Lima Belas

954 137 34
                                    

Yoongi mengira bahwa ia akan melupakan ciuman Taehyung selama dirinya menghabiskan waktu bersama Matthew. Perkiraannya salah besar. Ia terus memutar ulang insiden ciuman tersebut di dalam kepala hingga beberapa kali tak mendengarkan kata-kata teman kencannya.

"Am I a bad date? (Apa ini kencan yang buruk?)"

"No no no. You're great and I'm enjoying your company. I'm just...really sorry that I have a few things in mind (Tidak tidak tidak. Kau luar biasa dan aku menikmati waktu bersamamu. Aku hanya...benar-benar minta maaf karena ada banyak pikiran)."

Matthew tersenyum paham.

"So, who was the handsome bloke? The one at your place (Siapa pria tampan tadi? Yang di rumahmu)."

"My brother. He came a few days ago (Kakakku. Dia datang beberapa hari lalu)."

"Ah now I understand why he didn't seem to like me when I came (Ah sekarang aku mengerti kenapa dia kelihatan tidak suka waktu aku datang)."

"Sorry 'bout that. He's very nice actually (Maaf untuk itu. Sebenarnya dia sangat baik)."

"He just loves you too much (Dia hanya terlalu mencintaimu)."

Yoongi diam namun di dalam hati menanyakan hal yang sama.

"Apa memang Hyungie terlalu mencintaiku?"

---

Jimin duduk di tempat tidur sambil menyenandungkan lagu yang diputar dari komputer di meja belajarnya. Tangan kanannya membalik halaman majalah lama tentang dunia kesehatan yang tengah ia baca. Ia tak bosan-bosa membaca ulang setiap artikel yang dimuat di majalah tersebut.

"Eh, kok ada di sini?" ujarnya ketika menemukan sebuah amplop kuning yang entah kapan dan bagaimana berada di sela-sela halaman majalah.

Ia mengambilnya, membukanya, lalu mengeluarkan sepotong kertas dengan tulisan tangan yang tak terasa asing di matanya.

Apa kau baik-baik saja? Aku sudah lama tidak melihatmu. Jika kau membaca ini sebelum tanggal 1 September, kuharap kau akan datang ke Café Eclipse di dekat taman kota hari itu jam 5 sore. Aku akan duduk di meja ketiga di sebelah kanan. Cari saja topi biru berlogo Yankee di atas meja.

Jimin tertegun. Ia membolak-balik kertas di tangannya dan mencoba mengingat-ingat kapan ia menerima amplop kuning ini.

"Ini dulu dikasih Ugi, kan? Berarti...."

Jimin menghitung di dalam hati lalu berseru, "Shiiiittt! Ini dari tiga tahun lalu dan aku baru baca sekarang?"

---

Park Boyoung, yang tengah membuat kue di dapur, berjengit ketika mendengar suara pintu dibanting tertutup. Ia membalikkan tubuh lalu berkacak pinggang kala melihat putranya berjalan cepat ke arahnya.

"Park Jimin, apa kau lupa peraturan di rumah ini? Kenapa kau banting pintu?"

"Eomma, nanti saja marahnya. Aku mau kembali ke Korea lagi."

"Kau habis makan apa? Apa otakmu terganggu dan lupa kalau belum ada seminggu kita pulang dari Korea?"

"Iya, aku tahu. Tapi, Eomma, ini penting."

"Ada apa memangnya?"

"Ini." Jimin menyerahkan sepotong kertas kuning pada Sang Ibu yang menaikkan sebelah alis. "Eomma baca."

Park Boyoung membaca tulisan di tangannya lalu menatap Jimin.

"Apa ini artinya kau punya pacar diam-diam?"

LawlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang