Dua Puluh

873 116 91
                                    

A/N:

Bab ini hanya buat KookMin. TaeGi kagak ada. Kenapa? Karena saya maunya begitu 😊😊😊

*******

Jimin membantu Hong Jisoo, rekan sepasukannya yang terluka di bagian paha hingga betis kanan. Rekannya itu menumpukan berat pada tubuh Jimin sebab ia hanya mampu berjalan dengan satu kaki. Untungnya klinik di barak hanya berjarak seratus meter dari tempat Jisoo jatuh.

Jimin sama sekali tak keberatan. Toh, menolong orang lain tak ada salahnya. Siapa tahu di masa depan, ia akan membutuhkan bantuan orang lain. Pamrih? Biarkan saja.

"Pelan-pelan. Saya angkat kakinya ya," ujar dokter yang menangani Jisoo. Dokter yang masih muda itu mengambil gunting dan menggunting mulai dari bagian celana yang robek agar dapat melihat jelas luka pasiennya. "Terkena batu?"

"Iya, Dok. Tadi tersandung waktu membawa benda tajam. Paha sampai betisnya sepertinya robek," jelas Jimin.

"Baiklah. Terima kasih, Kopral. Kau boleh keluar."

Jimin memberi hormat pada dokter yang berpangkat lebih tinggi darinya, melirik Jisoo yang masih meringis menahan sakit, lalu keluar dari klinik dan berniat melanjutkan tugasnya sebagai teknisi di hanggar khusus pesawat tempur. Ia berjalan tegap di koridor klinik menuju pintu masuk saat melihat Kapten Jeon mendekat.

"Hormat, Kapten!"

Kapten Jeon membalas penghormatan Kopral Park dan memicing melihat darah di tangan dan celana loreng yang dikenakannya.

"Kau terluka?" tanyanya dengan nada kuatir.

"Bukan saya, Kapten, tapi Kopral Hong. Sekarang sudah ditangani dokter."

Kapten Jeon menghembuskan nafas lega.

"Aku lega kau tidak apa-apa," ujarnya singkat sebelum berjalan melewati Jimin yang memutar tubuh mengikuti pergerakan perwira tersebut.

"Aku salah dengar atau memang dia lega aku tidak terluka?"

---

Jungkook memasukkan pakaian ke dalam lemari. Malam ini hujan turun sangat deras sehingga ia memutuskan menginap di barak di kamar khusus perwira berpangkat Kapten. Ia duduk menghadap jendela dan melihat guyuran air dari langit malam.

"Deras bukan main," gumamnya.

Ia menunduk membaca beberapa pesan yang masuk ke ponselnya. Sebagian besar berasal dari orang tuanya yang berpesan agar ia mengemudi dengan hati-hati. Satu menit berselang, sebuah pesan dari ibunya masuk. Jungkook mendecakkan lidah karenanya.

"Kencan buta lagi? Sudah tiga kali bulan ini. Haaahhh...."

Ia meletakkan ponsel di atas meja, bersedekap dan kembali menatap ke luar. Ia berpikir tentang keinginan ibunya untuk melihatnya menikah. Beberapa tahun terakhir ia beralasan bahwa ia masih muda. Sekarang, umurnya hampir 25 dan rongrongan ibunya semakin menjadi-jadi sebab orang tuanya menikah pada umur 25.

"Alasan apa lagi yang bisa kupakai? Calonnya belum sadar kalau menjadi calonku?" batinnya.

Tok! Tok! Tok!

LawlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang