Enam Belas

919 135 27
                                    

Yoongi dan Matthew berhenti di depan pagar rumah Keluarga Park sekitar pukul 16.00. Mereka terus mengobrol dan tertawa walaupun agenda kencan mereka hari itu sudah usai.

Taehyung yang melihat itu dari jendela kamarnya pun memicingkan mata tak suka. Ingin sekali rasanya menyemprot Si Matthew dengan selang air agar segera angkat kaki dari hadapannya.

"Kenapa tidak pergi pergi juga? Apa dia menunggu undangan masuk?"

Setelah menunggu hampir dua menit dan tak nampak tanda-tanda Matthew akan pergi, Taehyung pun memutuskan keluar dan mendekati keduanya.

Matthew melihat pria yang menjadi kakak Yoongi itu keluar dari pintu depan dengan wajah tak suka yang tak sedikitpun disembunyikannya. Matthew tak peduli, toh pria itu hanya kakak Yoongi bukan pacar atau suaminya.

"Your brother's coming and I belive he'd take a knife if I don't leave soon (Kakakmu datang dan aku yakin dia akan mengambil pisau kalau aku tidak segera pergi)," lirih Matthew, membuat Yoongi menoleh dan menghela nafas kesal ke arah Taehyung.

"Diam di situ, Hyung. Tidak usah repot-repot ke sini," seru Yoongi dalam bahasa yang tidak dipahami Matthew namun ia kurang lebih dapat menebak maksudnya.

"You should get inside. It's getting more and more cold anyway (Kau sebaiknya masuk. Lagipula semakin dingin)."

"Allright. Thank you for today. I really enjoyed the time we spent together (Baiklah. Terima kasih untuk hari ini. Aku sangat menikmati kebersamaan kita)."

"Me too. Is it wrong to expect a second or if I'm lucky, maybe the third one? (Aku juga. Apa salah kalau berharap akan ada yang kedua dan kalau beruntung, mungkin yang ketiga?)"

"Well, we never know (Kita tidak pernah tahu)."

Matthew terkekeh mendengarnya.

"Fair enough (Cukup adil)." Pria Inggris tersebut menoleh ke arah Taehyung dan menampilkan senyuman ramah. "I think your brother will kill me but let's just give it a try (Kukira kakakmu akan membunuhku tapi coba saja)."

Cup!

Matthew mendaratkan ciuman singkat di pipi kiri Yoongi, membuat remaja tersebut bersemu. Taehyung yang melihatnya mengepalkan tangan hingga jemarinya memutih

"Thank you for today, Yoongi. I'm leaving (Terima kasih untuk hari ini, Yoongi. Aku pulang)."

Matthew kembali menoleh ke arah Taehyung lalu melambaikan tangan pada pria itu, sedikit mengharapkan balasan. Ia boleh bermimpi karena Taehyung tak sudi menanggapinya.

"Kenapa lama sekali?" tanya Taehyung ketika Yoongi berada di dekatnya.

"Namanya juga kencan."

"Dan apa itu tadi? Kenapa dia menciummu?"

"Kenapa tidak boleh? Itu biasa di sini apalagi pada orang yang dekat. Matthew hanya bersikap sopan." Yoongi menjawab sambil berjalan memasuki rumah dengan Taehyung yang mengekorinya.

"Tapi tadi kan...."

"Apa? Tadi apa?" Yoongi berbalik menghadap Taehyung dan bertanya dengan nada tenang, sepertinya paham maksud Taehyung. "Ciuman Hyung tadi hanya untuk menentukan standar. Hyung sendiri yang bilang begitu, kan? Masih ingat?"

Taehyung terpaku.

"Kalau begitu, bukankah artinya aku perlu mencium beberapa orang lain? Supaya tahu mereka memenuhi standar atau tidak."

Taehyung memaki dirinya. Kata-katanya berbalik menyerangnya. Senjata makan tuan.

"Lagipula kita tidak ada hubungan apa-apa selain saudara angkat. Tidak baik berharap lebih," pungkas Yoongi sebelum memasuki kamar dan menutup pintu.

LawlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang