Tujuh

995 145 47
                                    

Taehyung sadar sepenuhnya bahwa Yoongi bersikap tidak biasa malam itu. Adiknya itu jelas terlihat menjaga jarak tidak hanya dengan dirinya melainkan juga dengan orang tuanya dan Jennie. Taehyung tak menyukainya namun ia seperti tak memiliki kesempatan untuk mendekati Yoongi sebentar saja karena Jennie dan orang tuanya selalu mengajak Taehyung berbicara.

"Ugi saja yang cuci piring ya. Tadi Eomma dan Noona kan sudah memasak." Yoongi menawarkan diri sebelum berdiri dan meninggalkan meja makan, tanpa menyadari sepasang mata Taehyung yang mengikuti pergerakannya.

"Aku bawa piring kotor ke dapur."

"Terima kasih, Oppa." Jennie menyerahkan tumpukan piring pada Taehyung yang segera menyusul ke dapur. Ia memperhatikan punggung Yoongi dan menghentikan langkah sesaat sebelum berdiri di samping Yoongi.

"Ini piring kotornya."

"Terima kasih," balas Yoongi singkat tanpa menoleh atau menghentikan kegiatannya.

"Ugi ada masalah?"

"Tidak."

"Kenapa menjadi pendiam hari ini?"

"Biasa saja."

Taehyung bersedekap dan menggeser tubuhnya lebih dekat pada Yoongi.

"Apa Hyungie membuat kesalahan?"

"Tidak."

"Yakin."

"Hm."

Yoongi meletakkan piring terakhir yang ia bilas di rak lalu melepaskan sarung tangan karet yang ia kenakan dan menyampirkannya di tempat semula.

"Ugi?"

"Ya?"

"Jangan diam saja. Hyungie bingung kalau Ugi begini."

"Aku tidak diam." Yoongi membuka kulkas dan menarik keluar sekaleng soda. "Aku baru saja bicara, kan?"

Taehyung merebut kaleng dari tangan Yoongi dan berhasil membuat Yoongi menatapnya.

"Mau apa sih?"

"Jawab dulu, ada apa? Apa yang membuat Ugi bersikap berbeda?"

"Tidak ada." Yoongi berbalik dan keluar dari area dapur, kembali ke meja makan untuk berpamitan. "Maaf, Ugi ada PR."

"Jangan tidur terlalu malam ya," pesan orang tuanya.

"Oke. Noona, terima kasih untuk masakannya. Enak sekali. Sampai jumpa lagi."

"Sama-sama, Ugi. Sampai bertemu lagi ya."

Taehyung duduk di tempat semula, berharap Yoongi akan berpamitan padanya. Namun nyatanya, adiknya tak menengok sedikitpun ketika menuju kamar.

"Sial!"

---

"Iya, tadi aku mencoba untuk tidak menangis dan agak menjauh dari Hyungie. Tapi...sulit sekali, Jiminie."

"Pasti bisa! Ini baru awal. Kalau terus begitu, lama-lama bisa kok. Percaya padaku!"

Yoongi merebahkan tubuh dan menatap aneka benda langit glow in the dark di langit-langit kamar.

"Jiminie, bagaimana kalau Hyungie benar-benar menikah?"

"Apa kau berniat mengutuk Taehyung Hyung tidak laku?"

"Ck! Bukan begitu maksudku. Bagaimana kalau menikah dengan Jennie Noona?"

"Dengar ya, Min Yoongi, kita ini masih SMP. Hidup kita masih panjang dan pasti ada banyak laki-laki tampan di luar sana untuk memanjakan mata kita. You got me, Boy?"

LawlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang