudah tumbuh menjadi remaja yang tampan dan di kagumi banyak gadis di sekolahnya. Si cuek Jean yang tsundere yang memiliki pengagum seti...