Part. 14

2K 246 14
                                    

Juno...

Lo masih marah ya sama gue?

Mau sampe kapan lo diemin gue kayak gini?

Gue minta maaf

Please, jangan diemin gue kayak gini

Gue... Guekangensamalo!

Naveen mengela nafas kasar dan mengacak rambutnya frustasi. Pesannya tak di balas, bahkan di baca juga tidak. Dia bingung, Juno benar-benar mengabaikannya. Sudah beberapa hari ini cowok tampan yang selalu mengganggunya dengan pesan-pesan yang membuatnya terganggu itu kini tak pernah lagi mengiriminya pesan walau hanya sekadar untuk menanyakan sedang apa dia sekarang.

Naveen sudah mengesampingkan egonya untuk mengirimi Juno pesan via WA, line, bahkan ia sudah beberapa kali menghubungi Juno namun Juno hanya membacanya tanpa  ada balasan ataupun mengangkat telponnya. Itulah yang membuat Naveen frustasi dan prasangka buruk mulai memenuhi otaknya. Juno benar-benar mengabaikannya. Tapi Naveen berharap, Juno melakukan itu bukan karena tak mau bertemu lagi atau berhenti berjuang.

Naveen resah seketika.

Apakah setelah ini Juno benar-benar akan menjauhinya? Berhenti berjuang meluluhkan hatinya? Entahlah. Tapi, jauh di lubuk hatinya, Naveen takut dan berharap Juno tidak akan melakukan itu.

Tapi, sudah beberapa hari ini pria itu sama sekali tidak ada kabar ataupun memberinya kabar.

Naveen membuka laptopnya. Ia membuka salah satu folder yang berisikan khusus untuk foto-foto Juno. Naveen melihat satu persatu foto Juno dengan berbagai tempat dan eagle.

Kalian jangan berpikir Naveen mengambil foto Juno secara diam-diam, no! Kalian salah! Naveen mendapatkan foto tersebut dari akun sosial media milik Juno kemudian Ia menyimpannya.

"Lo kalo lagi diem kayak gini keliatan cool. Kalo senyum keliatan kayak anak kecil yang polos. Dasar Mr. Tengil." Kekeh Naveen sembari memandangi satu persatu foto Juno yang ada di laptopnya.

Naveen menghela nafas kemudian bangkit dan beranjak dari duduknya. Ia menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang king sizenya. Ia memandang langit-langit kamar dengan perasaan berkecamuk dan menerawang pada kejadian-kejadian saat di mana Juno yang selalu mengganggunya dengan gombalan recehnya walaupun hanya melalui chatt.

Naveen menoleh ke arah ponselnya dengan helaan nafas lemah.

'Kenapa Juno belom juga jawab pesan dari gue?' Bathin Naveen.

'Gue tuh kangen sama lo, Jun. Gue kangen sama tingkah lo yang selalu ngegombalin gue dan gak ada capeknya ngejar gue.' Lagi. Naveen bergumam dalam hatinya.

"Kata Dilan, rindu itu berat, dan sekarang gue ngerasainnya sendiri. Kira-kira di sana Juno rinduin gue juga gak, ya?" Monolognya.

"Anjir! Kenapa gue jadi melankolis begini?" Naveen memukul kepalanya saat sadar ia menjadi melankolis hanya karena merindukan seseorang yang jauh di sana.

Drrrttt...

Ponselnya bergetar, dengan cepat Naveen  meraihnya dengan wajah sumringah dan senyum yang tersemat di bibirnya. Namun, sesaat Kemudian senyuman itu luntur dan mendesah kecewa. Ternyata yang menghubunginya bukan Juno, melainkan Mario, teman satu tongkrongannya.

"Ck, gue kira Juno yang nelpon gue." Gerutu Naveen sebelum menekan tombol hijau yang ada di layar ponselnya.

"Ngapain lo nelpon gue?" Ujar Naveen pada seseorang di sebrang sana dengan nada jutek.

Padahal Naveen sudah sangat berharap yang menelponnya adalah Juno, bukan Mario.

"Etdah, jutek amat lo, nying! Malem ini ada tanding, lo mau ngikut kagak?" Sahut Mario.

Teenager Love [book 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang