"Jisuuuunggg!!!" Juno berlari keluar kamar sambil menenteng tas sekolahnya. Ia berlari menuruni tangga dan menghampiri sang adik yang sudah ada di meja makan.
"Ada apa, sih, bang masih pagi udah teriak-teriak kayak gitu?" Tanya bunda sambil meletakkan secangkir kopi kehadapan ayah.
"Bunda liat nih tas abang," Juno menunjukkan tasnya pada sang bunda. "Ini pasti kerjaan Jisung. Lo, 'kan yang udah coret-coret tas gue, ngaku lo dek."
"Asal nuduh aja lo bang. Mana buktinya kalo itu gue yang coret-coret." Bantah Jisung mengelak.
"Gue emang gak ada bukti, tapi gue yakin lo yang udah ngelakuin hal tak berprikemanusiaan terhadap tas kesayangan gue. Ayah, gimana dong? Padahal hari ini aku mau pake tas ini." Juno mengadu pada ayah.
"Kan masih ada tas yang lain, bang. Pake aja yang lain dulu." Kata ayah setelah menyesap kopinya.
"Kalo lo mau, lo pake tas punya gue aja, bang." Jean ikut menimpali sekaligus melerai.
"Ogah! Walaupun punya kita sama, rasanya tetep beda. Pokoknya Jisung harus tanggung jawab!"
"Ngapain tanggung jawab? Emangnya gue ngehamilin anak orang apa?" Jisung menjawab acuh.
"Nyebelin banget, sih, lo dek!"
"Nyibilin bingit, sih, li dik." Balas Jisung mengulang ucapan Juno dengan nada meledek.
"Sudah, sudah. Ini di meja makan, gak baik ribut di depan makanan. Mending di lapangan aja sana, nanti ayah yang jadi wasitnya." Timpal ayah santai dan tanpa memperdulikan delikan Bunda.
"Mas!"
"Bercanda, sayang."
"Ayok, sekarang kalian sarapan, habis itu siap-siap ke sekolah."
"Terus nasib tas aku gimana, bun?"
"Kan masih ada tas yang lain, bang. Pake yang ada dulu lah." Jawab bunda.
"Nanti ayah cariin yang baru, bang." Timpal ayah lagi.
"Bener ya, yah?"
"Iya."
"Yeay, sayang ayah bunda banyak-banyak."
Setelahnya, mereka mulai menikmati sarapannya.
*****
"Bun, yah, abang berangkat, ya? Ayang Naveen udah nunggu soalnya." Pamit Juno pada ayah dan bunda usai menyelesaikan sarapannya.
"Iya, Hati-hati bawa motornya, jangan ngebut." Pesan ayah.
"Siap, yah."
Setelahnya, Juno berlalu meninggalkan meja makan dan berjalan menuju motornya setelah sebelumnya menggeplak kepala Jisung membuat si empunya memekik tak terima. Si pelaku penggeplakan malah tertawa puas. Bunda dan ayah hanya bisa menggeleng- gelengkan kepala melihat kejailan putra sulung mereka pada Jisung yang selalu jadi korban ke jailan Juno dan Jean.
"Aku juga mau berangkat, bun, yah." Giliran Jean yang berpamitan.
"Jemput Naresh?" Bunda bertanya.
Jean menganggukkan kepala, "Iya, bun. Kalo gitu abang pamit, ya."
"Iya, kamu juga hati-hati."
"Dah, bayi." Ujar Jean pada adik kecilnya. Tak lupa ia juga mengusak rambut Jisung membuat si empunya menggerutu kesal.
*****
"Ayah, hari ini Naresh ulang tahun yang ke 18. Ayah gak usah khawatir, ya, karena Naresh baik-baik aja walaupun ibu, kak Ayu sama kak Risna selalu bersikap gak baik sama Naresh. Tapi, Naresh yakin mereka sayang sama Naresh, mereka kayak gitu pasti karena pengen Naresh jadi anak yang mandiri dan gak selalu bergantung sama mereka. Oh ya, yah, Naresh juga udah kerja di restoran milik papanya Jean. Jean juga suka bantuin Naresh di restoran. Naresh seneng karena sekarang Jean nggak jutek lagi sama Naresh." Naresh berujar pada figura mendiang sang ayah seolah sedang berbicara dengan beliau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teenager Love [book 2]
FanfictionSequel of Dive into you! hanya menceritakan tentang kedua anak kembar Jeno dan Jaemin yaitu Juno dan Jean yang sudah tumbuh menjadi remaja yang tampan dan di kagumi banyak gadis di sekolahnya. Si cuek Jean yang tsundere yang memiliki pengagum seti...