Awal Desember 2015
Taehyung dan Yoongi tengah berbicara serius mengenai rencana pernikahan mereka pada akhir tahun, bertepatan dengan ulang tahun Taehyung ke-40. Mereka sudah memesan jas pengantin, menemukan penyedia jasa katering yang cocok, dan juga penata rias yang akan membantu mereka pada Hari H. Namun, ada satu hal yang belum mereka sepakati yaitu di mana mereka akan menikah.
Yoongi dan Sang Ibu menginginkan pernikahan bertema pesta kebun sedangkan para pria, yaitu Taehyung dan Tuan Min, sepakat bahwa mereka sebaiknya menikah di gereja agar lebih sakral.
"Tidak mau. Aku kan sudah pernah bilang, Hyung. Di gereja, orang-orang yang datang akan duduk kaku selama mengikuti proses pemberkatan. Kalau di luar, mereka kan bisa lebih santai. Toh, pemberkatannya tetap ada kan?"
"Sayangku Cintaku Min Yoongi, pernikahan itu hanya sekali seumur hidup. Aku ingin dijalankan dengan sakral. Makanya kupilih di dalam gereja."
"Oooo jadi menurutmu yang menikah di luar gereja tidak langgeng dan mungkin akan menikah lebih dari sekali begitu, Kim Taehyung-ssi? Hm?"
Oke, sinyal bahaya mulai menyala di dalam kepala Taehyung. Nada bicara dan nama panggilan yang Yoongi gunakan berbeda, artinya kekasihnya ini sedang marah.
"Bukan begitu, Chagi-ah." Taehyung menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Maksudku...apa ya tadi maksudku?"
"Sudah sudah. Aku bosan mendengar kalian bertengkar terus," ujar Jimin yang duduk di samping Yoongi dengan sepiring mangga di pangkuannya dan segelas air di tangannya. Santai sekali, mentang-mentang mereka sedang berada di rumahnya.
"Kau sekarang suka mangga?" tanya Yoongi heran.
"Tidak."
"Terus kenapa makan mangga?"
"Kepingin saja."
"Tumben. Beli yang sudah dipotong-potong? Kau kan malas mengupasnya."
"Kan bukan aku yang mengupas. Aku sih tinggal makan. Ya kan, Sayang?" Jimin tersenyum manis pada Jungkook di sampingnya yang sejak tadi hanya diam.
"Benar." Jungkook menjawab singkat sambil memainkan dan mengusap rambut cokelat Jimin.
"Aku mau anggur yang tadi, Sayang. Tolong ambilkan." Jimin meletakkan piring berisi mangga di meja.
"Hmm. Sebentar ya."
"Manja sekali. Punya kaki juga! Bisa ambil sendiri," sindir Yoongi yang dibalas juluran lidah dari Jimin.
"Mau diambilkan sesuatu juga, Chagi?" tawar Taehyung.
"Mau pizza."
"Aku pesan dulu ya." Taehyung pun mengeluarkan ponsel dan menuju dapur untuk melihat brosur pizza yang ditempel di pintu kulkas Jimin.
"Hilih! Kau juga sama saja manjanya pada Tae Hyung."
"Biarkan saja. Weeeekkk!" Kali ini Yoongi menjulurkan lidah pada Jimin.
Jungkook datang dengan anggur ungu di tangan. Ia duduk di sofa tanpa menyadari tatapan sadis Jimin.
"Ini- eh kenapa?"
"Siapa bilang aku mau anggur ungu? Aku mau yang hijau."
"Tidak ada yang hijau, Jimin-ssi. Di kulkas hanya ada yang ini."
"Kan bisa keluar dan beli."
Jungkook menghela nafas.
"Ya sudah. Aku beli dulu." Jungkook bangkit dan bersiap keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lawless
RomanceKim Taehyung baru berumur sepuluh ketika takdir mempertemukannya dengan Tuan dan Nyonya Min. Ia, yang hanya anak jalanan itu, disambut dengan baik oleh Tuan dan Nyonya Min bahkan dianggap sebagai bagian dari keluarga mereka. Kim Taehyung terus ting...