22

1.5K 234 7
                                        

Matahari baru saja menampakkan sinarnya pagi itu, jalanan pun mulai diramaikan oleh lalu lalang kendaraan, dan akhirnya Sunghoon bisa bernapas lega.

Hampir satu jam Sunghoon duduk di depan toko tempatnya bekerja, menunggu Ibu Sun datang dan membuka toko roti itu. Tentunya bersama Jake yang setia menemani. Mereka berdua hanya bisa pasrah dan mengharap kebaikan dari Ibu Sun, setidaknya agar mereka diizinkan untuk bermalam di toko. Karena rumah Sunghoon sudah tidak layak pakai, hanya sedikit yang tersisa akibat kebakaran itu.

"Ibu Sun!" pekik Jake saat melihat Yongsun datang ke arah mereka.

"Loh, Sunghoon? Jake? Tidak biasanya kalian datang pagi-pagi seperti ini. Ah tunggu, apa yang terjadi? Kalian terlihat berantakan." Yongsun terus mengamati penampilan Jake dan Sunghoon dengan heran.

"Kami mendapat musibah, rumah kami kebakaran. Hanya itu yang tersisa," ucap Jake seraya menunjuk barang-barang dan tas besar di belakang mereka.

"Astaga! Benarkah? Apa kalian terluka?"

"Kami baik-baik saja, Bu, tidak ada yang terluka." Sunghoon menyahut.

Yongsun menatap mereka berdua dengan perasaan iba, bertanya-tanya dalam hati kenapa orang muda seperti mereka sangat malang nasibnya. Kemudian Yongsun merangkul tubuh Jake dan mengusap tangan Sunghoon guna berikan ketabahan, sejak dulu wanita itu memang selalu bisa mereka andalkan.

"Ayo kita masuk! Bawalah barang-barang kalian ke dalam. Kalian pasti masih syok, sebaiknya kalian makan, minum dan istirahat."

Sunghoon dan Jake menyambut ajakan itu dengan suka cita. Begitu masuk, Yongsun segera membuatkan makanan seadanya untuk mereka berdua, hanya pengganjal lapar sementara karena Yongsun sedang menyuruh anaknya untuk membeli makanan yang lebih banyak.

Namun, Jake masih tidak begitu suka dengan roti, dia hanya makan setengah dan memberikan sisanya untuk Sunghoon. Seperti biasa, Sunghoon akan bertanya-tanya karena heran sembari menghabiskannya. Dan jawaban Jake pasti selalu "Melihatmu makan saja aku sudah merasa kenyang."

Dasar budak cinta. Yongsun sampai hafal dengan konversasi itu, tentu saja karena jarak dari dapur ke ruang depan cukup dekat.

"Kalian tidak usah bekerja hari ini, tokonya akan Ibu tutup," ucap Yongsun saat duduk di antara mereka.

"Maaf merepotkan." Sunghoon tersenyum segan, kemudian bertanya dengan ragu, "Apa kami boleh tinggal di sini untuk sementara waktu? Tapi tidak lama, kami akan mencari rumah kos dan pergi secepatnya."

Yongsun tersenyum lembut, "Jangan khawatir, Jeno akan datang ke sini dan membawa sebuah kunci rumah. Ibu punya rumah yang rencananya akan dijual, tapi Ibu rasa kalian lebih membutuhkannya."

"Wah, apa kami harus menyewa?" tanya Sunghoon.

"Tidak usah."

"Atau membelinya?" Jake ikut bertanya.

Lagi-lagi wanita cantik itu tersenyum dan bergeleng pelan. "Tidak, kalian bisa memilikinya secara cuma-cuma alias gratis," katanya yang seketika membuat Sunghoon terperangah.

"Benarkah?" Sunghoon masih tidak percaya, namun anggukan semangat dari Yongsun benar-benar membuatnya terharu.

"Anggap saja ini sebagai bentuk terima kasih Ibu kepada kalian, karena kalian telah membantu Ibu untuk menjalankan lagi usaha yang sempat tertunda. Kalian berdua anak baik, Ibu akan sangat bahagia kalau kalian merasa terbantu dengan pemberian ini."

"Tentu saja ini sangat membantu! Terima kasih, Bu. Sunghoon pasti sangat senang, kurasa dia akan menangis!" seru Jake.

Sunghoon yang awalnya kuat untuk tidak menangis, sekarang hidung dan matanya malah memerah dan mulai meneteskan air mata.

"Terima kasih banyak," ujar Sunghoon sembari mengusap matanya.

"Sama-sama, jangan sungkan dengan Ibu. Ah, itu Jeno datang!" Yongsun langsung sadar saat melihat sebuah mobil berhenti di depan sana.

Jeno akhirnya masuk ke dalam toko dengan membawa dua kantong plastik berisi makanan cepat saji yang dipesan oleh sang ibu. Selain menyimpan makanan itu di atas meja, Jeno juga memberikan satu set kunci kepada Sunghoon. Barulah dia duduk bersama mereka bertiga.

Sunghoon yang sudah tidak tahu lagi harus berkata apa akhirnya hanya dapat tersenyum dan mengucap terima kasih banyak-banyak.

"Aku sudah mendengar kabar kalian dari Ibu, aku turut prihatin. Kalian beruntung karena bertemu dengan ibuku yang sangat baik," kata Jeno kemudian.

"Iya, aku dan Sunghoon sangat bersyukur!"

"Oh ya, Ibu baru ingat kalau rumah itu masih kosong dan belum ada apa-apa, sepertinya kalian butuh peralatan rumah yang baru dan juga pakaian, apakah kalian masih punya uang?" tanya Yongsun.

"Syukurlah kami masih punya uang, kami akan membelinya nanti."

Sesaat kemudian Jeno bertanya, "Itu barang-barang kalian? Apa lukisan yang sudah terbakar itu sangat penting sampai kalian membawanya juga?"

_____

MASTERPIECE [SungJake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang