Naresh mulai menyendokkan telur ceplok buatan Jean dengan sedikit kurang yakin. Melihat dari bentuknya saja sudah tidak meyakinkan kalau telur ceplok buatan Jean itu enak. Tapi, untuk menghargai usaha Jean yang sudah dengan susah payah mau menerima tantangan darinya ia akan mencobanya.
Ketika makanan itu sudah mendarat di mulutnya, rasa manis yang pekat memenuhi indera pengecapnya. Naresh memejamkan matanya dengan dahi mengernyit.
Hei! Bukankah seharusnya Jean memasukkan garam secukupnya pada telurnya? Tapi, kenapa rasa manis yang Naresh rasa?
"Gimana, Na? Enak gak?" Jean bertanya dengan penasaran.
"Jean cobain sendiri deh," Naresh mendorong piringnya ke arah Jean, menyuruh Jean untuk mencobanya sendiri agar tahu bagaimana rasanya.
"Wleeekk... Manis banget!" Komentar Jean setelah mencicipi makanan buatannya sendiri.
"Jean salah masukin yang harusnya garem malah gula makanya jadi manis itu." Kata Naresh berusaha menahan tawanya.
"Ah udahlah! Gue kan emang gak jago masak tapi lo nyuruh gue masak. lagian lo ngasih syarat susah banget. Yang jago masak itu kan lo bukan gue. Lebih baik lo suruh gue apa kek gitu selain masak." Jean terlihat menggemaskan saat kesal seperti ini. Baru kali ini Naresh melihat pemuda tampan itu kesal seperti ini.
"Katanya tadi gampang? Malah nanya Naresh mau di masakin apa."
"Gue tarik kata-kata gue tadi!"
"Jadi Jean mau nyerah?"
"Bukan nyerah, tapi gue beneran gak bisa masak, Na. Waktu bikin kue juga gue cuma ngerecokin bunda aja, sih, sebenernya." Ujar Jean menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Yaudah kalo gitu__"
"Lo mau nolak gue cuma karena gue gak bisa masak, Na?" Potong Jean menatap Naresh tidak percaya.
Ckckck... Kenapa Jean senang banget memotong ucapan Naresh 🤦
"Bukan! Karena Jean udah berusaha masakin buat Naresh, Naresh tetap mau jadi Jean."
Mendengar ucapan Naresh, sontak saja membuat Jean senang bukan main. Binar mata di manik tajamnya sangat terlihat jelas.
"Thank you, Naresh! Gue cinta sama lo!" Jean menarik dan membawa tubuh Naresh ke dalam dekapannya yang tentu saja di balas oleh Naresh dengan senang hati.
"Naresh juga cinta Jean."
*****
"Tadi katanya Jean laper,'kan?" Tanya Naresh setelah pelukan mereka terlepas. Yang di balas anggukkan ringan oleh Jean.
"Yaudah, kalo gitu Jean diem di sini biar Naresh aja yang masak." Lanjutnya kemudian bangkit dari duduknya.
Selagi Naresh fokus dengan bahan-bahan masakan yang sebenarnya tidak begitu banyak karena Naresh hanya akan membuat nasi goreng. Karena di kulkas hanya ada telur, sosis, wortel dan kacang polong. Jadi, Naresh hanya akan menggunakan bahan seadanya saja.
"Mau gue bantuin gak?" Tiba-tiba saja Jean sudah berada di belakang Naresh, Jean meletakkan dagunya di bahu Naresh dengan seenaknya membuat detakkan jantung Naresh tidak karuan. Bahkan hembusan nafas Jean begitu terasa menyapu tengkuknya membuat darah pemuda manis itu berdesir dan sedikit meremang. Ketika Naresh menolehkan kepalanya, hidung mancungnya hampir saja menyentuh runcing milik Jean. Namun, dia segera memundurkan wajahnya untuk memberi jarak.
"Nggak usah, Na-Naresh bisa sendiri, kok." Tergagap Naresh menjawab.
Naresh berusaha menetralkan detak jantungnya yang semakin berisik saat berdekatan dengan Jean yang saat ini sudah menjadi kekasihnya.
"Tapi, gue mau bantuin Lo gimana dong?" Ujar Jean keras kepala. "Gimana kalo lo yang nyiapin bahan-bahannya terus gue yang bagian masaknya?" Lanjutnya lagi.
"Tenang aja! Di jamin kali ini masakan gue gak akan gagal kalo lo yang ngajarin." Sela Jean ketika Naresh sudah akan membalas ucapnya.
Naresh terlihat mengangguk ringan dan melipat bibirnya, "Okey."
*****
"Tuhkan enak! Apa gue bilang, kalo lo yang ngajarin langsung masakan yang gue buat pasti gak akan gagal!" Seru Jean usai mencicipi nasi goreng yang dia buat bersama Naresh beberapa saat lalu.
"Berarti mulai sekarang Naresh nggak usah masakin Jean lagi dong? Kan sekarang Jean udah bisa masak." Ujar Naresh yang sebetulnya hanya ingin menggoda kekasih tampannya itu.
"No! Lo tetap harus masakin dan bawain gue bekal ke sekolah." Naresh mengerucutkan bibirnya mendengar penuturan Jean.
"Naresh baru tahu ternyata Jean itu cerewet, ya? Naresh pikir Jean itu cuek dan dingin kayak di sekolah gitu." Celetuk Naresh.
"Nggak juga, sih." Elaknya. "Tapi, asal lo tahu gue itu pencemburu. Jadi, jangan coba-coba Deket sama orang lain apalagi sama Lilo!" Naresh terkekeh kecil mendengar kalimat yang di lontarkan Jean.
"Udah, sekarang lo makan. Aaa, buka mulut lo." Bukannya membuka mulutnya, Naresh malah menggeleng-gelengkan kepalanya membuat si pemuda tampan mengernyit bingung.
"Jean, sekarang kita,'kan udah pacaran. Tapi, kenapa Jean manggil Naresh masih pake lo-gue?" Naresh mengerucutkan bibirnya sedikit kesal karena Jean masih saja menggunakan lo-gue padahal status mereka sudah naik pangkat menjadi pacaran.
Jean terkekeh mendengar ucapan Naresh.
"Tapi, gue lebih nyaman pake lo-gue, Na." Naresh mengembungkan pipinya sedikit kesal dengan balasan Jean.
"Yaudah deh kalo Jean maunya gitu."
"Heii, jangan ngambek gitu dong. Aku cuma bercanda aja, Muffin."
"Muffin?" Jean mengangguk.
"Iya. Itu panggilan kesayangan aku buat kamu. Muffin!"
Sudah bisa di pastikan saat ini wajah Naresh berubah warna. Dia pun menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan wajahnya yang merona. Apalagi Jean merubah panggilan lo-guenya menjadi aku-kamu.
"Sekarang kamu makan. Aaaa, coba buka mulutnya! Pesawat akan segera mendarat." Jean membuat gerakkan pesawat yang akan mendarat yang sukses membuat si manis tertawa.
"Dia ketawa. Ayok, buka mulutnya." Naresh menatap tangan Jean yang mengambang di ujung bibirnya.
"Baru kali ini Naresh makan dari suapan orang lain selain ayah." Jean tersenyum, lalu kembali menyuapkan nasi gorengnya.
"Dan kamu adalah orang kedua setelah bunda yang aku suapin. Dan inget! Jean bukan orang lain, mulai hari ini Naresh gak sendirian lagi, Naresh boleh berbagi keluh kesah sama Jean."
Naresh terpaku, tatap mereka yang bertemu seolah menusuk sampai ke hati Naresh. Tatapan lembut Jean menghujam jantungnya, sementara manik indah Naresh membuat Jean terpesona.
Dan malam itu, mereka habiskan dengan menghabiskan makanan yang mereka buat lalu bersenda gurau sebelum Jean pamit pulang karena Bunda menelponnya dan menyuruhnya untuk segera pulang.
*****
TBC...
Double up!!!
Ini masih lanjutan part sebelumnya, yaMinal Aidin wal Faidzin mohon maaf lahir dan batin, ya, guys. Mohon maaf kalau selama ini aku banyak salah selama menjadi penulis dan membalas komentar-komentar kalian 🙏

KAMU SEDANG MEMBACA
Teenager Love [book 2]
FanfictionSequel of Dive into you! hanya menceritakan tentang kedua anak kembar Jeno dan Jaemin yaitu Juno dan Jean yang sudah tumbuh menjadi remaja yang tampan dan di kagumi banyak gadis di sekolahnya. Si cuek Jean yang tsundere yang memiliki pengagum seti...