Jake tersenyum lebar hingga terlihat deretan gigi putihnya, kemudian mengelus pipi Sunghoon dengan lembut selagi berucap, "Aku senang kau tidak bodoh."
"Bagaimana bisa?" tanya Sunghoon, tak percaya.
"Tunggu, aku ingat sesuatu. Dulu sekali sebelum kita bertemu, kakek bernama Davinci itu juga pernah menyelamatkanku. Tepat ketika aku sedang melukis gambar ini, tapi tidak selesai karena aku sudah menyerah dengan hidup yang sangat hancur, jadi aku melakukan percobaan melompat untuk pertama kalinya." Sunghoon berhenti sejenak.
"Tapi kakek itu menahanku sebelum aku benar-benar jatuh. Buku ini juga bertahan, tapi pensil yang sedang ku pegang terjatuh ke sungai, dan sampai sekarang aku tidak pernah menyelesaikan gambarmu."
"Apa kakek itu menyobeknya dari buku ini? Aku tidak pernah sadar," tambah Sunghoon, masih dengan raut keheranan.
"Kau tahu 'kan siapa Davinci?" tanya Jake.
Sunghoon berangguk, "Kurasa dia seorang seniman dan pemilik pameran waktu itu. Eh, apa dia juga yang membuat patungmu sesuai dengan gambar ini?"
Heboh, Sunghoon memegang kedua tangan Jake dan menanti jawabannya tanpa berkedip sekalipun. Lagi-lagi Jake menyunggingkan senyum manis di bibirnya.
"Kau mengerti, Sunghoon? Davinci menciptakan tubuhku, tapi kaulah yang pertama kali menciptakan jiwaku."
"Benarkah? Jadi kau sungguh-sungguh datang untuk menemaniku? Kau akan tinggal bersamaku di dunia ini, selamanya?" tebak Sunghoon.
Jake biarkan Sunghoon memeluk perutnya, sementara dia pilih membelai rambut lelaki itu tanpa buru-buru menjawab. Wajahnya tampak bahagia, Jake tidak sampai hati untuk mengatakan kalimat selanjutnya.
"Sayang sekali, Sunghoon. Kau memang menciptakan jiwaku, tapi tidak dengan ragaku, maka aku tidak bisa terus menjadi manusia utuh sepertimu. Lagipula, gambar itu belum selesai," lirih Jake.
Hati Sunghoon tercelus, dia menggeleng keras tanda penolakan, sesaat setelahnya kembali menenggelamkan wajah pada perut si manis. Hampir saja Sunghoon menangis, namun ia berhasil menahannya untuk sementara.
"Apa suatu hari nanti kau akan jadi patung lagi?" bisik Sunghoon.
"Tentu, aku hanya menemanimu untuk sementara. Tapi jangan khawatir, aku yakin akan ada seseorang yang telah ditakdirkan Tuhan untuk mendampingimu selamanya."
Sunghoon mendongak, "Siapa itu?" tanyanya.
Jake mengedikkan kedua bahunya tanda tak tahu, jelas karena dia bukanlah Tuhan para manusia. Lelaki manis itu hendak beranjak dari pelukan Sunghoon, namun pinggangnya justru didekap lebih erat sampai tak dapat bergerak.
"Lalu kenapa kau ada di sini kalau tidak bisa menjadi takdirku? Kenapa tidak kau saja?"
"Sudah ku bilang, aku hanya ingin membahagiakanmu walaupun sebentar, menemanimu sampai kau bertemu dengan orang itu. Aku juga bisa mengabulkan permintaanmu, apa yang kira-kira akan membuatmu sangat bahagia?" tanya Jake.
Sunghoon terdiam, membalas tatapan Jake dengan sayu, "Dirimu, aku mau kau terus ada di sini bersamaku."
"Ah, itu permintaanmu? Sejujurnya aku juga tidak tahu kapan akan pergi, tapi mungkin aku bisa memperpanjang masa hidupku di dunia ini, jangan khawatir. Baiklah, ada lagi permintaan lain? Mungkin yang lebih realistis."
"Kau benar-benar bisa mengabulkan permintaan?" tanya Sunghoon ragu, siapa tahu Jake hanya bermain-main. "Kalau begitu aku ingin jadi orang kaya dan punya banyak uang, tapi aku tidak ingin bekerja," tambahnya.
"Mana bisa?" Jake membersut kesal dan melayangkan satu jitakan kecil pada dahi pria itu.
"Aneh sekali, kau harus bekerja jika ingin punya banyak uang. Aku ini bukan jin atau penyihir, apalagi tuyul!"
"Yah, kau yang aneh, katanya bisa mengabulkan keinginanku!" ketus Sunghoon, namun cengiran lebar seketika muncul di bibirnya setelah mendapat tatapan sangar dari si manis.
Sunghoon berdeham, "Ya sudah, kali ini aku yakin kau bisa melakukannya. Tolong beri aku ciuman lagi," pintanya.
Jake tersenyum manis, inilah yang dia maksud realistis dan tentunya akan langsung terjadi. Kedua mata Sunghoon telah terpejam menunggu aksinya, Jake mulai mencondongkan wajah dan menyasar bibir tipis Sunghoon.
Sangat terkejut Sunghoon dibuatnya, ia kira akan mendapat kecupan ringan di pipi, tetapi Jake justru memagut bibirnya dengan rakus dan lihai bagaikan seorang ahli. Sunghoon sampai merasa kalah.
Dua menit berlalu hingga akhirnya ciuman mereka terlepas, Jake beranjak duduk di atas paha Sunghoon dengan tangan yang langsung terkait pada leher si tampan.
"Ayo ke kamar!" pekik Jake.
Belum lepas dari keadaan syok, lagi-lagi Sunghoon terperangah akibat ulah lelaki kecil itu. Sejenak mereka saling berpandangan, sukses membuat wajah Sunghoon panas karena senyuman semringah yang terus terlukis di bibir Jake.
"Kau serius?" tanya Sunghoon guna memastikan, dan segera dibalas dengan anggukan pasti.
Jake berbisik di samping telinga Sunghoon, "Kita sudah berpacaran, 'kan? Aku yakin ini akan lebih menyenangkan daripada hal apapun."
_____
jadi gitu guys.... 😄

KAMU SEDANG MEMBACA
MASTERPIECE [SungJake]
Hayran Kurgu[REPUBLISH] Hanya tentang Sunghoon yang menemukan kebahagiaan dari sebuah mahakarya, begitu indah dan membuatnya jatuh cinta, hingga sulit untuk percaya bahwa dialah penciptanya. ☆ SUNGHOON X JAKE ☆ Low Fantasy - Romance - Fluff! ☆ Drabble/Short A...