Part. 16

1.6K 208 23
                                        

Bel istirahat sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Murid-murid sudah berhamburan keluar kelas dan berbondong-bondong menuju kantin untuk mengisi perut yang sudah mulai keroncongan.

"Din, kita kerjain si Naresh lagi, yok?" Bisik Syera pada Dinda.

"Kerjain gimana lagi?" Dinda balik bertanya.

Tiga hari yang lalu, Syera dan Dinda memang sudah mengerjai Naresh dengan mengurungnya di gudang. Saat itu, Naresh sedang menunggu Jean di gerbang sekolah. Saat itu Jean sedang di panggil oleh pak Heechul dan menyuruh Naresh menunggu di gerbang sekolah. Sepuluh menit sepeninggal Jean, seorang siswi menggampirinya dan memberitahu kalau Jean menyuruhnya untuk menghampirinya yang saat itu sedang menunggu di dekat gudang. Walaupun di landa kebingungan dan bertanya-tanya untuk apa Jean menyutuhnya menemuinya di dekat gudang, sementara sepuluh menit yang lalu Jean menyuruhnya menunggu.

Sesampainya di dekat gudang, dari arah belakang mendorongnya hingga ia terjatuh di dalam gudang. Pintu gudang tertutup dan di kunci. Naresh menggedor-gedor pintu dan meminta tolong berharap ada seseorang yang mau membukakan pintu. Nihil. Tak ada seorang pun yang lewat kare na memang gudang itu terletak di belakang sekolah yang tentu saja jarang di lewati oleh siswa.

Sementara itu, Jean kebingungan karena tidak menemukan Naresh di depan gerbang. Bukankah sebelumnya ia sudah berpesan agar tidak pergi kemana-kemana selagi dia menemui pak Heechul? Lalu, kenapa sekarang malah tidak ada.

"Mas Jean nyari siapa? Kok, kayak kebingungan begitu?" Satpam sekolah yang bernama pak Pardi itu.

"Saya nyari Naresh, pak. Bapak ada liat Naresh gak? Tadi dia di sini,"

"Oh, bapak tadi ada liat mas Naresh di samperin sama salah satu siswi. Mereka keliatan ngobrol sebentar dan gak lama mereka pergi." Jelas pak Pardi.

"Kira-kira mereka pergi kemana, pak?" Tanya Jean lagi.

"Ke arah sana, mas." Pak Pardi menunjuk ke arah kemana tadi Naresh pergi.

"Oh, yaudah terimakasih, ya, pak. Kalo gitu saya susul Naresh dulu."

Jean bergegas mencari keberadaan Naresh. Beberapa saat mencari, akhirnya Jean menemukan Naresh di sebuah gudang belakang sekolah. Untung saja Jean ke sana walaupun awalnya ia ragu untuk apa Naresh ke area belakang sekolah. Jean menemukan Naresh dalam keadaan menangis. Sepertinya Naresh ketakutan berada di dalam sana yang gelap. Naresh memang takut dengan gelap, maka dari itu ia hanya bisa menangis ketika tidak ada seorang pun yang menolongnya.

"Gimana bisa lo ada di sini? Siapa yang ngunci lo di gudang? Bukannya tadi gue udah bilang jangan ke mana-mana, tunggu gue di depan gerbang aja." Cecar Jean. Sangat kentara sekali jika ia sangat mengkhawatirkan keadaan Naresh yang tidak ia temui di depan gerbang.

Naresh menggelengkan kepala, "Naresh juga gak tahu. Tadi, Naresh di suruh ke sini katanya Jean yang nyuruh, makanya Naresh mau. Tapi waktu di depan pintu gudang, ada yang dorong Naresh dan ngunci Naresh di gudang." Jelas Naresh sambil terisak.

Tak tega, Jean membawa Naresh ke dalam pelukannya dan berusaha menenangkannya.

"Udah, ya, jangan nangis. Lo gak usah takut, ada gue di sini." Jean mengusap lembut kepala Naresh yang bersandar di dadanya.

Naresh mengangguk saja dan semakin menenggelamkan kepalanya dalam pelukan hangat Jean.

Tak jauh dari sana, Syera mengepalkan tangannya melihat Jean yang begitu manis dan lembut pada Naresh. Harusnya, dia yang ada di posisi Naresh. Harusnya, dia yang di peluk oleh Jean, bukan Naresh.

*****

Kembali pada Syera dan Dinda...

"Ayok, lo ikut gue." Tanpa bertanya lagi, Dinda mengikuti langkah Syera.

Teenager Love [book 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang