Dua Belas

1K 142 43
                                    

"This is where you live? (Kau tinggal di sini?)"

Yoongi mengangguk.

"Thank you for saving my life. I was so scared (Terima kasih sudah menyelamatkanku. Tadi aku takut sekali)."

"Nevermind. Anyone would do that if they see someone's in danger (Tidak masalah. Siapapun akan melakukannya kalau melihat seseorang dalam bahaya)."

"Would you like to come in? (Mau masuk?)"

"Maybe another time. Need to run back (Mungkin lain kali. Harus pergi)."

"Okay. Thanks again, Matthew. See you later (Oke. Terima kasih sekali lagi, Matthew. Sampai jumpa)."

"See you later, Georgeous. Make sure to lock the door and windows and double check them (Sampai jumpa, Cantik. Pastikan pintu dan jendelamu terkunci dan periksa lagi)."

"I will. Good night, Matthew (Pasti. Selamat malam, Matthew)."

"G'night (Selamat malam)."

---

Taehyung duduk tak nyaman. Ia merasa gelisah tanpa alasan. Makanan di hadapannyapun sama sekali belum tersentuh.

"Oppa, ada masalah?" Pertanyaan Jennie membuatnya memperhatikan perempuan itu.

"Tidak ada."

"Kelihatannya menguatirkan sesuatu." Jennie meminum air di gelas separuh dan meletakkannya. "Perlu teman cerita?"

Taehyung menimbang-nimbang tawaran tersebut. Ambil sajalah, siapa tahu bisa membantu, batinnya.

"Aku merasa cemas dan gelisah. Tapi, tidak tahu kenapa." Pria 30-an itu menyandarkan punggung di kursi. "Dan setiap kali perasaan itu hadir, bayangan Ugi juga terlintas."

"Apa karena Oppa belum melihatnya selama tiga tahun?"

Di dalam hati, Taehyung berteriak 'ya'. Tetapi di luar, ia hanya mengangkat bahu.

"Tidak ingin mengunjunginya?"

"Sejujurnya, selalu ingin. Berkali-kali aku memesan tiket dan berkali-kali juga membatalkannya. Aku takut dia tidak ingin melihatku."

"Oppa, bukankah itu hanya ada di kepalamu? Ketakutanmu itu maksudku." Jennie menegakkan punggung. "Karena yang aku perhatikan adalah Ugi yang selalu menatapmu. Aku yakin dia tidak membencimu."

---

Jimin mendorong troli sementara Sang Ibu memasukkan bahan makanan yang ia butuhkan untuk makan malam bersama keluarga Yoongi hari ini. Sesekali Jimin ikut memasukkan sesuatu yang ia suka walaupun kadang-kadang Sang Ibu akan mengeluarkannya dari troli.

"Eomma, aku lihat-lihat bagian elektronik ya."

"Oke. Tunggu di sana, nanti Eomma ke sana ya."

Jimin mengangguk. Ia pun mendorong troli ke bagian elektronik, berhenti sebentar di depan televisi layar lebar yang memutar film animasi. Ia tertawa pelan melihat kelucuan para tokoh yang ia tonton sebelum memutuskan melihat-lihat display bermacam-macam speaker.

"Silakan." Seorang pegawai pria memberinya brosur.

"Oh, terima kasih."

"Ada yang bisa dibantu?" tanyanya dengan ramah meskipun wajahnya tak menampakkan senyum.

"Hanya lihat-lihat." Jimin merasa pegawai di depannya menatapnya tanpa berkedip. "Ada sesuatu di wajahku?"

"Maksudnya?"

LawlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang