27 [END]

2.7K 290 76
                                    

Sunghoon terbangun dalam keadaan bingung, sudah seperti bangkit dari koma lima tahun, dia belum bisa mengingat apa apa. Dan karena tidurnya malam tadi begitu pulas, pagi ini dia merasa tubuhnya cukup segar untuk menjalankan rutinitas.

Dia meregangkan diri di pinggir kasur, lalu tersenyum tipis karena pagi-pagi sudah disuguhi pemandangan bunga mawar yang sangat indah. Namun beberapa petalnya sudah gugur, Sunghoon harus segera menggantinya dengan yang baru. Sunghoon itu suka sekali pada bunga mawar, dia rasa tidak akan rugi untuk menghabiskan uangnya demi membeli puluhan bunga merah itu.

Vas bunga tersebut juga bersebelahan dengan sebuah ukiran kayu. Sangat mirip dengan wajah Sunghoon, karena itulah dia membelinya.

Kemudian di atas benda-benda itu ada satu lukisan besar yang hampir terbakar bersama rumah lama Sunghoon, namun wajah dari sosok yang ada di dalamnya tampak buram. Sunghoon bahkan tidak tahu siapa itu.

Sunghoon tidak lagi mengenal Jake, seluruh ingatan tentang Jake telah sepenuhnya hilang, jejaknya di dunia ini pun seolah tak pernah ada.

Jiwa Jake benar-benar kembali ke dunianya, tempat dia bisa melihat jutaan kisah di balik indahnya karya seni yang para manusia ciptakan. Kehadiran Jake di dunia manusia tidak abadi, tugasnya hanyalah untuk menemani Sunghoon sampai pria itu bahagia dan merasa bahwa hidupnya sangat berharga. Semua yang terjadi kemarin bukanlah kebetulan, dan Jake sudah tahu kalau hari ini pasti datang.

Kini Sunghoon kembali menjalani hidupnya sendirian, tetapi dia merasa tidak ada yang kurang sama sekali.

"Oh, apa ini?"

Tiba-tiba perhatian Sunghoon teralihkan kepada secarik kartu undangan di atas nakas, raut mukanya tampak senang setelah melihat isi undangan itu. Ternyata dia diundang untuk menghadiri pembukaan museum seni.

Dengan suasana hati gembira, Sunghoon mulai menjalankan kesehariannya yang normal. Dia datang seorang diri ke toko milik Ibu Sun dengan niat mencari pekerjaan sampingan. Di toko itu juga ada Jeno, dan dua pegawai baru mereka.

"Selamat pagi, Sunghoon. Ibu senang kau datang, hari ini kau tidak sibuk?" tanya Yongsun ketika melihat Sunghoon datang.

"Tidak terlalu, tapi mungkin siang nanti aku akan mengunjungi museum baru, aku diundang oleh mereka. Jadi, sekarang ada yang perlu kukerjakan?"

"Tidak ada, posisimu sudah digantikan oleh mereka dan mereka juga belum kerepotan." Jeno menyahut sembari menunjuk dua orang pekerja. "Kita hanya tinggal bersantai. Lagi pula seniman sepertimu harusnya ada di lingkungan seniman juga, tapi kau malah datang ke sini," tambahnya.

Sunghoon terkekeh dan segera membalas, "Aku tidak punya pilihan lain, tempat ini sudah seperti rumah keduaku."

"Benar juga, Sunghoon sudah bekerja di sini sejak dulu. Ibu senang kau tidak lupa dengan tempat ini walaupun punya kesibukan lain. Omong-omong, apa kau tidak berniat untuk mencari pasangan? Supaya ada yang menemani, Ibu sudah bosan melihatmu sendirian." Yongsun tersenyum jahil, sehingga Sunghoon merasa malu.

"Itu terdengar sulit, aku tidak pernah berpacaran."

Sunghoon asyik melanjutkan obrolannya dengan Jeno dan Yongsun sampai tengah hari. Sesuai dengan ucapnya tadi, mau tak mau sekarang Sunghoon harus pergi ke museum dan meninggalkan toko itu.

Namun rupanya ia sedikit terlambat, sudah banyak pengunjung yang berdatangan sejak dibukanya museum itu pagi tadi. Di sana juga ada rekan-rekan sesama komunitas yang menyapanya dengan ramah.

Sunghoon mulai berkeliling menikmati ratusan karya seni di dalam museum besar itu yang kabarnya punya nilai sejarah. Benda pertama yang dilihat oleh Sunghoon adalah lukisan besar dengan figur lelaki berambut hitam dan membawa buku merah. Benar, Sunghoon ingat jika dahulu dia pernah melihatnya.

Namun Sunghoon tidak ingat apakah lelaki itu benar-benar sendiri atau bersama sosok lain di sampingnya, seperti sekarang ini.

Setelah puas dengan lukisan, Sunghoon kembali berjalan santai sembari terus melihat-lihat. Di depan jajaran patung putih, langkah Sunghoon terhenti. Menatap satu-satunya patung dengan sepasang sayap yang terbentang megah. Begitu indah dan terperinci hingga detail wajahnya yang bahagia pun tampak jelas.

Sunghoon terkagum-kagum, dalam hati terus memuji sang seniman yang telah menciptakan mahakarya seindah itu.

"Ini benar-benar hebat."

Guk guk!

Perhatian Sunghoon langsung teralihkan oleh suara gongongan anjing, dia mendapati seekor anjing putih yang tiba-tiba menggesekkan badan di kakinya.

"Halo, anjing manis, kau tersesat?" Sunghoon berjongkok di depan hewan itu dan mengusap-usap bulunya yang halus. Dia tampak tenang, kemudian Sunghoon beralih menggendongnya.

"Jayla! Itu anjingku! Ya ampun, aku sudah lelah mencarimu."

Sunghoon lantas menengok ketika ada seorang lelaki yang menghampirinya dengan raut kelelahan. Namun bukannya mengembalikan anjing tersebut, Sunghoon malah terpaku menatap pemuda manis itu.

"Hai? Aku Sunghoon, siapa namamu?"

Lelaki itu tersenyum kecil, "Hai juga! Namaku Jaeyun."

Satu hal yang tidak akan pernah Sunghoon sadari, bahwa Jaeyun sangatlah mirip dengan Jake. Kekasihnya dalam memori lama yang telah hilang.

    

MASTERPIECE
—END—

      

  
YEYYYY AKHIRNYA TAMAT!!

BIG THANKS buat kalian yang udah baca, vote dan komen di book ini! Maaf ya kalo masih banyak kurangnya baik itu dalam penulisan atau dalam penjabaran alur.

Luv u gaess😘❤

Jangan lupa baca cerita aku yang lain, ya!

suniversal

MASTERPIECE - [SungJake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang