Sebelas

948 136 19
                                    

Januari 2008

"Here's your order. Thank you for coming (Ini pesanannya. Terima kasih sudah mampir)." Yoongi melambaikan tangan pada seorang pengunjung toko permen tempatnya bekerja selama empat jam setiap akhir minggu. Toko tempatnya menjalani work experience tahun lalu sebelum pemiliknya menawarkan pekerjaan paruh waktu.

"You can stop now. Your shift will end in five minutes (Kau bisa berhenti sekarang. Jam kerjamu selesai lima menit lagi)," ujar Gregg Rekken, pria berusia 60-an yang memiliki toko permen bernama Lollies.

"Thank you, Mr.Rekken. I will clean my station first then leave (Terima kasih, Tuan Rekken. Saya akan membersihjan bagian saya dulu sebelum pergi)."

"Thak you. I appreciate that, young man (Terima kasih. Aku sangat menghargainya, Anak Muda)."

Yoongi membersihkan bagiannya, memastikan tidak ada kotoran yang menempel di kaca etalase dan meja yang ia gunakan mengemas pesanan.

"Oke. Bisa pulang sekarang."

Yoongi berpamitan pada Gregg dan berjalan kaki pulang menuju rumah yang ia tinggali bersama keluarga Jimin. Jaraknya hanya dua puluh menit jalan kaki dan lagipula besok Hari Minggu jadi ia tak harus buru-buru pulang.

Yoongi berbelok dan melewati deretan rumah makan dan café yang selalu menampilkan musik live hampir setiap malam. Ia berhenti sejenak untuk mendengarkan seseorang melantunkan lagu Moon River. Sebuah lagu yang cukup tua namun sepertinya tidak akan lekang oleh waktu.

Oh, dream maker, you heart breaker
Wherever you're going, I'm going your way

Yoongi selalu menyukai musik, apapun jenisnya. Dan saat ini, seringkali hanya musiklah yang ada di kepalanya sehingga tanpa sadar melupakan yang lain.

"Aren't you too young to recognize this song? (Bukankah kau terlalu muda untuk tahu lagu ini?)" tanya seseorang dengan aksen Inggris yang kental.

Yoongi menoleh dan melihat pemuda jangkung berambut coklat berdiri tak jauh darinya. Pemuda tersebut menatap ke arah penyanyi yang juga diamati Yoongi sebelumnya.

"Excuse-me, are you talking to me? (Maaf, Anda bicara dengan saya?)"

"Why? You're not allowed to talk to strangers? (Kenapa? Kau dilarang bicara dengan orang asing?)" Pemuda yang mengenakan jas lengkap tersebut menatapnya.

"Depends on the stranger's intention (Tergantung niat orang asing itu)."

"You're right. I'm Matthew Lewis* by the way (Kau benar. Ngomong-ngomong, aku Matthew Lewis)."

"I'm Min Yoongi. Nice to meet you, Sir (Saya Yoongi. Senang bertemu Anda, Tuan)."

"I'm not that old, you know. No need to be so formal (Aku belum tua, tahu. Tidak usah formal)."

"Okay. So, you came on purpose or just like me who happened to pass this street? (Oke. Kau sengaja datang atau seperti aku yang kebetulan lewat sini?)"

"More like the first one. My band will perform in half an hour. Not here, the place down the street (Lebih ke yang pertama. Band-ku tampil setengah jam lagi. Tidak di sini, di ujung jalan)."

"Sweet! What's the name? (Keren! Apa namanya?)"

"The band? Well, we don't have an official name yet but we call ourselves Griffindors (Band-nya? Kami belum ada nama resmi tapi menyebut diri kami Griffindors)." Pemuda bernama Matthew tersebut tersenyum lebar ke arah Yoongi. Ia mengedipkan mata lalu berkata, "Hope to see you one day when we perform (Semoga bisa melihatmu suatu hari saat kami tampil)."

LawlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang