07

3.5K 502 26
                                        

Bukan ayam berkokok maupun jam beker yang membangunkan Sunghoon, tetapi sentuhan tangan Jake di pipinya. Hanya elusan kecil, Sunghoon sudah dapat membuka mata dan dihadapkan langsung dengan wajah si manis di pagi hari.

Melihat Jake tersenyum, Sunghoon pun ikut tersenyum. Tidak biasanya pagi milik Sunghoon diawali dengan perasaan senang, meskipun alas tidurnya kali ini hanyalah karpet tipis.

"Ini sudah siang, kau tidak pergi bekerja?" Jake bertanya dengan suara lembutnya yang menenangkan.

"Tidak punya pekerjaan, belum lama ini aku dipecat," keluh Sunghoon tanpa bergerak sedikitpun dari posisi tidurnya. "Jika tidak ada dirimu, aku akan memilih untuk tidur lagi."

Jake membersut sebal, "Tidur itu tidak menyenangkan! Aku ingin keluar berjalan-jalan melihat manusia lain yang bukan pemalas sepertimu. Kau mau ikut? Ya sudah kalau tidak, biar aku sendiri saja."

Sunghoon lantas terduduk dengan panik membuat tawa Jake berderai, padahal lelaki manis itu hanya memancing agar Sunghoon cepat-cepat bangun dan tak jadi pemalas.

"Jangan pergi tanpaku, di luar sana banyak manusia jahat, kau bisa diculik dan dijadikan makanan mereka," kata Sunghoon menakut-nakuti.

Sementara Jake sudah terperangah tidak percaya, "Benarkah? Kukira manusia hanya memakan ayam."

Bibir Sunghoon bekernyut menahan tawa, berpikir betapa polosnya Jake sehingga mudah sekali untuk dibohongi. Namun sesaat kemudian, Sunghoon menjadi khawatir.

"Kau sungguh tidak tahu? Maksudku, aduh ternyata dirimu memang benar-benar polos, padahal aku hanya bercanda," gumam Sunghoon.

"Baiklah, tadi kau bilang ingin berjalan-jalan? Ayo bersiap!" tambahnya.

"Eh, aku ingin memakai baju yang bagus! Bisakah aku yang memilih pakaian untukku dan untukmu juga?" tanya Jake dengan antusias dan berjingkrak-jingkrak di depan lemari pakaian.

"Kita harus mandi dulu, Jake, sebaiknya kau yang pertama." Sunghoon memberikan senyum tampan selagi terus menatapnya dari belakang.

Jake lantas berbalik, "Kenapa tidak mandi bersama saja?"

Tentunya Sunghoon sangat tidak setuju pada saran dari Jake tersebut, dia pilih mati-matian membujuk lelaki manis itu agar lebih dulu masuk bilik mandi.

Setengah jam terlewati, Sunghoon sampai menganga sebab Jake yang terlalu lama di dalam sana hanya untuk bermain air. Kini giliran Sunghoon yang membersihkan diri, sementara Jake sudah berdiri di depan lemari.

Entah dia yang memiliki selera tinggi dalam hal berpakaian, atau memang sunghoon yang tidak punya stok baju mewah, sampai saat ini Jake belum menemukan sepasang baju pun untuk dia pakai. Pilih-pilih sekali.

“Apa aku perlu menjahitkan baju untuknya? Uh, terlalu banyak kaus hitam.” Terus saja Jake berceloteh seraya mengambil dan memakai satu per satu baju yang ada, serba kebesaran di tubuhnya pula.

Sampai saat matanya menangkap baju merah yang terlihat menarik, dia abaikan baju lain dan beralih mengambilnya, "Yang ini sepertinya bagus.”

Duk!

"Apa itu?" Jake menilik penasaran pada sesuatu yang terjatuh di lantai, tanpa basa-basi ia lekas memungut sebuah buku merah yang pasti adalah milik Sunghoon.

Kedua alisnya terangkat karena senang setelah melihat bermacam-macam sketsa yang tergambar dalam buku itu. Mulai dari bunga mawar, gedung berjejer, sampai figur hewan dan manusia.

"Eh? Ada satu lembar yang sobek," ujarnya selagi mencari-cari lembaran yang mungkin hilang di lantai, tetapi tidak ia dapatkan.

"Astaga, Jake, kenapa kau masih bertelanjang?!" seru Sunghoon yang baru saja masuk ke dalam kamar.

Cepat-cepat Sunghoon menutup mata menggunakan tangan, tetapi betapa bodohnya dia karena tetap mengintip dari sela jari.

"Aku menemukan buku ini dan melihat-lihatnya, bagus sekali, ternyata seni sudah tertanam dalam jiwamu," ujar Jake selagi menunjukkan sesuatu yang ia dapat.

Senyuman hangat terlukis di bibirnya, Sunghoon berjalan cepat dan mengambil alih buku merah tersebut, "Sudah lama sekali aku tidak melihat buku ini, kupikir hilang, di mana kau menemukannya?"

"Kurasa terselip di baju ini, warnanya sama." Jake bergerak membeberkan pakaian merah di tangannya.

"Wah, kau benar-benar membuatku bernostalgia! Aku pernah memakainya di pentas saat sekolah menengah, dan tidak pernah dipakai lagi sampai sekarang. Kau ingin memakai itu? Sepertinya cocok untukmu."

Jake berangguk antusias setelah mendapat persetujuan dari pemilik aslinya, tidak sabar untuk memakai setelan tersebut. Tak berselang lama, Sunghoon serta merta membulatkan mata saat handuk yang dipakai Jake jatuh begitu saja, namun si manis justru abai dan terus berlanjut dengan kegiatan pilih-memilih.

Bagaimana bisa Sunghoon tidak peduli? Terpampang jelas di depan matanya punggung molek tanpa cela, turun ke bawah langsung melihat belahan pantat.

Sunghoon kembali menghalangi pandangannya dengan tangan, dan senantiasa tersenyum berseri-seri bak orang gila.

"Dasar mata keranjang. Kau tidak boleh lemah, Sunghoon, harus tahan!" tuntutnya pada diri sendiri.

_____

MASTERPIECE [SungJake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang