Jean memasuki caffe di mana Naresh bekerja. Sudah lewat dari sepuluh menit berlalu namun Jean sama sekali tidak melihat keberadaan Naresh. Biasanya di jam-jam seperti ini pemuda manis itu akan terlihat sibuk kesana kemari melayani pelanggan.
"Mas Jean, diem aja dari tadi. Mau saya buatin minuman?" Dewi yang melintas di depannya menghentikan sejenak kegiatannya lalu bertanya pada Jean yang sedari tadi hanya berdiam diri.
"Nggak, mbak, makasih. Oh ya mbak, aku mai nanya Naresh kemana, ya? dari tadi aku gak liat, apa hari ini dia gak masuk?" Jawab Jean kemudian memberondong Dewi dengan pertanyaan.
"Lho, memangnya mas Jean belom tahu? Naresh kan udah gak kerja lagi di sini.
Raut kebingungan terlukis jelas di wajah tampan Jeane mendengar jawaban Dewi.
"Sejak kapan mbak?"
"Udah sekitar tiga harian,"
'Udah tiga harian tapi kenapa Naresh gak bilang apa-apa, ya, sama gue?' Bathin Jean bertanya-tanya.
'Ya, jelas lah dia gak akan bilang apa-apa sama gue sementara hubungan gue sama dia sekarang kan lagi gak baik-baik aja. Belom lagi nomer gue juga di blokir sama dia." Bathin Jean yang menyahut seolah mengingatkannya kalau saat ini pemuda manis itu sudah tidak ingin lagi berhubungan dengannya.
"Mas, mas Jean?" Dewi menggerakkan tangannya di depan wajah Jean menyadarkan pemuda tampan itu dari lamunannya.
"Yaudah kalo gitu aku langsung pulang aja mbak,"
Tanpa menunggu jawaban Dewi, Jean bergegas meninggalkan tempat itu dan melesat menuju rumah Naresh. Persetan dengan penolakkan Naresh nanti, saat ini Jean hanya ingin bertemu dan segera meluruskan kesalahpahaman yang terjadi di antara mereka. Jean tidak bisa berdiam diri, kalau bisa ia akan memaksa Naresh walaupun Naresh bersikukuh tidak ingin menemuinya.
Sesampainya di rumah Naresh, Jean mengetuk pintu dan memanggil Naresh berkali-kali namun tak ada sautan dari si empunya rumah.
"Pada kemana, ya? Naresh gak mungkin belom sampe rumah, sementara dia udah pulang dari tadi, harusnya udah sampe." Monolog Jean keheranan.
Jean memutar otaknya, kira-kira pada siapa ia bisa bertanya di mana Naresh sekarang.
"Ah, Haechan!" Dengan cepat ia merogoh kantong celananya untuk mengambil ponselnya. Namun ia baru tersadar akan percuma menghubungi Haechan karena nomernya sudah di blokir pula oleh pemuda gembul itu.
Jean mengusak rambutnya frustasi. Bola seperti ini siapa yang harus dia hubungi?
Tidak ada pilihan lain selain menunggu Naresh walaupun dia tidak tahu kapan pemuda manis itu pulang.
*****
Selang tiga puluh menit berlalu, orang yang Jean tunggu pun akhirnya tiba dan itu sukses menciptakan lengkungan indah di bibir Jean.
Sesaat setelahnya senyuman itu berganti dengan dahi mengerut ketika melihat Naresh yang melangkah dengan tertatih dan kepala menunduk. Pemuda manis itu belum menyadari keberadaan Jean yang sudah berdiri bersiap menyambutnya.
Naresh menghentikan langkahnya ketika menemukan sepasang sepatu di depan tepat ia berdiri sekarang. Ia mengangkat kepalanya perlahan untuk melihat seseorang yang sudah sangat ia hafal pemilik sepatu tersebut. Semerbak harum parfum yang Jean gunakan sudah melekat kuat dan menyeruak di indera penciumannya.
"Naresh, muka lo kenapa?" Jean bertanya syarat kekhawatiran. Raut wajahnya terlihat sangat khawatir melihat keadaan Naresh yang pulang dengan keadaan babak belur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teenager Love [book 2]
FanfictionSequel of Dive into you! hanya menceritakan tentang kedua anak kembar Jeno dan Jaemin yaitu Juno dan Jean yang sudah tumbuh menjadi remaja yang tampan dan di kagumi banyak gadis di sekolahnya. Si cuek Jean yang tsundere yang memiliki pengagum seti...