Part. 12

1.9K 248 9
                                        

"Hah, akhirnya beres juga nih tugas!" Seru Haechan sembari meregangkan otot-ototnya yang terasa pegal.

"Akhirnya gue bisa pulang!" Celetuk Dion tanpa dosa. Padahal sedari tadi cowok itu sama sekali tidak bekerja. Ketika yang lain sibuk mengerjakan tugas kelompoknya, Dion malah duduk santai sembari menonton acara tv dan memakan kue yang bunda sediakan tadi. menonton acara tv dan memakan kue yang bunda sediakan tadi.

Seperti apa yang di katakan Dinda tadi saat di sekolah. Dion kalau kerja kelompok selalu seperti itu, malas sekali untuk membantu yang lain. Kalau di tegur pun percuma, karena Dion selalu menjawab dengan seribu alasannya. Salah satunya seperti ini 'yang penting datang, kerja nggak kerja itu urusan nanti.'

Jean yang memang sudah sering satu kelompok dengan Dion hanya bisa pasrah dan tidak mau ambil pusing dengan kelakuan temannya itu. Jean cukup tahu saja, Dion kalau di ajak kerja kelompok pasti tidak ada gunanya. Tugas Dion hanya menghabiskan makanan saja.

Sedari tadi Haechan tak hentinya menggerutu atas kelakuan Dion yang seenaknya. Bukan hanya Haechan, Dinda dan Syera juga ikut menggerutu sebal karena Dion hanya duduk santai saja.

Sementara Naresh dan Dinda sibuk berkutat di depan laptop milik gadis itu  membuat form untuk power point.

Sedangkan, Jean sedang browsing untuk tugas mereka dengan Syera yang duduk di sebelahnya. Sebetulnya gadis itu tidak benar-benar membantu Jean, Syera sibuk dengan kegiatannya sendiri yaitu memandangi wajah tampan Jean dengan jarak dekat.

"Laptopnya ada di depan, bukan di muka gue!" Ujar Jean dingin membuat Syera tersentak. Gadis itu segera menjauhkan wajahnya dengan wajah memerah karena malu. Sementara, pandangan Jean masih terfokus pada laptop yang berada di atas meja.

Jean sadar, sedari tadi Syera terus memandanginya seolah ingin menelanjanginya dengan tatapan terpesonanya. Dan itu membuat Jean tidak nyaman.

Sedari tadi pula Naresh sesekali mencuri pandang pada mereka di sela kegiatannya. Ada rasa tidak suka menyusup ke dalam hatinya. Ingin rasanya Naresh menjauhkan Syera dari Jean. Namun ia sadar, Naresh tidak memilki hak untuk itu. Walaupun sudah mulai ada perubahan dalam hubungannya dengan Jean. Ia tidak memilki hak dan tak boleh berharap lebih pada sesuatu yang belum jelas.

"Dari pada lo cuman ngeliatin muka si Jean, mendingan lo bantuin gue aja sini, Ra. Gak ada guna banget sih lo kayak si Dion." Celetuk Haechan pedas yang mulai jengah dengan Syera yang tidak ada bedanya dengan Dion.

"Lo gak liat gue lagi bantuin Jean? Lo suruh si Dion aja tuh yang bantuin lo, dia, 'kan gak ada kerja dari tadi." Syera menunjuk Dion yang masih saja sibuk dengan kegiatannya tanpa merasa terganggu dengan keributan teman-temannya.

"Lo pikir gue gak liat dari tadi lo cuma ngeliatin si Jean doang? Sebenernya lo niat ikut kelompok sama kita apa nggak, sih? Kalo nggak mendingan lo pulang aja sana!" Balas Haechan sengit.

"Siapa lo ngusir gue dari sini? Ini tuh rumah Jean, jadi cuma Jean yang bisa usir gue dari rumah ini."

"Nyebelin banget lo, ya!"

"Chan, udah lah. Lanjutin aja ngerjain tugasnya." Lerai Naresh.

Akhirnya mereka kembali fokus pada tugas masing-masing sampai selesai hinga tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore.

*****

"Kalian tunggu di sini dulu, ya, gue panggil bunda gue dulu." Ujar Jean seraya bangkit dari duduknya dan berlalu mencari sang bunda.

"Pegel banget tangan gue, anjir! Kebas banget rasanya." Ujar Haechan sembari mengibas-ngibaskan tangannya yang terasa pegal dan kaku karena kesemutan.

Selang beberapa saat, Jean kembali berama bunda.

Teenager Love [book 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang