Januari 1986
Min Kyunghoon, seorang pengacara muda, menanti lampu lalu lintas berubah menjadi hijau pada suatu malam. Ia menjadi salah satu dari sekian ratus pengendara mobil yang memenuhi jalanan setiap kali jam kantor berakhir.
Ia tak memperhatikan para pejalan kaki hingga seorang bocah laki-laki, yang mengenakan jaket tebal berwarna ungu, berjalan menunduk dan sesekali menoleh ke kanan dan kiri. Entah apa yang menarik, tetapi Min Kyunghoon seakan tak mampu melepaskan pandangan dari sosok kecil itu.
"Eh?" Min Kyunghoon terbelalak ketika melihat bocah tersebut mengambil dompet dari tas seorang pejalan kaki tanpa disadari Sang Pemilik. "Ternyata copet."
Tin! Tin!
Pengendara di belakangnya menekan klakson hingga pengacara itupun menjalankan mobilnya sampai menemukan tempat parkir. Ia menyusuri jalan yang tadi dilewati Si Pencopet Kecil, berharap menemukan bocah itu.
Hampir seratus meter setelahnya, ia melihat jaket ungu di bawah pohon membelakangi jalan. Min Kyunghoon mendekat perlahan dan saat berjarak satu meter, ia melihat banyak dompet di hadapan bocah yang berjongkok itu.
"Wow! Banyak sekali dompetnya."
Bocah tersebut terkejut. Ia perlahan menoleh dan melihat seorang pria yang tersenyum sambil bersedekap.
"Apa semuanya punyamu?"
"Jangan ikut campur!" bentak Sang Bocah.
"Wah, tata kramamu mengesankan sekali. Aku jadi penasaran di mana kau mempelajarinya."
Bocah itu mendelik tajam namun sebelah tangannya mencoba menggeser dompet-dompet yang tergeletak di tanah ke dekat kakinya.
"Pernah dengar penjara anak-anak?"
"Kenapa? Apa kau akan mengirimku ke sana?"
"Hmm tergantung. Kalau kau membantuku menyerahkan semuanya ke kantor polisi, maka kau tidak perlu ke sana."
"Bohong! Kau pasti akan menyuruh polisi menangkapku, kan?"
Min Kyunghoon terkekeh.
"Kalau aku membohongimu," pengacara itu menarik dompet dari saku celananya, "semua uang di dalam sini kuberikan padamu."
Sang Bocah tampak berbinar menatap dompet tebal di tangan pria itu. Namun, ia tak ingin mempercayainya. Pria ini pasti hanya bermulut manis.
"Aku tidak percaya."
"Baiklah. Ini untukmu. Kau boleh menyimpannya. Anggap saja sebagai uang pangkal," bujuk Min Kyunghoon sambil menyodorkan selembar uang kertas nominal terbesar di dompetnya.
Bocah tersebut langsung menyambar uang yang disodorkan, meneliti keasliannya, lalu mengantonginya.
"Baiklah."
---
"Terima kasih banyak, Nak. Jarang ada anak yang mengembalikan barang seperti ini," puji seorang petugas polisi ketika Min Kyunghoon mengantar Sang Bocah ke pos polisi.
"Sama-sama, Ahjussi," balas Sang Bocah sebelum keluar dari pos polisi dengan wajah cemberut karena kehilangan harta rampasannya. "Sudah, kan? Sekarang cepat beri uangmu."
"Jam berapa ini?" Min Kyunghoon pura-pura tak mendengar. "Ah sudah jam 20.00. Pantas saja aku lapar. Kau mau ikut makan?"
Bocah itu mematung. Ini pertama kalinya seseorang mengajaknya makan.
"Oh ya, namamu siapa?"
"Kim Taehyung."
"Rumahmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lawless
RomanceKim Taehyung baru berumur sepuluh ketika takdir mempertemukannya dengan Tuan dan Nyonya Min. Ia, yang hanya anak jalanan itu, disambut dengan baik oleh Tuan dan Nyonya Min bahkan dianggap sebagai bagian dari keluarga mereka. Kim Taehyung terus ting...