Mobil yang di kemudikan om Edward memasuki halaman sebuah restoran mewah. Naveen semakin di buat penasaran siapakah orang yang ingin menemuinya. Belum lagi ia melihat mobil yang di tumpangi Juno terparkir di sana.
"Permisi, mbak. Meja yang di pesan atas nama Jaemin." Om Edward langsung berucap pada pelayan yang bertugas menyambut pelanggan.
"Oh ya, mari saya antar pak. Beliau sudah menunggu di dalam."
'Bentar deh, Jaemin? Gue kayak gak asing sama nama itu? Ah, bukannya itu nama nyokapnya Juno? Apa iya orang yang di maksud om Edward itu bundanya Juno?' Bathin Naveen menerka-nerka.
Pelayan tadi mempersilahkan om Edward dan Naveen untuk mengikutinya dan menunjukkan meja yang om Edward maksud. Setelahnya, pelayan tersebut undur diri dan kembali pada tempatnya.
"Hai, Jaemin."
"Oh, hai Edward."
Bunda dan om Edward saling berjabat tangan dan setelahnya bunda mempersilahkan om Edward dan juga Naveen duduk.
Sementara itu, Naveen dan Juno nampak terkejut. Juno tidak menyangka, tamu special yang di maksud bunda adalah om Edward dan Naveen.
"Ayo, silahkan duduk."
"Akhirnya kita ketemu lagi, ya, Naveen. Terakhir kali kita ketemu itu seminggu yang lalu, ya?" Ujar mulai angkat bicara.
"Iya, tante."
"Bunda, panggil bunda aja. 'Kan bunda udah ingetin waktu kita ketemu tempo lalu." Bunda tersenyum hangat.
"Iya, bunda." Naveen meringis dan tersenyum canggung.
"Oh ya, kita pesan makanannya dulu, baru setelah itu kita lanjutin obrolannya."
Bunda pun memanggil pelayan dan mulai memilih makanan yang akan di pesan.
"Lo berdua aja sama Juno, Jaem? Laki sama anak-anak lo gak ikut?" Om Edward bertanya sepeninggal si pelayan.
"Suami gue masih kerja kalo jam segini. Jisung masih ada les, kembarannya Juno biasanya nganterin sekalian nemenin pacarnya kerja di cafe. Kalo si kecil habis pulang sekolah gue langsung anterin ke kantor Jeno."
Om Edward mengangguk saja.
"Ngomong-ngomong Juno kenapa, kok, gak pernah lagi main kerumah Naveen. Kalian lagi berantem, ya?" Om Edward bertanya pada Juno yang sedari tadi diam. Om Edward merasa keheranan, karena tidak biasanya Juno menjadi pendiam seperti ini. Walaupun om Edward baru bertemu sekali dengan Juno, om Edward sudah bisa menilai kalau anak itu adalah seseorang yang mudah membaur.
"Hmm... Nggak, kok, om, kita gak berantem." Elak Juno.
"Kalo nggak berantem kenapa kamu diem aja? Biasanya heboh banget nyapa Naveen."
Juno menggaruk pipinya canggung mendapat pertanyaan seperti itu dari om Edward. Karena memang ia dan Naveen sedang dalam hubungan yang tidak baik-baik saja.
"Akhir-akhir ini juga Juno sering uring-uringan. Bahkan tadi waktu di perjalanan mau ke sini, Juno cerita katanya dia kesel liat kamu masih aja deket-deket sama si kevin-kevin itu."
"Bunda," Juno memasang wajah memelas agar tidak membuka aibnya.
"Ya, gak beda jauh sama Naveen dong. Kemaren-kemaren juga dia nongkrong-nongkrong gak jelas sama temen-temennya. Bukan cuma itu aja, Naveen juga ikutan balap liar, minum juga." Giliran om Edward yang menceritakan tentang Naveen yang langsung mendapatkan tatapan protes dari Naveen.
"Tapi tenang aja, Jun. Om udah marahin dia dan sita motornya juga. Naveen juga udah janji katanya gak akan ikutan balapan liar sama minum-minum lagi." Sambungnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teenager Love [book 2]
FanfictionSequel of Dive into you! hanya menceritakan tentang kedua anak kembar Jeno dan Jaemin yaitu Juno dan Jean yang sudah tumbuh menjadi remaja yang tampan dan di kagumi banyak gadis di sekolahnya. Si cuek Jean yang tsundere yang memiliki pengagum seti...